Industri

Halal Kini Jadi Nilai Tambah Industri Nasional dan Tren Gaya Hidup Anak Muda

Halal Kini Jadi Nilai Tambah Industri Nasional dan Tren Gaya Hidup Anak Muda
Halal Kini Jadi Nilai Tambah Industri Nasional dan Tren Gaya Hidup Anak Muda

JAKARTA - Sekretaris Utama Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH), Muhammad Aqil Irham, menegaskan bahwa halal bukan sekadar kewajiban regulatif. Halal harus dipandang sebagai reputasi dan kultur yang menentukan daya saing industri halal nasional.

“Halal harus dianggap sebagai nilai tambah, bukan beban,” ujar Aqil Irham dalam keterangannya di Jakarta, Selasa, 2 Desember 2025. Pandangan ini menekankan pentingnya mengintegrasikan standar halal ke dalam strategi bisnis, bukan sekadar formalitas administrasi.

Ekosistem JPH Terintegrasi dan Membuka Profesi Baru

Aqil menjelaskan bahwa penguatan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (JPH) membuat ekosistem industri halal semakin terintegrasi dan adaptif. Hal ini mendorong terciptanya profesi baru, seperti auditor halal, penyelia halal, dan juru sembelih halal (Juleha), yang memiliki standar kompetensi melalui SKKNI.

Kehadiran profesi tersertifikasi tersebut tidak hanya membuka lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan kredibilitas ekosistem halal nasional. Dengan standar kompetensi yang jelas, industri halal dapat menghadirkan produk lebih terpercaya dan berkualitas tinggi.

Tantangan UMKM dan Sertifikasi Halal

Meski ekosistem halal berkembang, Aqil Irham menekankan masih ada pekerjaan rumah besar. Utamanya adalah meningkatkan kesadaran pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar sertifikasi halal dijadikan jaminan kualitas, bukan sekadar label formalitas.

“Bila UMKM menjadikan halal sebagai bagian dari standar, produk mereka akan lebih berkualitas, bermutu, dan kompetitif,” jelasnya. Hal ini menegaskan pentingnya edukasi dan pendampingan UMKM agar sertifikasi halal menjadi nilai tambah nyata bagi produk mereka.

Generasi Muda dan Tren Gaya Hidup Halal

Selain itu, Aqil menyoroti peran generasi muda yang menjadikan halal sebagai bagian dari gaya hidup. Preferensi mereka dalam memilih makanan, minuman, kosmetik, hingga fesyen dipengaruhi pertimbangan halal, mendorong pertumbuhan pasar halal yang signifikan.

“Ketika anak muda sudah menjadikan halal sebagai lifestyle, maka pasar halal tumbuh besar. Pelaku usaha harus bersiap membaca dan menangkap peluang tersebut,” ujar Aqil. Hal ini membuka peluang bagi pelaku industri untuk mengembangkan inovasi produk yang sesuai dengan tren konsumsi halal generasi muda.

Halal Sebagai Nilai Tambah dan Peluang Ekonomi

Halal kini tidak hanya menjadi syarat regulatif, tetapi juga strategi bisnis yang meningkatkan daya saing. Dengan integrasi ekosistem JPH, sertifikasi kompetensi profesi baru, dan kesadaran generasi muda, industri halal memiliki peluang pertumbuhan yang besar.

Ekosistem halal yang berkembang memberikan manfaat ganda: memperkuat kualitas produk sekaligus membuka pasar domestik dan internasional. Pelaku usaha yang mampu memanfaatkan tren ini akan memperoleh posisi kompetitif yang kuat di pasar global.

Kesimpulan dan Outlook Industri Halal

Peningkatan kesadaran dan adopsi halal oleh pelaku UMKM dan generasi muda akan menjadi pendorong utama pertumbuhan industri halal. Sertifikasi halal yang dikelola BPJPH menjadi sarana memastikan kualitas produk sekaligus menciptakan nilai tambah bagi pelaku usaha.

Dengan strategi ini, industri halal nasional diprediksi akan semakin kompetitif, adaptif, dan mampu merespons perubahan tren gaya hidup. Halal bukan lagi kewajiban semata, tetapi juga alat untuk meningkatkan reputasi, inovasi, dan daya saing industri Indonesia di pasar global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index