BMKG

BMKG Kembangkan EEWS untuk Tingkatkan Mitigasi Gempabumi Nasional

BMKG Kembangkan EEWS untuk Tingkatkan Mitigasi Gempabumi Nasional
BMKG Kembangkan EEWS untuk Tingkatkan Mitigasi Gempabumi Nasional

JAKARTA - Upaya mengembangkan mitigasi bencana kini kembali dikuatkan dengan langkah BMKG memperkenalkan kemajuan purwarupa Sistem Peringatan Dini Gempabumi atau EEWS. 

Teknologi ini diposisikan sebagai alat strategis untuk memberikan informasi sebelum guncangan kuat dirasakan.

Langkah tersebut menjadi bagian dari rangkaian peringatan 10 Tahun Sekolah Lapang Gempabumi yang digelar di Auditorium BMKG Pusat. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Setyoajie Prayoedhie, menyampaikan langsung perkembangan terbaru sistem tersebut.

Dalam paparannya, Setyoajie menekankan bahwa EEWS berfungsi memberi waktu beberapa detik berharga yang dapat dimanfaatkan masyarakat guna melindungi diri dari potensi guncangan besar.

Empat Wilayah Percontohan Menjadi Tahap Awal Pengembangan

Purwarupa EEWS dikembangkan melalui penetapan empat wilayah percontohan yang meliputi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Lampung. Keempatnya dipilih karena memiliki kepadatan penduduk tinggi serta infrastruktur yang sangat vital.

Sistem ini dirancang memanfaatkan “detik emas” sebagai jeda sebelum guncangan kuat tiba. Dalam hitungan detik tersebut, masyarakat dapat melakukan tindakan perlindungan diri atau menghentikan aktivitas yang memiliki risiko tinggi.

“Kalau di gempabumi ada istilah waktu emas, di EEWS ini lebih ke detik-nya,” ujar Setyoajie. Ia menjelaskan bahwa detik-detik tersebut menentukan efektivitas respons mitigasi awal.

Integrasi Sensor hingga Jalur Informasi sebagai Komponen Utama

Pengembangan sistem diawali dengan integrasi tiga komponen besar yakni sensor, sistem analisis, dan jalur diseminasi. Setiap komponen dirancang bekerja secara paralel untuk memberikan data tercepat dan paling akurat.

BMKG memanfaatkan warning display, aplikasi InaMobile versi uji coba, serta perangkat Warning Receiver System untuk instansi teknis. Kombinasi jalur ini memastikan informasi menyebar dengan cepat.

“Secara algoritma, total ada 228 sensor yang kita optimalkan dalam prototipe ini,” kata Setyoajie. Sensor yang digunakan terdiri dari accelerometer dan intensity meter yang mengukur getaran awal dan tingkat guncangan.

Tingkat Keberhasilan Mencapai 88,82 Persen Selama Tiga Tahun

Kualitas data purwarupa diperkuat melalui proyek IDRIP yang memungkinkan peningkatan infrastruktur dan teknologi. Uji pertama dilakukan saat Gempabumi Cianjur pada November 2022, di mana EEWS berhasil memberikan informasi awal dalam beberapa detik.

Selama 2022 hingga 2025, sistem diuji terhadap 143 kejadian gempabumi. Hasil evaluasi menunjukkan tingkat keberhasilan mencapai 88,82 persen, menandakan analisis dan diseminasi sistem berada pada jalur yang tepat.

Alur penyampaian informasi dilakukan bertahap mulai dari 0–60 detik untuk peringatan awal, diikuti peta guncangan pada menit kedua, dan parameter presisi dari Pusat Gempa Nasional dalam waktu kurang dari tiga menit.

Upaya Minimalkan Peringatan Keliru dan Siapkan Respons Infrastruktur Vital

BMKG turut memperbaiki sistem guna mengurangi kemungkinan false warning dengan meningkatkan kerapatan sensor serta memperbaiki kualitas sinyal. Sensor dengan tingkat kebisingan tinggi juga dikarantina agar tidak memengaruhi keakuratan sistem.

Algoritma pengenalan gelombang terus disempurnakan untuk memastikan informasi yang diberikan tetap valid. Hal ini menjadi bagian penting untuk menjaga kepercayaan publik terhadap sistem peringatan dini.

BMKG juga menyiapkan jalur khusus bagi infrastruktur vital seperti Kereta Cepat dan MRT yang memerlukan tindakan otomatis, seperti pengereman darurat atau penghentian operasi demi keselamatan.

Kolaborasi Nasional dan Target 1.000 Perangkat Dalam Lima Tahun

Untuk memperkuat sistem, BMKG telah menjalankan sosialisasi dan simulasi secara nasional termasuk pelatihan aktivasi peringatan dini. Kolaborasi dengan BRIN dilakukan untuk mengembangkan algoritma paralel yang lebih sesuai dengan karakteristik kegempaan Indonesia.

BMKG turut mengadopsi praktik negara lain sebagai benchmarking guna mempercepat pematangan sistem. Seluruh langkah ini diarahkan untuk menciptakan sistem peringatan dini yang lebih adaptif dan andal.

“Dalam 5 tahun ke depan, target kami ada lebih dari 1.000 perangkat yang akan diinstal,” ujar Setyoajie. Target ini diharapkan memungkinkan seluruh Pulau Jawa hingga Lombok mendapatkan akses langsung pada peringatan dini gempabumi.

Simulasi Nasional Perkuat Pemahaman Seluruh Pemangku Kepentingan

Peringatan 10 Tahun SLG turut diisi simulasi gempabumi dan tsunami dengan skenario terbaru. Dalam simulasi tersebut, peserta merasakan langsung rangkaian proses mulai dari deteksi awal hingga penyusunan laporan akhir.

Kegiatan ini melibatkan berbagai lembaga teknis, akademisi, dan media yang bertugas memahami alur peringatan dini dan metode penyelamatan diri. Simulasi membantu melatih kesiapsiagaan peserta terhadap berbagai kemungkinan bencana.

Jalur diseminasi diuji untuk memastikan dapat digunakan secara cepat dan tepat. Hal ini menjadi kunci keberhasilan pemanfaatan EEWS dalam situasi nyata.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index