JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menargetkan pemanfaatan QRIS sebagai metode pembayaran lintas negara semakin meluas pada 2026. Rencana ini menyusul keberhasilan Jepang yang sudah menerima transaksi QRIS dari masyarakat Indonesia.
Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta, menjelaskan pembahasan teknis dan kerja sama dengan China dan Korea Selatan sudah berjalan. Targetnya, masyarakat Indonesia dapat menggunakan QRIS saat bertransaksi di kedua negara tersebut tahun depan.
“Untuk Jepang sudah bisa dicoba. Kalau mau beli sushi di Tokyo sudah bisa. Mudah-mudahan awal tahun depan, beli dimsum di Beijing juga bisa, lalu berikutnya Tteokbokki di Seoul juga bisa,” ujar Filianingsih.
Selain China dan Korea Selatan, BI membuka peluang kerja sama serupa dengan India. Pendekatan ini menandai upaya Indonesia memperluas jangkauan QRIS secara global untuk kemudahan transaksi masyarakat.
Negosiasi dengan Negara Lain
Di sisi lain, Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut negosiasi QRIS dengan Arab Saudi masih memerlukan waktu lebih panjang. Hal ini disebabkan keterlibatan berbagai otoritas, termasuk yang menangani layanan haji dan umrah.
“Prosesnya masih panjang, tetapi kami terus berunding dengan bank sentral maupun Kementerian Haji Arab Saudi agar kerja sama ini dapat terwujud,” jelas Perry.
Peluang kerja sama lintas negara menuntut BI menyesuaikan sistem QRIS dengan regulasi lokal. Setiap negara memiliki persyaratan berbeda yang harus dipenuhi agar transaksi berjalan aman dan efektif.
Dampak pada Masyarakat dan Pelaku Bisnis
Perluasan QRIS diharapkan mempermudah masyarakat Indonesia saat berwisata atau berbisnis di luar negeri. Transaksi menjadi lebih cepat tanpa harus menukar uang fisik atau menggunakan kartu kredit internasional.
Pelaku bisnis, termasuk restoran dan toko retail di negara tujuan, juga mendapat keuntungan dari kemudahan menerima pembayaran digital. Hal ini berpotensi meningkatkan minat wisatawan Indonesia dan memperkuat perdagangan lintas negara.
Penerapan QRIS internasional juga memungkinkan integrasi dengan e-commerce global. Masyarakat dapat berbelanja online dari luar negeri dengan lebih praktis dan aman.
Tantangan dan Prospek Masa Depan
Meskipun peluang besar terbuka, ada tantangan teknis dan regulasi yang perlu diatasi. BI harus memastikan sistem QRIS kompatibel dengan infrastruktur pembayaran di setiap negara.
Selain itu, keamanan transaksi lintas negara menjadi fokus utama. BI bekerja sama dengan bank sentral dan otoritas lokal untuk memastikan data dan dana nasabah terlindungi.
Prospek penggunaan QRIS di Asia dan negara lain menunjukkan tren digitalisasi keuangan yang semakin kuat. Strategi ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu pelopor pembayaran digital di kawasan.
Bank Indonesia menargetkan perluasan penggunaan QRIS untuk transaksi internasional dengan fokus utama pada China dan Korea Selatan mulai 2026. Jepang lebih dulu terhubung, sementara India menjadi calon berikutnya dan negosiasi dengan Arab Saudi masih memerlukan waktu lebih panjang karena kompleksitas regulasi lintas otoritas.
Perluasan ini diharapkan memudahkan masyarakat dan pelaku bisnis dalam bertransaksi internasional. Langkah ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem pembayaran digital global.