JAKARTA - Industri asuransi jiwa memasuki akhir 2025 dengan sejumlah tantangan yang masih terasa berat akibat melemahnya daya beli masyarakat. Kondisi ini turut menekan kinerja perusahaan asuransi, termasuk PT Asuransi Ciputra Indonesia atau Ciputra Life.
Lesunya kemampuan konsumsi masyarakat berimbas langsung terhadap performa premi industri. Data per September 2025 menunjukkan bahwa premi asuransi jiwa mencapai Rp132,85 triliun dan angka tersebut terkontraksi 2,06% secara tahunan.
Direktur Utama Ciputra Life, Hengky Djojosantoso, menjelaskan bahwa faktor ekonomi makro berkontribusi besar pada tekanan industri.
“Kondisi perekonomian dan daya beli masyarakat masih menjadi faktor yang paling berpengaruh terhadap kinerja industri asuransi jiwa sampai dengan September 2025,” kata Hengky. Pernyataan ini menegaskan bahwa perlambatan konsumsi menghadapkan industri pada periode yang kurang menguntungkan.
Hengky menilai bahwa ekonomi Indonesia sebenarnya tetap bertumbuh sekitar 5%. Namun tingginya suku bunga dan ketidakpastian global menyebabkan masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan pendapatan mereka.
Akibatnya, penjualan produk asuransi jiwa ikut terpengaruh. Hal ini membuat perusahaan perlu menata ulang strategi demi bisa beradaptasi dengan kondisi pasar.
Menurut Hengky, tekanan pada daya beli juga berhubungan dengan perlambatan penyaluran kredit. Ia menjelaskan bahwa melemahnya pertumbuhan kredit berdampak langsung pada premi, terutama bagi perusahaan yang portofolionya besar pada produk asuransi kredit.
Arah Strategi Ciputra Life Menghadapi Akhir Tahun
Untuk menghadapi dinamika tersebut, Ciputra Life menyiapkan sejumlah langkah strategis. Hengky menegaskan bahwa perusahaan akan meningkatkan inovasi produk agar tetap relevan di tengah kebutuhan konsumen yang berubah.
Salah satu fokusnya adalah memperkuat kerja sama dengan mitra bisnis yang sudah ada maupun calon mitra baru. Kerja sama ini dipandang penting karena dapat memperluas jangkauan pemasaran dan menambah stabilitas pendapatan premi.
Selain itu, perusahaan juga akan meningkatkan kualitas layanan bagi pemegang polis. Hengky menilai bahwa kepercayaan konsumen menjadi aset penting ketika industri menghadapi tekanan ekonomi.
“Kami optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi dan daya beli pada kuartal terakhir tahun 2025 akan lebih baik, sehingga kami sangat optimistis dapat meraih pendapatan premi yang lebih tinggi pada kuartal terakhir tahun ini dibandingkan dengan kuartal sebelumnya,” ucapnya. Optimisme tersebut dibangun atas asumsi membaiknya beberapa indikator ekonomi menjelang akhir tahun.
Ciputra Life melihat peluang pertumbuhan masih terbuka selama perusahaan mampu beradaptasi dengan cepat. Karena itu, penguatan diferensiasi produk dan peningkatan kualitas hubungan dengan mitra bisnis menjadi prioritas utama.
Dalam pandangan manajemen, kolaborasi dengan berbagai sektor termasuk perbankan dan perusahaan pembiayaan masih menjadi faktor penentu. Produk-produk kredit yang membutuhkan proteksi menjadi mesin utama pendapatan premi perusahaan.
Hengky memastikan bahwa seluruh lini operasional sudah diarahkan untuk meningkatkan efektivitas strategi tersebut. Ia menilai bahwa kemampuan perusahaan menciptakan inovasi yang tepat menjadi kunci menghadapi tekanan pasar.
Kinerja Premi dan Laba Ciputra Life hingga September 2025
Ciputra Life mencatatkan pendapatan premi Rp365 miliar hingga September 2025. Angka ini setara dengan 83% pendapatan premi pada periode sama tahun sebelumnya.
Hal tersebut menunjukkan bahwa premi kuartal III/2025 mengalami kontraksi sebesar 16,63%. Penurunan ini mencerminkan melemahnya daya beli sekaligus perubahan preferensi konsumen terhadap produk asuransi.
Meski pendapatan premi menurun, laba komprehensif perusahaan justru mengalami peningkatan signifikan. Hengky menyebut bahwa laba komprehensif Ciputra Life pada September 2025 mencapai Rp77,8 miliar.
Angka tersebut naik dari Rp37,7 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menjaga efisiensi dan kualitas portofolio.
Menurut Hengky, hampir 80% pendapatan premi Ciputra Life berasal dari produk asuransi jiwa kredit. Produk ini merupakan bagian dari asuransi kumpulan yang banyak digunakan untuk melindungi nasabah KPR maupun kredit kendaraan bermotor.
“Pendapatan premi Ciputra Life hampir 80% berasal dari kontribusi produk asuransi jiwa kredit [yang merupakan premi asuransi kumpulan], baik untuk melindungi nasabah yang mengambil kredit KPR maupun kredit kendaraan bermotor,” ucapnya. Hal ini menegaskan bahwa segmen kredit masih menjadi penopang utama arus pendapatan perusahaan.
Dengan dominasi premi dari sektor kredit, kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pembiayaan di sektor perbankan dan multifinance. Karena itu, perlambatan kredit otomatis membatasi potensi peningkatan premi.
Terlepas dari tantangan tersebut, perusahaan berhasil menjaga profitabilitas. Hal ini menjadi modal penting untuk menopang strategi transformasi yang sedang dijalankan.
Perubahan Preferensi Produk dan Tren Industri
Selain kondisi ekonomi makro, industri asuransi jiwa juga menghadapi perubahan preferensi nasabah. Ciputra Life melihat adanya pergeseran dari produk unit-linked atau PAYDI menuju produk tradisional.
Hengky menyampaikan bahwa nasabah kini lebih memilih produk yang berfokus pada perlindungan. Produk seperti asuransi kesehatan dan asuransi jiwa tradisional menjadi lebih diminati.
“Hal ini tentunya cukup positif, karena esensi utama dari produk asuransi seharusnya terletak pada sisi perlindungan, baik perlindungan jiwa, kesehatan, maupun kecelakaan, bukan pada sisi investasinya,” sebutnya. Ia menilai bahwa perubahan preferensi ini membantu mengembalikan fungsi utama asuransi.
Tren ini juga memperlihatkan bahwa masyarakat semakin selektif dalam mengalokasikan dana. Konsumen cenderung mencari perlindungan dasar yang dianggap lebih penting dalam situasi ekonomi yang tidak stabil.
Sementara itu, kontraksi premi tidak hanya terjadi pada September 2025. Pada Agustus 2025, premi asuransi jiwa tercatat turun 1,21% secara tahunan.
Nilai premi pada periode tersebut mencapai Rp117,51 triliun. Sebelumnya, pada Juli 2025, premi juga turun 0,84% menjadi Rp103,42 triliun.
Dengan tren kontraksi beruntun selama tiga bulan, kondisi industri menunjukkan perlambatan yang perlu direspons cepat. Perusahaan yang mampu beradaptasi dengan perubahan kebutuhan nasabah berpotensi bertahan lebih baik.
Ciputra Life melihat situasi ini sebagai momentum evaluasi terhadap produk unit-linked. Perusahaan menilai bahwa inovasi pada produk perlindungan murni akan lebih relevan pada kondisi saat ini.
Secara keseluruhan, industri asuransi jiwa masih berada pada fase menantang. Tetapi perusahaan tetap optimistis bahwa pemulihan dapat terjadi seiring membaiknya perekonomian.