JAKARTA - Bagi pelanggan prabayar PLN, membeli token listrik bukan sekadar transaksi biasa. Token ini dikonversi menjadi satuan kilowatt hour (kWh), yang menunjukkan jumlah energi listrik yang bisa digunakan di rumah.
Meskipun terlihat sederhana, masih banyak pelanggan yang belum memahami cara menghitung jumlah kWh yang mereka peroleh dari pembelian token. Besaran kWh dipengaruhi oleh nilai nominal token, tarif dasar listrik (TDL), dan pajak penerangan jalan (PPJ) yang berbeda-beda di tiap daerah.
Faktor yang Mempengaruhi Jumlah kWh dari Token Listrik
Jumlah kWh yang diperoleh dari token listrik tidak selalu sama antar pelanggan. Tarif dasar listrik dan PPJ menjadi komponen utama dalam perhitungannya, dengan PPJ biasanya berkisar antara 3–10 persen di seluruh Indonesia.
Selain itu, pemerintah menyesuaikan tarif listrik nonsubsidi setiap tiga bulan sekali. Penyesuaian dilakukan berdasarkan kondisi ekonomi makro, seperti nilai tukar rupiah, inflasi, Indonesian Crude Price (ICP), serta Harga Batubara Acuan (HBA).
Meski parameter makro cenderung meningkat, pemerintah memutuskan tarif listrik tetap hingga akhir tahun 2025. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat agar tetap stabil.
Plt. Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Tri Winarno, menjelaskan keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan kesejahteraan pelanggan. Dengan demikian, pelanggan prabayar dapat merencanakan penggunaan listrik tanpa khawatir terjadi kenaikan tarif mendadak.
Tarif Dasar Listrik November 2025 untuk Pelanggan Prabayar
Berikut tarif dasar listrik (TDL) per kWh bagi pelanggan rumah tangga nonsubsidi prabayar per November 2025:
900 VA (R-1/TR): Rp 1.352 per kWh
1.300 VA (R-1/TR): Rp 1.444,70 per kWh
2.200 VA (R-1/TR): Rp 1.444,70 per kWh
3.500–5.500 VA (R-2/TR): Rp 1.699,53 per kWh
6.600 VA ke atas (R-3/TR): Rp 1.699,53 per kWh
Perbedaan tarif ini berdampak langsung pada jumlah kWh yang diperoleh pelanggan. Semakin tinggi daya listrik yang dimiliki, semakin tinggi pula biaya per kWh yang harus dibayarkan.
Selain TDL, PPJ juga memengaruhi jumlah kWh dari token listrik. Misalnya, di Jakarta, PPJ ditetapkan sebesar 3 persen dari harga token, yang kemudian dikurangkan sebelum menghitung kWh.
Rumus Sederhana Hitung kWh dari Token Listrik
Untuk menghitung kWh yang diperoleh, pelanggan bisa menggunakan rumus berikut:
(Harga token – PPJ) ÷ tarif dasar listrik = jumlah kWh
Contohnya, pelanggan rumah tangga di Jakarta dengan daya 1.300 VA membeli token listrik Rp 100.000. Dengan PPJ 3 persen, perhitungannya adalah:
Harga token: Rp 100.000
PPJ 3 persen: Rp 3.000
Tarif dasar listrik: Rp 1.444,70 per kWh
Maka, jumlah kWh yang diperoleh: (Rp 100.000 – Rp 3.000) ÷ Rp 1.444,70 ≈ 67,14 kWh.
Artinya, dengan pembelian token Rp 100.000, pelanggan 1.300 VA di Jakarta mendapatkan sekitar 67 kWh listrik. Perhitungan ini bisa berbeda jika pelanggan berada di wilayah lain dengan PPJ berbeda atau memiliki daya listrik lain.
Tips Mengatur Pembelian Token Agar Listrik Lebih Efisien
Mengetahui jumlah kWh dari setiap pembelian memungkinkan pelanggan mengatur penggunaan listrik lebih bijak. Dengan catatan berapa kWh yang diperoleh, pelanggan bisa memprediksi kapan perlu membeli token lagi dan menghindari listrik padam mendadak.
Selain itu, pelanggan disarankan mengecek nilai PPJ di daerah masing-masing sebelum membeli token. Dengan begitu, perhitungan kWh lebih akurat dan tidak ada kekeliruan saat menggunakan listrik.
Pembelian token listrik juga sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan listrik harian rumah tangga. Mengatur jadwal penggunaan alat elektronik dan memanfaatkan lampu hemat energi bisa membuat kWh dari token lebih awet.
Dengan strategi penggunaan yang tepat, pelanggan dapat memaksimalkan pemakaian listrik dari nominal token yang dibeli. Hal ini membantu menjaga biaya listrik tetap terkendali hingga pembelian token berikutnya.
Pentingnya Memahami kWh dan Perhitungan Token
Memahami cara menghitung kWh dari token listrik menjadi hal penting bagi pelanggan prabayar PLN. Pengetahuan ini membantu pelanggan merencanakan penggunaan listrik secara efisien, menyesuaikan pembelian token, dan menghindari listrik padam di tengah kebutuhan mendesak.
Pelanggan juga perlu menyadari bahwa faktor tarif dasar listrik dan PPJ berbeda-beda di setiap daerah. Oleh karena itu, pengecekan sebelum membeli token sangat disarankan agar perhitungan kWh lebih tepat.
Dengan mengikuti rumus perhitungan sederhana, pelanggan dapat mengetahui jumlah kWh yang diperoleh dan memaksimalkan penggunaan energi listrik. Strategi ini membantu menjaga kenyamanan rumah tangga tanpa harus mengeluarkan biaya lebih besar dari yang seharusnya.
Memperhatikan tarif listrik, PPJ, dan daya listrik adalah langkah awal mengelola penggunaan listrik. Dengan cara ini, pembelian token listrik bukan sekadar transaksi, tetapi juga perencanaan energi rumah tangga yang lebih cerdas.