JAKARTA - Penanganan bencana di beberapa wilayah Indonesia kembali menempatkan perempuan, anak, lansia, dan penyandang disabilitas sebagai kelompok dengan kebutuhan khusus yang harus segera dipenuhi. Situasi ini mendorong pemerintah untuk memastikan bahwa langkah-langkah perlindungan berjalan secara cepat, tepat, dan menyeluruh selama masa tanggap darurat.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Arifah Fauzi turun langsung meninjau posko pengungsian yang berada di SD Negeri 02 Cupak Tangah, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Kehadiran Menteri PPPA ini bertujuan memastikan bahwa kebutuhan spesifik perempuan dan anak dalam kondisi darurat dapat diterima tanpa kendala.
Dalam peninjauan tersebut, Arifah Fauzi menyampaikan kepeduliannya terhadap masyarakat yang sedang menghadapi masa sulit akibat banjir yang melanda sejumlah wilayah. Ia menjelaskan bahwa kunjungan ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah untuk hadir di tengah masyarakat yang terdampak bencana.
Perjalanan menuju lokasi pengungsian dilakukan untuk memahami kondisi lapangan dan memetakan kebutuhan mendesak yang diperlukan oleh kelompok rentan. Kehadiran pejabat pemerintah pada masa krisis dianggap penting karena dapat mempercepat aliran bantuan dan memperbaiki koordinasi.
Dalam keterangannya di Jakarta pada Selasa, Arifah Fauzi mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap peristiwa bencana yang menimpa berbagai wilayah seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ia menekankan bahwa kunjungan ke Kota Padang dilakukan untuk menyapa para korban, terutama perempuan dan anak yang disebut sebagai kelompok paling rentan.
Dalam pandangannya, kondisi darurat bukan hanya menuntut distribusi bantuan fisik, tetapi juga pendampingan emosional dan perhatian khusus pada kelompok yang rentan. Oleh karena itu, penguatan koordinasi terus dilakukan dengan berbagai pihak terkait agar segala kebutuhan dapat terpenuhi secara cepat.
Posko Penampungan Dipadati Pengungsi dari Berbagai Kelompok Usia
Posko SDN 02 Cupak Tangah yang dikunjungi Menteri PPPA menjadi salah satu titik pengungsian terbesar di wilayah Kota Padang. Lokasi ini tercatat menampung sebanyak 1.973 jiwa dari total 481 Kartu Keluarga yang dipindahkan akibat banjir.
Dalam rombongan pengungsi tersebut terdapat 6 ibu hamil yang membutuhkan pemantauan kesehatan dan nutrisi secara berkala. Selain itu, terdapat pula 36 bayi dan balita yang memerlukan perhatian khusus dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Tak hanya itu, posko tersebut juga menjadi tempat berlindung bagi 171 anak yang terdampak banjir. Kehadiran ratusan anak ini menjadi alasan pemerintah memperkuat dukungan psikososial agar kondisi mental mereka tetap stabil.
Kelompok rentan lainnya yang turut mengungsi terdiri dari 71 lansia yang membutuhkan perawatan khusus terkait kesehatan dan mobilitas fisik. Sementara itu, posko ini juga menampung 1 penyandang disabilitas yang perlu mendapatkan fasilitas yang memadai selama tinggal di tempat pengungsian.
Berbagai latar belakang usia dan kondisi fisik para pengungsi memperlihatkan tantangan besar dalam penanganan kebutuhan dasar. Karena itu, koordinasi lintas lembaga dan dukungan masyarakat menjadi faktor vital untuk memastikan semua kebutuhan terpenuhi.
Kementerian PPPA Prioritaskan Pemenuhan Hak Kelompok Rentan Selama Masa Tanggap Darurat
Menteri Arifah Fauzi menegaskan bahwa perlindungan terhadap kelompok rentan merupakan prioritas utama pemerintah selama masa tanggap darurat. Ia menilai bahwa perempuan dan anak memiliki risiko lebih besar untuk mengalami dampak fisik maupun psikologis selama bencana.
Menurut Arifah, kehadiran negara dalam situasi bencana harus diwujudkan secara nyata melalui penyediaan layanan darurat yang inklusif. Ia menekankan bahwa semua kelompok, termasuk lansia dan penyandang disabilitas, harus mendapatkan perlindungan yang setara.
Dalam pernyataannya, Arifah Fauzi menegaskan bahwa negara hadir untuk memastikan hak-hak perempuan dan anak tetap terlindungi. Ia menyampaikan komitmen bahwa perlindungan tersebut akan diberikan tidak hanya selama masa tanggap darurat tetapi juga berlanjut ke tahap pemulihan.
Pemerintah memandang bahwa fase pemulihan merupakan masa krusial untuk membangun kembali ketahanan masyarakat pascabencana. Oleh karena itu, kebutuhan spesifik kelompok rentan akan terus dipantau hingga kondisi mereka kembali stabil.
Di sejumlah titik yang terdampak bencana, termasuk wilayah Kota Padang, layanan dukungan psikososial telah mulai berjalan. Layanan ini melibatkan berbagai unsur seperti tenaga ahli, relawan, dan masyarakat setempat untuk memastikan para korban mendapatkan pendampingan emosional.
Kebutuhan khusus seperti hygiene kit, obat-obatan, kebutuhan ibu hamil dan balita, serta dukungan psikologis menjadi bagian dari bantuan yang diprioritaskan. Pemerintah memastikan pendistribusian bantuan tersebut dilakukan secara merata dan tepat sasaran.
Penguatan Solidaritas Masyarakat dan Kolaborasi Lintas Lembaga Terus Didorong
Dalam kesempatan yang sama, Menteri PPPA turut memberikan bantuan berupa susu kepada anak-anak di lokasi pengungsian. Bantuan tersebut diberikan sebagai bentuk dukungan terhadap pemenuhan gizi anak di tengah kondisi darurat.
Ia menilai bahwa kesehatan dan kebutuhan gizi anak harus dijaga agar mereka tetap kuat selama berada di lingkungan pengungsian. Kondisi darurat tidak boleh menjadi alasan untuk menurunkan kualitas pemenuhan hak anak.
Arifah Fauzi juga menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang terlibat dalam proses penanganan bencana. Tim SAR, BPBD, TNI, Polri, tenaga medis, pemerintah daerah, dan relawan dinilai bekerja keras dalam proses evakuasi dan penyaluran bantuan.
Menurutnya, kerja-kerja di lapangan menjadi bukti nyata bahwa solidaritas masyarakat Sumatera Barat tetap kuat meskipun berada dalam situasi kritis. Kebersamaan ini disebutnya sebagai kekuatan utama yang membantu mempercepat proses pemulihan di daerah terdampak.
Ia juga menyoroti bahwa sejumlah wilayah masih berada dalam kondisi terisolasi sehingga membutuhkan kerja ekstra untuk menjangkau para korban. Pemerintah bersama berbagai unsur terus berupaya membuka akses dan mengirimkan bantuan hingga ke titik paling sulit.
Menteri Arifatul Choiri Fauzi menyatakan bahwa semangat gotong royong semua pihak menjadi energi penting dalam menghadapi bencana besar ini. Ia berharap bahwa sinergi antara pemerintah dan masyarakat dapat terus terjaga hingga seluruh korban kembali mendapatkan kehidupan yang layak.