JAKARTA - Ketika tekanan darah mencapai 190 mmHg dan kadar gula darah melonjak hingga 600 mg/dL, banyak orang membayangkan kondisi tubuh yang lemah atau gejala berat yang tidak tertahankan.
Namun, kenyataannya justru berbanding terbalik. Banyak pasien tetap beraktivitas normal tanpa menyadari tubuhnya berada dalam kondisi gawat. Fenomena inilah yang membuat para ahli kesehatan memberi perhatian khusus terhadap kasus hipertensi dan hiperglikemia tanpa gejala.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal dan Hipertensi, Tunggul D. Situmorang, menjelaskan bahwa dua angka ekstrem tersebut merupakan indikator darurat medis yang sering kali tidak disadari hingga komplikasi terjadi.
Ia mengingatkan bahwa tubuh manusia tidak dapat dinilai dari angka semata, tetapi dari dampak yang ditimbulkan terhadap organ penting.
Melalui penjelasannya, Tunggul menegaskan pentingnya respons cepat dan pemahaman mendalam tentang kondisi kesehatan yang tampak tenang namun berpotensi mematikan.
Tekanan Darah Ekstrem dan Risiko yang Tidak Terlihat
Tekanan darah yang mencapai 190/90 mmHg bukan lagi sekadar kategori tinggi, tetapi sudah masuk dalam wilayah berbahaya yang membutuhkan perhatian medis sesegera mungkin. Meski terlihat stabil, tubuh dapat mengalami stres internal yang tidak disadari oleh penderitanya.
Tunggul menjelaskan bahwa angka tersebut masuk kategori hypertensive urgency atau bahkan emergency, terlebih jika disertai gejala seperti pusing berat, sesak napas, nyeri dada, atau gangguan penglihatan. Meski demikian, beberapa pasien tampak baik-baik saja dan tetap menjalani aktivitas normal.
Menurutnya, tidak munculnya gejala bukanlah pertanda tubuh kuat, melainkan sinyal bahwa tubuh sudah kehilangan kemampuan memberikan peringatan dini terhadap ancaman serius.
Ketidaksadaran Terhadap Hipertensi dan Dampaknya
Dalam praktiknya, banyak orang merasa aman karena tidak mengalami keluhan meskipun tekanan darah mereka berada di kisaran 160–170 mmHg. Tunggul menyebut persepsi ini sangat keliru dan justru membahayakan.
Hal tersebut dianggap sebagai kelemahan tubuh yang tidak mampu lagi mengekspresikan tekanan yang dialami organ vital. Kerusakan bisa saja sedang terjadi tanpa disertai rasa sakit atau gangguan fisik lainnya.
Karena itu, pasien dengan kondisi ini harus segera melakukan evaluasi dan mendapatkan terapi yang sesuai untuk mencegah kerusakan lanjutan pada jantung, ginjal, maupun otak.
Kadar Gula Darah 600 mg/dL dan Potensi Koma
Selain tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang mencapai 600 mg/dL juga tergolong ekstrem dan sangat berpotensi menyebabkan komplikasi serius. Kondisi ini dapat terjadi tanpa tanda jelas dan sering kali tidak disadari pasien.
Tunggul menjelaskan bahwa gula darah setinggi ini dapat menyebabkan koma hiperglikemik, terutama apabila berlangsung dalam waktu lama tanpa intervensi medis. Kombinasi gula darah dan tensi tinggi meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, hingga kematian mendadak.
Bahaya ini semakin besar jika pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan rutin atau tidak mengatur pola makan serta konsumsi obat secara konsisten.
Komplikasi Akibat Fluktuasi Tensi dan Gula Darah
Tunggul menegaskan bahwa fluktuasi tekanan darah, terutama angka sistolik, merupakan penyebab utama kerusakan organ target. Naik turunnya angka sistolik yang tidak stabil dapat mengganggu fungsi jantung, ginjal, dan otak.
Pada lansia, situasi ini semakin rumit karena elastisitas pembuluh darah yang menurun membuat tekanan diastolik tetap rendah. Kondisi tersebut memaksa dokter untuk mempertimbangkan terapi secara hati-hati.
Dengan kombinasi gula darah tinggi, risiko komplikasi meningkat pesat dan dapat memicu kondisi darurat yang membutuhkan penanganan segera di fasilitas kesehatan.
Kondisi Ekstrem Tidak Muncul Mendadak
Banyak orang mengira tekanan darah atau gula darah yang melonjak ekstrem terjadi secara tiba-tiba. Tunggul membantah pandangan tersebut dan menjelaskan bahwa kondisi seperti ini merupakan proses panjang dari gangguan metabolik yang tidak tertangani.
Menurutnya, tubuh mengalami perubahan perlahan yang sering kali tidak dirasakan hingga akhirnya mencapai batas berbahaya. Pasien yang tidak melakukan pemeriksaan berkala cenderung tidak menyadari bahwa mereka telah memasuki fase kritis.
Karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih memahami pentingnya monitoring kesehatan sejak dini, terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko.
Pentingnya Pemeriksaan Rutin dan Respons Cepat
Tunggul menekankan bahwa pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula adalah langkah sederhana tetapi sangat penting untuk keselamatan jangka panjang. Pemeriksaan rutin memungkinkan deteksi dini sebelum komplikasi muncul.
Jika seseorang mengalami tekanan darah di atas 180/120 mmHg atau gula darah di atas 300–600 mg/dL, tindakan paling aman adalah segera menuju instalasi gawat darurat agar dapat ditangani secara cepat dan tepat.
Kesadaran terhadap perubahan tubuh, meski tanpa gejala, merupakan kunci utama mencegah kondisi fatal yang sebenarnya bisa dihindari.