JAKARTA - Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2026, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kembali mengaktifkan program pasar murah yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Upaya ini dilakukan untuk memastikan kebutuhan pokok tetap dapat dijangkau oleh warga, terutama di kawasan padat penduduk yang rawan terdampak kenaikan harga tahunan.
Program pasar murah ini dirancang sebagai salah satu instrumen pengendalian inflasi pangan yang cenderung meningkat pada momentum hari besar keagamaan nasional. Pemerintah daerah menekankan bahwa kegiatan ini tidak hanya berfungsi sebagai distribusi barang, tetapi juga sebagai bentuk intervensi harga yang memastikan kestabilan pasar.
Pelaksanaan pasar murah berlangsung selama lima hari, mulai 1 hingga 5 Desember 2025, dan digelar secara serentak di seluruh wilayah kota administrasi Jakarta. Keputusan memilih rentang waktu tersebut dimaksudkan agar harga-harga dapat terkendali sebelum lonjakan permintaan menjelang libur panjang benar-benar terasa.
Pemprov DKI menyampaikan bahwa rangkaian pasar murah Nataru 2025 berada dalam koridor kebijakan jangka menengah pengendalian harga pangan. Program ini diharapkan mampu menahan tekanan psikologis pasar yang sering muncul ketika warga mulai melakukan pembelian besar dalam menghadapi liburan.
Komitmen Pemerintah dalam Memperluas Akses Kebutuhan Pokok
Kepala Dinas PPKUKM DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, menjelaskan bahwa kegiatan pasar murah ditujukan untuk menjangkau kantong-kantong kemiskinan serta wilayah pemukiman padat penduduk. Ratu menegaskan bahwa program ini berfungsi sebagai jembatan antara kebutuhan warga berpenghasilan rendah dan pasokan bahan pokok bersubsidi yang tersedia.
“Tujuan utama dari pasar murah adalah untuk menyalurkan berbagai komoditas bahan pokok di bawah harga pasar kepada masyarakat yang berada di kantong-kantong kemiskinan atau wilayah permukiman padat penduduk, termasuk bantaran sungai atau pinggiran rel kereta api, serta memastikan tingkat permintaan kebutuhan pokok tetap terpenuhi,” kata Ratu. Ia menjelaskan bahwa pendekatan tersebut memungkinkan masyarakat tetap memiliki akses terhadap komoditas penting tanpa terbebani lonjakan harga musiman.
Pelaksanaan pasar murah juga diarahkan untuk meredam potensi gejolak harga yang kerap muncul menjelang Nataru. Menurut Ratu, kenaikan kebutuhan pangan pada momen tertentu selalu menjadi tantangan tersendiri bagi keluarga prasejahtera, terutama ketika permintaan meningkat secara bersamaan.
“Satuan kerja di tingkat kelurahan atau kecamatan telah menentukan beberapa lokasi pasar murah. Kami memastikan distribusi bahan pokok bersubsidi tepat sasaran,” ujar Ratu dalam pernyataannya.
Ratu menambahkan bahwa pasar murah diisi oleh berbagai peserta dari sektor pemerintah dan swasta. Sejumlah stan berasal dari lembaga pemerintah daerah, BUMN/BUMD, UMKM binaan, serta perusahaan pangan seperti PT Food Station, PD Dharma Jaya, dan Bulog.
Keberadaan banyak pelaku distribusi dalam satu lokasi diharapkan dapat menghadirkan harga yang lebih kompetitif bagi warga. Pemerintah juga menilai pola tersebut mampu mendorong efektivitas penyaluran bantuan pangan secara langsung kepada kelompok rentan.
Menjaga Daya Beli dan Memastikan Stok Pangan Aman
Penjualan bahan pokok dengan harga di bawah pasar disiapkan sebagai penyangga daya beli masyarakat menjelang periode akhir tahun. Pemerintah menilai bahwa kondisi ekonomi keluarga prasejahtera perlu mendapat perhatian tambahan ketika aktivitas belanja masyarakat meningkat.
“Program Pasar Murah Nataru 2025 ini merupakan wujud nyata komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam menciptakan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat melalui pengendalian inflasi di sektor pangan,” kata Ratu menegaskan. Ia menambahkan bahwa pemerintah memastikan kolaborasi lintas sektor tetap berjalan agar kebutuhan pokok tetap tersedia di berbagai titik strategis.
Kenaikan harga pada periode Nataru biasanya disebabkan peningkatan konsumsi rumah tangga dan pergeseran pola belanja masyarakat. Pemerintah memandang momentum ini membutuhkan pengawasan ketat agar harga tidak melambung secara signifikan.
Melalui pasar murah, pemerintah ingin memastikan pasokan komoditas seperti beras, minyak goreng, daging, telur, serta berbagai bahan pokok lainnya tetap dapat dijangkau. Program ini juga dirancang sebagai intervensi langsung untuk menjaga agar pasokan tidak mengalami hambatan dalam rantai distribusi.
Pemerintah menekankan bahwa stabilitas harga pangan merupakan salah satu indikator penting dalam menjaga laju inflasi di daerah. Kondisi tersebut menjadi perhatian utama karena dapat memengaruhi kesejahteraan masyarakat secara luas.
Jadwal dan Lokasi Pasar Murah di Lima Wilayah Jakarta
Pemprov DKI telah menetapkan lima titik pelaksanaan pasar murah selama lima hari penyelenggaraan program. Setiap titik mewakili satu kota administrasi sehingga distribusi dapat berlangsung merata dan menjangkau lebih banyak warga.
Pada 1 Desember 2025, pasar murah digelar di Rusun Petamburan RW 011 Jakarta Pusat. Lokasi tersebut dipilih karena menjadi salah satu titik pemukiman padat dengan banyak keluarga berpenghasilan rendah.
Kemudian pada 2 Desember 2025, kegiatan dipindahkan ke Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Wilayah tersebut menjadi salah satu kawasan yang membutuhkan akses pangan terjangkau secara berkelanjutan.
Pada 3 Desember 2025, pasar murah berlangsung di Rusun Pesakih Jakarta Barat. Pemerintah menilai lokasi ini memiliki konsentrasi penduduk padat yang cukup tinggi sehingga memerlukan intervensi pangan.
Selanjutnya pada 4 Desember 2025, kegiatan digelar di Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. Kawasan tersebut dipilih sebagai salah satu titik strategis karena memiliki jumah warga prasejahtera dalam jumlah signifikan.
Pada 5 Desember 2025, rangkaian kegiatan ditutup di RPTRA Bhineka Jakarta Selatan. Lokasi ini menjadi titik penyebaran akhir sebelum pemerintah mulai memasuki persiapan stabilisasi harga menjelang libur panjang.