PMI Ekspansif di Negara Mitra Dorong Optimisme Kinerja Ekspor Indonesia 2025

Rabu, 03 Desember 2025 | 11:32:05 WIB
PMI Ekspansif di Negara Mitra Dorong Optimisme Kinerja Ekspor Indonesia 2025

JAKARTA - Perkembangan terbaru dari sejumlah negara mitra dagang utama menunjukkan adanya peningkatan aktivitas manufaktur yang mulai bergerak lebih kuat pada penghujung tahun 2025. Kondisi ini memberikan ruang optimisme bagi Indonesia karena penguatan sektor manufaktur global sering kali berbanding lurus dengan pertumbuhan permintaan terhadap barang ekspor nasional.

Kementerian Keuangan menilai ekspansi yang terjadi di sektor industri negara-negara tersebut sebagai sinyal positif bagi pasar internasional. Peningkatan ini diyakini dapat memberikan dorongan tambahan bagi kinerja ekspor Indonesia yang selama ini menjadi salah satu penopang besar pertumbuhan ekonomi.

Optimisme tersebut muncul dari hasil pengukuran Purchasing Managers Index atau PMI manufaktur yang mencatat ekspansi di beberapa negara tujuan ekspor Indonesia. Penguatan PMI ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas industri yang biasanya menjadi indikator awal pemulihan ekonomi di sektor riil.

Beberapa negara mencatat angka PMI yang berada di atas level ekspansi, yakni di atas 50. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa industri di negara mitra dagang utama tengah mengalami pertumbuhan produksi dan permintaan yang lebih kuat dibandingkan bulan sebelumnya.

PMI negara seperti Tiongkok mencapai 57,4 dan Amerika Serikat berada pada posisi 51,9 berdasarkan rilis terbaru. Kedua pasar ini merupakan tujuan ekspor utama Indonesia sehingga pergerakan positifnya menjadi kabar baik bagi neraca perdagangan.

Di kawasan Asia Tenggara, tren serupa juga terlihat dengan menguatnya aktivitas industri di beberapa negara. Thailand mencatat PMI 56,8, Vietnam berada di 53,8, dan Malaysia berada pada angka 50,1 yang menandakan masuknya kembali pada fase ekspansif.

Menurut Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, kondisi tersebut memberikan prospek cerah bagi penguatan ekspor Indonesia. Dalam keterangannya pada Selasa, 2 Desember 2025, ia menegaskan bahwa momentum permintaan yang meningkat menggambarkan adanya peluang bagi produk Indonesia untuk masuk lebih besar ke pasar global.

Ia menyampaikan bahwa tren positif ini sangat penting bagi Indonesia dalam mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Peningkatan permintaan global dapat memperkuat kontribusi sektor ekspor terhadap perekonomian nasional pada tahun mendatang.

Kebijakan Pemerintah Menjaga Momentum Pemulihan

Pemerintah terus menjaga keberlanjutan momentum ekonomi dengan memastikan daya saing ekspor Indonesia tetap kompetitif. Upaya tersebut dilakukan melalui berbagai strategi untuk meningkatkan kemampuan industri domestik dalam memenuhi permintaan pasar global.

Selain menjaga ekspor, pemerintah menaruh perhatian besar terhadap stabilitas pasokan domestik. Ketersediaan pangan menjadi salah satu fokus utama agar tidak terjadi tekanan harga yang dapat mengganggu daya beli masyarakat.

Pemerintah terus mencermati pergerakan ekonomi global yang masih penuh dinamika. Langkah antisipatif disiapkan agar Indonesia dapat menghadapi perubahan kondisi dunia yang sangat cepat dan sering kali tidak terduga.

Di samping itu, strategi diversifikasi mitra dagang menjadi salah satu prioritas agar Indonesia tidak bergantung pada beberapa negara saja. Perjanjian perdagangan internasional terus diupayakan untuk membuka peluang baru bagi produk Indonesia di berbagai kawasan.

Keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam juga menjadi perhatian pemerintah karena memberikan nilai tambah yang lebih tinggi bagi komoditas ekspor. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global.

Komitmen pemerintah dalam memperluas pasar ekspor diiringi dengan kebijakan terarah untuk memperkuat industri dalam negeri. Termasuk di dalamnya penyediaan stimulus pada kuartal IV tahun 2025 yang ditujukan untuk mendorong aktivitas produksi dan membantu sektor padat karya.

Kinerja Manufaktur Indonesia Menguat

Di dalam negeri, aktivitas manufaktur menunjukkan peningkatan konsisten selama empat bulan terakhir. PMI Manufaktur Indonesia pada November 2025 berada pada level 53,3 yang menandakan aktivitas industri berada pada fase ekspansif.

Febrio menjelaskan bahwa salah satu faktor utama pendorong ekspansi industri adalah meningkatnya permintaan domestik. Lonjakan konsumsi menjelang akhir tahun mendorong produksi, menambah tenaga kerja, serta meningkatkan pembelian bahan baku.

Pemerintah menilai kondisi ini sebagai momentum yang harus dijaga agar sektor industri tetap menjadi penggerak utama ekonomi nasional. Stabilitas pertumbuhan industri sangat menentukan arah perekonomian Indonesia dalam jangka menengah.

Menurut Febrio, kebijakan fiskal turut diarahkan untuk memperkuat ketahanan sektor padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja. Dengan peningkatan ekspor bernilai tambah, diharapkan kontribusi industri terhadap PDB semakin optimal.

Neraca Perdagangan Tetap Surplus

Badan Pusat Statistik mencatat bahwa neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus besar hingga periode Januari–Oktober 2025. Surplus tersebut mencapai US$35,9 miliar dan sebagian besar disumbang oleh sektor nonmigas.

Sektor nonmigas memberikan kontribusi surplus sebesar US$51,5 miliar sehingga menunjukkan kekuatan utama dari ekspor Indonesia. Kinerja tersebut mencerminkan keberhasilan beberapa sektor unggulan dalam mempertahankan produksinya.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia mencapai US$234,0 miliar sepanjang periode tersebut. Angka ini naik 7 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.

Kenaikan ekspor nonmigas mencapai 8,4 persen dan menjadi komponen utama penguat ekspor nasional. Peningkatan ini menunjukkan bahwa pasar luar negeri masih merespons positif terhadap produk-produk Indonesia.

Sektor industri pengolahan menjadi salah satu penyumbang terbesar dengan pertumbuhan 15,8 persen. Pertanian, kehutanan, dan perikanan juga mencatat lonjakan tinggi sebesar 28,6 persen yang menunjukkan peningkatan permintaan global terhadap produk-produk tersebut.

Peningkatan impor barang modal sebesar 18,7 persen selama periode yang sama dipandang sebagai indikasi positif. Hal ini dianggap sebagai tanda bahwa perusahaan-perusahaan dalam negeri terus memperluas kapasitas produksinya.

Impor barang modal yang meningkat biasanya menunjukkan adanya investasi baru di sektor industri. Kondisi ini memperkuat keyakinan bahwa perekonomian Indonesia masih berada pada jalur ekspansif.

Pemerintah berharap bahwa peningkatan kapasitas produksi tersebut akan memperkuat daya saing ekspor dalam jangka panjang. Dengan modal yang lebih modern dan efisien, industri Indonesia dapat meningkatkan kualitas produk agar lebih kompetitif secara global.

Terkini