JAKARTA - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menilai penurunan surplus neraca dagang Indonesia pada Oktober 2025 merupakan tanda positif bagi ekonomi domestik. Hal ini disampaikan usai menghadiri Rapat Pimpinan Nasional Kadin Indonesia di Park Hyatt, Jakarta, Senin, 1 Desember 2025.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2025 mengalami surplus sebesar US$2,39 miliar. Angka ini menjadi surplus ke-66 secara beruntun sejak Mei 2020, tetapi merupakan yang terendah sejak April 2025 dan menurun dibanding Oktober 2024 sebesar US$2,71 miliar.
Menurut Purbaya, surplus yang terlalu besar sebenarnya bisa menandakan lemahnya permintaan domestik. Sebaliknya, penurunan surplus yang tetap positif menunjukkan adanya pemulihan konsumsi dan aktivitas ekonomi di dalam negeri.
Kinerja Ekspor dan Impor yang Memengaruhi Surplus
BPS melaporkan bahwa ekspor Indonesia pada Oktober 2025 mencapai US$24,24 miliar, turun 2,31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, impor tercatat US$21,84 miliar, turun 1,15% YoY, yang sebagian besar dipengaruhi penurunan impor migas.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Isnartini, menjelaskan bahwa neraca perdagangan nonmigas masih menjadi penyumbang utama surplus. Komoditas seperti lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, serta besi dan baja menjadi penyokong utama angka surplus.
Di sisi lain, neraca perdagangan migas tercatat defisit US$1,92 miliar. Defisit ini didorong oleh penurunan pasokan dan harga minyak mentah serta hasil pengolahan minyak yang terus memengaruhi keseimbangan perdagangan migas.
Interpretasi Ekonomi dari Surplus yang Menyusut
Purbaya menegaskan bahwa melihat surplus neraca dagang bukan hanya soal angka absolut. Surplus yang menurun tetapi tetap positif menandakan bahwa permintaan domestik mulai membaik, sehingga ekonomi nasional bergerak lebih seimbang.
“Kalau surplusnya kegedean, tandanya permintaan domestik jelek. Tapi kalau menyusut tapi masih surplus, artinya ada tanda-tanda perbaikan domestic demand,” jelasnya. Pernyataan ini menegaskan pentingnya menafsirkan neraca dagang secara kontekstual, bukan sekadar angka tunggal.
Purbaya menambahkan, kinerja surplus perdagangan akan terus dipantau beberapa bulan ke depan. Jika tren normal kembali, hal tersebut menjadi indikasi bahwa ekonomi domestik mulai pulih dan permintaan meningkat dibanding periode sebelumnya.
Tinjauan Sektor dan Strategi Pemerintah
Selain memperhatikan angka keseluruhan, pemerintah juga menyoroti peran komoditas nonmigas dalam menopang surplus. Keberhasilan sektor ini menjadi kunci bagi strategi pemerintah untuk menjaga stabilitas perdagangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Purbaya menekankan pentingnya sinergi antara pengawasan perdagangan, dukungan industri, dan stimulasi konsumsi dalam negeri. Dengan demikian, surplus yang lebih seimbang tidak hanya mencerminkan perdagangan internasional, tetapi juga ketahanan ekonomi domestik.
Pemerintah akan terus memantau perkembangan neraca perdagangan agar langkah-langkah kebijakan ekonomi bisa diarahkan secara tepat. Hal ini mencakup penguatan sektor ekspor unggulan, pengendalian defisit migas, dan peningkatan permintaan domestik melalui kebijakan fiskal dan moneter.