Danantara

Danantara Siap Masuk Investasi Proyek Smelter Alumina Inalum Mempawah

Danantara Siap Masuk Investasi Proyek Smelter Alumina Inalum Mempawah
Danantara Siap Masuk Investasi Proyek Smelter Alumina Inalum Mempawah

JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) mengungkap rencana keterlibatan Danantara dalam proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) fase I dan II di Mempawah, Kalimantan Barat. Proyek ini merupakan bagian dari upaya hilirisasi bauksit yang diinisiasi Inalum untuk memperkuat industri alumina nasional.

Direktur Utama Inalum, Melati Sarnita, menjelaskan saat ini pemegang saham SGAR I adalah Inalum 60% dan PT Antam Tbk. (ANTM) 40%. “Nanti rencananya kita ada diskusi dengan Danantara dan akan masuk ke dalam SGAR 1 dan SGAR 2 untuk investasi di alumina,” ujarnya dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi VI DPR RI.

Melati menyebut bahwa pihaknya telah menerima surat minat atau Letter of Intent (LOI) dari Danantara terkait investasi di proyek SGAR. Saat ini, Danantara masih melakukan pemeriksaan (due diligence) sebelum finalisasi kerja sama bisa dilakukan.

Langkah ini menunjukkan minat investor swasta dan institusi strategis untuk ikut mengembangkan proyek hilirisasi bauksit. Kehadiran Danantara diharapkan memperkuat struktur pendanaan dan mendukung percepatan pembangunan fasilitas.

Progres dan Kapasitas SGAR Fase I

Proyek SGAR I telah diresmikan pada tahun lalu oleh Presiden Joko Widodo, ditandai dengan injeksi bauksit perdana. Kendati demikian, proses pembangunan masih berjalan dan saat ini progresnya telah mencapai 98,56%.

Fasilitas pemurnian alumina ini memiliki kapasitas produksi mencapai 1 juta ton per tahun. Melati menargetkan commercial operation date (COD) proyek ini dapat tercapai pada akhir tahun 2025.

Investasi yang sudah dikeluarkan untuk SGAR I merupakan bagian dari strategi jangka panjang hilirisasi bauksit nasional. Proyek ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kapasitas produksi, tetapi juga memperkuat nilai tambah industri aluminium dalam negeri.

Keberhasilan SGAR I diharapkan menjadi modal penting untuk pengembangan fase II. Fase berikutnya akan meningkatkan kapasitas dan memperluas jangkauan produksi alumina di Kalimantan Barat.

Rencana dan Investasi Proyek SGAR Fase II

Selain SGAR I, Inalum tengah merencanakan pengembangan SGAR II yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2028. Proyek ini membutuhkan investasi sebesar US$800 juta atau setara Rp13 triliun dengan kapasitas produksi 102 juta ton alumina.

Melati menjelaskan bahwa total kebutuhan investasi seluruh proyek hilirisasi bauksit mencapai US$3,2 miliar. Angka ini mencakup SGAR II dan New Smelter Aluminium yang dirancang untuk mendukung pertumbuhan industri alumina nasional.

Namun, porsi yang dibutuhkan dari Danantara tidak sebesar total investasi. “Ini akan ada project financing. Debt nya di 60% kira-kira equity nya 40%,” ujarnya.

Pihak Inalum berharap dukungan pembiayaan inovatif dari Danantara sekitar 15% dari porsi equity yang dikeluarkan. Dukungan ini akan membantu mengurangi beban modal Inalum sekaligus mempercepat pembangunan fasilitas.

Strategi Pembiayaan dan Kolaborasi Investor

Model pendanaan SGAR menggabungkan ekuitas dan utang dalam struktur project financing. Strategi ini memungkinkan risiko keuangan tersebar dan memberikan fleksibilitas bagi investor yang ingin ikut serta.

Investasi Danantara diproyeksikan menjadi katalis penting untuk penyelesaian SGAR fase I dan pengembangan fase II. Kehadiran investor strategis ini diharapkan mempermudah pencapaian target operasional dan komersial proyek.

Kolaborasi antara Inalum, Antam, dan Danantara menciptakan sinergi untuk mendukung industri alumina nasional. Sinergi ini juga memungkinkan pemanfaatan teknologi dan keahlian investor untuk meningkatkan efisiensi produksi.

Pengembangan proyek SGAR menjadi bagian dari strategi jangka panjang hilirisasi bauksit di Indonesia. Selain meningkatkan kapasitas produksi, proyek ini juga menambah nilai tambah dan daya saing industri aluminium domestik.

Keberhasilan proyek SGAR diharapkan mendorong investasi lebih lanjut di sektor pertambangan dan industri hilir. Model kolaborasi ini dapat menjadi referensi bagi pengembangan proyek besar lain yang melibatkan investor domestik dan asing.

Dampak Ekonomi dan Industri

Dengan kapasitas produksi mencapai jutaan ton alumina per tahun, SGAR diharapkan mendorong pertumbuhan industri aluminium nasional. Proyek ini akan membuka lapangan kerja baru, meningkatkan pendapatan daerah, dan memperkuat basis industri strategis nasional.

Keikutsertaan Danantara menjadi bukti kepercayaan investor terhadap prospek industri alumina Indonesia. Dukungan pembiayaan dan pengalaman manajerial mereka diharapkan mempercepat realisasi proyek dan menjaga kualitas pembangunan.

Pengembangan SGAR fase II akan menjadi tonggak penting dalam industrialisasi bauksit di Kalimantan Barat. Investasi besar ini tidak hanya berdampak pada produksi, tetapi juga pada ekosistem industri hilir, termasuk smelter aluminium.

Pembangunan proyek ini juga selaras dengan strategi pemerintah meningkatkan nilai tambah sumber daya mineral dalam negeri. Dengan demikian, Indonesia tidak lagi sekadar mengekspor bahan mentah, tetapi juga produk hilir bernilai tinggi.

Melati menekankan pentingnya dukungan pembiayaan dan kemitraan strategis untuk memastikan kelancaran proyek. Sinergi antara pemerintah, BUMN, dan investor swasta menjadi kunci sukses pembangunan SGAR.

Kehadiran Danantara diharapkan memperkuat struktur modal dan mendukung strategi jangka panjang. Hal ini menjadikan proyek SGAR sebagai salah satu proyek hilirisasi bauksit terbesar dan terstruktur di Indonesia.

Kolaborasi ini menegaskan peran investor domestik dalam pembangunan proyek strategis nasional. Selain memberikan modal, mereka juga membantu transfer teknologi dan manajemen proyek.

Dengan target COD SGAR I akhir tahun 2025 dan pembangunan fase II pada 2028, Inalum berharap proyek ini memperkuat industri alumina nasional. Dukungan investor strategis seperti Danantara menjadi kunci untuk mewujudkan target tersebut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index