5 Tanda Perubahan Kulit yang Bisa Menunjukkan Kerusakan Ginjal Kronis

Selasa, 02 Desember 2025 | 14:48:01 WIB
5 Tanda Perubahan Kulit yang Bisa Menunjukkan Kerusakan Ginjal Kronis

JAKARTA - Ginjal memiliki peran vital dalam menyaring darah dan menjaga keseimbangan cairan tubuh. Ketika fungsinya menurun, racun menumpuk dan dapat memengaruhi berbagai organ, termasuk kulit.

Perubahan pada kulit sering muncul pada pasien penyakit ginjal kronis stadium lanjut. Kulit yang tampak berbeda bisa menjadi pertanda tubuh membutuhkan pemeriksaan medis segera.

Dokter kulit dan spesialis ginjal menekankan pentingnya mengenali gejala kulit sejak dini. Tindakan cepat dapat membantu pengelolaan kondisi ginjal dan mencegah komplikasi lebih serius.

Gejala Kulit yang Perlu Diwaspadai

1. Kulit Sangat Kering (Xerosis)

Xerosis adalah salah satu gejala kulit paling umum pada gagal ginjal kronis. Sekitar 72 persen pasien melaporkan kulit kering, bersisik, kasar, dan terasa kencang.

Penurunan fungsi ginjal menyebabkan kelenjar keringat dan minyak kulit tidak bekerja optimal. Hal ini bisa memperparah rasa gatal, membuat kulit pecah-pecah, dan meningkatkan risiko infeksi.

Untuk membantu mengurangi kekeringan, disarankan menggunakan pelembap rutin, minum cukup air, dan menghindari mandi air panas. Pakaian berbahan katun juga lebih ramah bagi kulit yang sensitif.

2. Gatal Intens (Pruritus Uremik)

Gatal parah sering dialami pasien penyakit ginjal kronis. Akumulasi toksin seperti urea mengiritasi saraf kulit dan menyebabkan gatal merata atau lokal.

Sekitar 56 persen pasien CKD stadium akhir mengalami gejala ini. Pada beberapa pasien hemodialisis, gatal dapat meningkat seiring kadar urea, kreatinin, dan PTH yang tinggi.

Langkah sementara yang bisa membantu meredakan gatal antara lain mandi air dingin, menggunakan oatmeal atau krim pelembap, serta menjaga kuku tetap pendek.

3. Ruam dan Benjolan Kulit

Ruam kulit dapat menjadi tanda penumpukan limbah tubuh pada gagal ginjal tahap lanjut. Benjolan kecil sering muncul dan bisa bergabung membentuk bercak kasar di kulit.

Beberapa kasus disertai rasa nyeri, bintik ungu, atau luka yang memburuk. Kondisi langka seperti kalsifilaksis juga mungkin muncul pada CKD stadium akhir, disertai infeksi jamur atau bakteri.

Perawatan dasar mencakup penggunaan sabun lembut tanpa pewangi, mengeringkan kulit dengan ditepuk lembut, dan segera memeriksakan ke dokter bila ruam melebar atau bernanah.

4. Bengkak atau Edema

Edema muncul ketika ginjal gagal membuang kelebihan garam dan cairan, menyebabkan penumpukan cairan di jaringan. Bengkak biasanya terlihat di sekitar mata, pergelangan kaki, atau tangan.

Beberapa pasien juga melaporkan urine berbusa sebagai tanda masalah penyaringan ginjal. Endapan mineral seperti kalsium dapat memperkeras benjolan di bawah kulit, terutama di sekitar sendi.

Untuk membantu mengurangi bengkak, disarankan mengangkat kaki lebih tinggi dari jantung, membatasi konsumsi garam, dan memantau berat badan setiap hari.

5. Perubahan Warna Kulit

Penyakit ginjal kronis stadium lanjut sering memicu perubahan warna kulit. Kulit bisa menjadi pucat, kekuningan, hingga gelap akibat penumpukan limbah atau anemia.

Sekitar 21 persen pasien mengalami kulit kekuningan, 51 persen hiperpigmentasi di area terpapar matahari, dan 64 persen pucat akibat anemia. Kulit kadang menebal, bergelombang, atau muncul bintik hitam mirip komedo putih.

Langkah pencegahan meliputi melindungi kulit dari sinar matahari, mengonsumsi makanan kaya zat besi jika pucat karena anemia, dan mendokumentasikan perubahan warna kulit untuk memudahkan pemeriksaan medis.

Perubahan kulit bisa menjadi petunjuk awal gangguan ginjal kronis. Kulit kering, gatal, ruam, bengkak, dan perubahan warna perlu diperhatikan sebagai tanda tubuh memberi sinyal.

Mengenali gejala sejak dini dan melakukan pemeriksaan medis bisa mencegah komplikasi lebih serius. Perawatan kulit rutin dan gaya hidup sehat mendukung kesehatan ginjal serta kualitas hidup pasien.

Terkini