JAKARTA - Anemia terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah sehat atau hemoglobin yang cukup. Kondisi ini membuat oksigen sulit dibawa ke seluruh tubuh, sehingga menimbulkan rasa lelah, pusing, pucat, dan napas pendek.
Mengenali penyebab anemia sejak dini penting agar risiko dapat diminimalkan. Berbagai faktor pemicu memengaruhi jenis dan penanganan anemia yang dibutuhkan setiap orang.
Kekurangan Nutrisi dan Kehilangan Darah
Penyebab paling umum anemia adalah kekurangan zat besi. Zat besi diperlukan untuk membentuk hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen, dan kekurangannya bisa muncul akibat pola makan tidak seimbang, gangguan pencernaan, atau perdarahan.
Kekurangan vitamin B12 dan folat juga bisa menyebabkan anemia. Kedua nutrisi ini penting untuk produksi sel darah merah yang sehat, dan kekurangannya dapat menghasilkan sel darah abnormal yang tidak bekerja optimal.
Perdarahan, baik akut maupun kronis, menjadi faktor anemia lainnya. Menstruasi berat, operasi, cedera, atau perdarahan saluran cerna dapat menyebabkan tubuh kehilangan sel darah merah lebih cepat daripada kemampuan tubuh menggantinya.
Kerusakan Sel Darah Merah dan Penyakit Kronis
Hemolytic anemia terjadi ketika sel darah merah rusak lebih cepat daripada pembentukannya. Kondisi ini bisa disebabkan kelainan bawaan, infeksi, penyakit autoimun, atau efek samping obat tertentu, sehingga tubuh kekurangan pasokan oksigen meski produksi sel darah tetap berlangsung.
Gangguan produksi sel darah merah juga dapat muncul akibat penyakit ginjal kronis. Pada kondisi ini, hormon Erythropoietin (EPO) yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah baru berkurang, sementara peradangan dan gangguan pemanfaatan zat besi memperparah anemia.
Penyakit kronis atau inflamasi jangka panjang juga dapat menurunkan produksi sel darah merah. Infeksi kronis, penyakit autoimun, dan kanker membuat tubuh kurang responsif terhadap zat besi, sehingga kadar sel darah merah menurun meski asupan nutrisi cukup.
Faktor Genetik dan Pencegahan
Beberapa jenis anemia disebabkan faktor bawaan atau kelainan genetik. Kelainan ini memengaruhi struktur atau fungsi hemoglobin, membuat sel darah merah lebih rapuh atau tidak terbentuk dengan baik, sehingga membutuhkan pemantauan medis jangka panjang.
Setiap penyebab anemia memerlukan penanganan berbeda. Anemia akibat kekurangan zat besi tidak bisa diobati dengan cara yang sama seperti anemia akibat penyakit ginjal atau kelainan genetik.
Pemeriksaan darah dan konsultasi medis sangat penting. Langkah ini membantu menentukan jenis anemia, penyebabnya, dan pengobatan yang tepat agar kondisi tidak memburuk.
Mengetahui tanda-tanda anemia sejak awal membantu pencegahan lebih efektif. Jika tubuh sering merasa lemas, pusing, pucat, atau sesak napas tanpa sebab jelas, sebaiknya segera periksa kesehatan.
Perubahan pola makan, konsumsi suplemen zat besi atau vitamin, serta manajemen penyakit kronis menjadi langkah pencegahan utama. Edukasi mengenai anemia juga penting agar masyarakat lebih sadar akan risiko dan cara menanganinya.
Kebiasaan hidup sehat dapat membantu menjaga kadar sel darah merah. Diet seimbang, olahraga rutin, dan manajemen stres berperan penting dalam mencegah anemia akibat gaya hidup dan penyakit kronis.
Selain itu, deteksi dini melalui tes darah rutin sangat dianjurkan. Tindakan cepat dapat mencegah komplikasi serius dan membantu tubuh tetap bertenaga dalam aktivitas sehari-hari.
Kesadaran akan berbagai faktor penyebab anemia akan mendorong masyarakat lebih proaktif dalam menjaga kesehatan. Langkah kecil sehari-hari, seperti memperhatikan nutrisi dan menjaga pola hidup sehat, bisa mencegah anemia sebelum gejala muncul.
Anemia bukan hanya masalah kesehatan ringan, melainkan kondisi yang bisa memengaruhi kualitas hidup. Dengan memahami penyebab dan cara pencegahan, tubuh tetap sehat dan energi terjaga.