BPS Catat NTP November 2025 Turun, Komoditas Perkebunan Jadi Penyebab Utama

Selasa, 02 Desember 2025 | 09:34:37 WIB
BPS Catat NTP November 2025 Turun, Komoditas Perkebunan Jadi Penyebab Utama

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai tukar petani (NTP) pada November 2025 berada di level 124,05. Angka ini turun 0,23% dibandingkan Oktober 2025 yang berada di level 124,33.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menjelaskan bahwa penurunan NTP disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,26%. Penurunan ini lebih dalam dibanding indeks harga yang dibayarkan petani (Ib) yang hanya turun 0,03%.

“Komoditas yang dominan mempengaruhi penurunan indeks harga yang diterima petani nasional adalah gabah, kelapa sawit, kakao atau cokelat biji, dan juga tembakau,” kata Pudji dalam Rilis BPS.

Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran bagi para petani karena NTP menjadi salah satu indikator utama kesejahteraan mereka. Jika NTP menurun, daya beli petani di pedesaan akan lebih terbatas dibandingkan bulan sebelumnya.

Tanaman Perkebunan Rakyat Alami Penurunan NTP Paling Dalam

Subsektor yang mengalami penurunan NTP terdalam tercatat pada tanaman perkebunan rakyat (NTPR). NTPR turun menjadi 159,10 pada November 2025, dari sebelumnya 160,16 pada Oktober 2025.

“Subsektor tanaman perkebunan rakyat ini mengalami penurunan NTP sebesar 0,66% dan hal ini disebabkan karena It turun sebesar 0,85% dan lebih dalam dari penurunan Ib yang sebesar 0,19%,” ujar Pudji.

Komoditas yang dominan memengaruhi penurunan It pada subsektor NTPR meliputi kelapa sawit, kakao atau cokelat biji, tembakau, dan kelapa. Penurunan harga ini berpotensi menekan pendapatan petani yang menggantungkan hidup dari tanaman perkebunan.

Pudji menambahkan, meskipun terjadi penurunan, NTP tetap menjadi alat ukur penting untuk mengetahui seberapa baik petani bisa menukar produk pertanian dengan kebutuhan sehari-hari. Kondisi ini penting untuk memahami kesejahteraan petani secara menyeluruh.

Perbandingan dengan Nilai Tukar Nelayan

Berbeda dengan petani, nilai tukar nelayan (NTN) justru mengalami kenaikan pada November 2025. Kenaikan NTN tercatat sebesar 0,70% karena indeks harga yang diterima nelayan (It) meningkat 0,66%.

Sementara itu, indeks harga yang dibayarkan nelayan (Ib) justru turun 0,04%, sehingga daya beli nelayan membaik pada periode tersebut. “Komoditas yang dominan mempengaruhi peningkatan It pada nilai tukar nelayan ini adalah tongkol, kembung atau kobang atau sumbo, kemudian cumi-cumi dan kakap,” terang Pudji.

Kenaikan NTN menunjukkan bahwa tidak semua sektor agraris menghadapi tekanan harga yang sama. Nelayan dapat memperoleh harga hasil tangkapan lebih baik, berbeda dengan sebagian besar petani yang mengalami penurunan daya beli.

NTP sebagai Indikator Kesejahteraan Pedesaan

Secara sederhana, NTP mencerminkan kemampuan petani untuk membeli barang dan jasa dengan hasil panennya. Jika NTP naik, berarti harga hasil panen petani naik lebih cepat daripada harga barang yang mereka beli.

Penghitungan NTP dilakukan dengan membandingkan indeks harga yang diterima petani (It) dan indeks harga yang dibayarkan petani (Ib). Indikator ini sangat penting karena menilai kondisi ekonomi petani di pedesaan secara keseluruhan.

Penurunan NTP bulan ini menjadi sinyal bagi pemerintah dan pelaku usaha untuk memperhatikan kondisi pasar pertanian. Langkah-langkah mitigasi, seperti stabilisasi harga komoditas dan dukungan subsidi, bisa membantu menjaga kesejahteraan petani tetap stabil.

Terkini