JAKARTA — Pemerintah merancang skema terintegrasi untuk meningkatkan produksi ayam dan telur sebagai pasokan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Langkah ini melibatkan berbagai pihak, mulai dari kementerian, BUMN pangan, pemerintah daerah, hingga peternak rakyat.
Instruksi Presiden Prabowo Subianto kepada Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjadi titik awal kebijakan ini. Targetnya adalah memastikan pasokan protein hewani cukup untuk masyarakat, terutama anak-anak dan penerima MBG di seluruh Indonesia.
Rapat Koordinasi dan Target Produksi Baru
Rapat koordinasi dilakukan bersama Pinsar dan peternak ayam pedaging di Kementerian Pertanian, Jakarta. Pertemuan ini menyepakati target produksi baru mencapai 700.000 ton telur dan 1,1 juta ton ayam untuk mendukung MBG.
Hary Suhada, Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, menyatakan peningkatan produksi dilakukan melalui beberapa langkah strategis. Penataan rantai pembibitan dari grand parent stock hingga final stock, pembangunan klaster unggas di sejumlah provinsi, serta penguatan infrastruktur produksi menjadi fokus utama.
Selain itu, pemerintah menyediakan akses pembiayaan murah bagi peternak melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga hanya 3%. Skema ini diharapkan memudahkan peternak rakyat berpartisipasi tanpa terbebani biaya tinggi.
Pembangunan Infrastruktur dan Integrasi Hulu-Hilir
Pemerintah menekankan pembangunan dan revitalisasi fasilitas produksi sebagai bagian dari strategi. Pabrik pakan, hatchery, rumah potong unggas (RPHU), dan fasilitas pengolahan menjadi prioritas agar ekosistem produksi berjalan lancar.
“Hulu hingga hilir terintegrasi, sehingga produksi dapat terukur dan memenuhi kebutuhan MBG,” ujar Hary pada Kamis (20/11/2025). Pendekatan ini memungkinkan kontrol kualitas produk dari awal hingga sampai ke tangan masyarakat.
Selain pembangunan fasilitas, pemerintah akan membangun sistem klaster agar peternak rakyat, koperasi, dan integrator dapat saling terhubung. Sistem klaster mempermudah distribusi, koordinasi, dan pemantauan produksi secara lebih efisien.
Stabilisasi Harga dan Peran BUMN Pangan
Untuk menjaga harga tetap wajar, pemerintah mengatur populasi produksi berdasarkan proyeksi kebutuhan beberapa bulan sebelumnya. Bila terjadi kelebihan pasokan dan harga turun, BUMN pangan berperan sebagai off-taker untuk menyerap produk dari peternak.
Pemantauan harga dan produksi akan dilakukan secara harian agar intervensi dapat segera dilakukan bila diperlukan. “Dengan mekanisme ini, peningkatan produksi tetap dapat menjaga harga yang wajar bagi peternak,” tambah Hary.
Langkah ini penting agar program MBG tidak memicu gejolak harga di pasar. Selain itu, stabilisasi harga juga menjaga daya beli masyarakat dan keberlangsungan usaha peternak.
Respons Pelaku Industri dan Kolaborasi Sektoral
Pelaku industri menyambut baik skema terintegrasi ini. Pelaku pembibitan siap menyesuaikan populasi induk, sementara integrator, koperasi, dan peternak rakyat dapat berpartisipasi melalui sistem klaster.
Kesiapan sektor hulu dan hilir menjadi kunci keberhasilan program. Kolaborasi lintas kementerian, BUMN, dan peternak menunjukkan sinergi dalam menghadapi tantangan pasokan protein hewani.
Skema ini juga memberikan peluang bagi peternak kecil untuk berkembang. Dukungan pembiayaan, fasilitas produksi, dan sistem klaster memungkinkan mereka masuk ke pasar MBG dengan lebih mudah dan efisien.
Pemerintah menyiapkan strategi komprehensif untuk memastikan pasokan ayam dan telur mencukupi kebutuhan MBG. Strategi ini mencakup pembangunan ekosistem produksi terintegrasi, akses pembiayaan murah, stabilisasi harga, dan dukungan off-taker dari BUMN pangan.
Respons positif dari pelaku industri menunjukkan kesiapan untuk berkolaborasi dalam skema ini. Dengan begitu, program MBG dapat berjalan lancar sambil menjaga keseimbangan pasar dan memastikan anak-anak menerima makanan bergizi secara berkelanjutan.
Pendekatan lintas sektor dan klaster produksi diharapkan menjadi model bagi pengembangan ketahanan pangan nasional. Langkah ini sekaligus mendukung peternak lokal, menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan ketersediaan protein hewani di tengah permintaan tinggi.