Harga Biji Kakao Turun Akibat Surplus Global, Kayu Olahan Justru Menguat

Selasa, 02 Desember 2025 | 13:39:21 WIB
Harga Biji Kakao Turun Akibat Surplus Global, Kayu Olahan Justru Menguat

JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mencatat harga referensi (HR) biji kakao untuk periode Desember 2025 mengalami penurunan signifikan. HR ditetapkan sebesar 5.977,46 dolar AS per metrik ton (MT), turun 397,34 dolar AS atau 6,23 persen dibanding periode sebelumnya.

Penurunan HR turut memengaruhi Harga Patokan Ekspor (HPE) biji kakao, yang kini menjadi 5.604 dolar AS per MT. Angka ini turun 386 dolar AS atau 6,45 persen dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan tekanan pasar internasional terhadap komoditas kakao.

Penyebab Penurunan Harga Biji Kakao

Plt. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Tommy Andana, menjelaskan bahwa penurunan HR dan HPE dipicu oleh meningkatnya suplai global. Kondisi ini terutama terlihat di negara-negara produsen utama Afrika Barat yang mengalami perbaikan cuaca dan produktivitas.

Selain itu, Tommy menyebut kekhawatiran melemahnya permintaan dunia turut memengaruhi harga kakao. Kombinasi peningkatan produksi dan sentimen pasar global menjadikan harga biji kakao turun lebih dari enam persen dalam sebulan.

Penetapan HPE Desember 2025 mengacu pada Kolom Angka 4 Lampiran Huruf B PMK Nomor 38 Tahun 2024 jo. PMK Nomor 68 Tahun 2025. Sedangkan Persentase Ekspor (PE) biji kakao ditetapkan sebesar 7,5 persen sesuai Lampiran Huruf C PMK Nomor 69 Tahun 2025.

Kenaikan Harga Patokan Ekspor Produk Kayu

Sementara harga biji kakao turun, HPE beberapa komoditas kayu justru mengalami kenaikan. Produk yang mengalami penguatan harga meliputi veneer dari hutan alam dan hutan tanaman, serta wooden sheet untuk packing box.

Kenaikan HPE juga terlihat pada kayu olahan dengan luas penampang 1.000–4.000 mm² dari jenis meranti, merbau, rimba campuran, eboni, dan jati. Selain itu, hutan tanaman seperti pinus, gemelina, akasia, sengon, balsa, eucalyptus, dan jenis lainnya juga mencatat HPE lebih tinggi.

Namun demikian, tidak semua jenis kayu mengalami kenaikan. HPE kayu olahan jenis karet justru tercatat menurun untuk periode Desember 2025. Hal ini menandakan dinamika pasar kayu yang tetap beragam meski ada tren penguatan di beberapa jenis.

Komoditas Kayu dan Produk Lain yang Stabil

Sejumlah komoditas kayu mempertahankan harga HPE yang sama dibanding bulan sebelumnya. Produk tersebut antara lain wood in chips atau particle, chipwood, kayu olahan luas penampang 1.000–4.000 mm² dari jenis sungkai, serta kayu olahan khusus jenis merbau dengan luas penampang 4.000–10.000 mm².

Selain kayu, HPE produk lain seperti kulit dan getah pinus juga tetap stabil. Kondisi ini menunjukkan adanya keseimbangan harga untuk komoditas tertentu di pasar ekspor, meskipun beberapa jenis kayu dan kakao mengalami fluktuasi.

Dampak Penurunan dan Kenaikan Harga

Penurunan harga biji kakao dapat memengaruhi penerimaan devisa dari sektor ekspor. Hal ini juga berdampak pada para petani yang mengandalkan harga kakao sebagai sumber pendapatan utama.

Sementara kenaikan HPE kayu olahan dan veneer bisa menjadi peluang bagi eksportir untuk meningkatkan pendapatan. Harga kayu yang lebih tinggi mencerminkan permintaan global yang tetap kuat, terutama dari sektor konstruksi dan manufaktur packaging.

Tommy Andana menekankan pentingnya pemantauan pasar global agar fluktuasi harga dapat diantisipasi. Pemerintah akan terus meninjau kebijakan ekspor dan dukungan bagi produsen dalam menghadapi kondisi pasar internasional yang dinamis.

Secara keseluruhan, Desember 2025 menunjukkan tren beragam di sektor komoditas ekspor Indonesia. Biji kakao menghadapi tekanan akibat surplus global, sementara kayu olahan menunjukkan potensi penguatan harga.

Pemerintah melalui Kemendag akan terus memantau perkembangan pasar dan menyesuaikan strategi perdagangan. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan antara kepentingan petani, eksportir, dan stabilitas harga di pasar global.

Terkini