JAKARTA - Banyak orang mengejar penurunan berat badan secara instan tanpa menyadari bahwa kondisi emosional mereka dapat ikut terdampak. Perubahan suasana hati yang muncul sering kali tidak disadari penyebabnya, padahal pola makan ekstrem memiliki peran besar dalam memengaruhi stabilitas mood.
Fenomena tersebut kini banyak diperhatikan karena semakin banyak individu yang mencoba diet ketat tanpa mempertimbangkan efek sampingnya. Kebiasaan membatasi makanan secara drastis bukan hanya memengaruhi fisik, tetapi juga keseimbangan kimia otak yang berhubungan dengan emosi.
Pola Makan Ekstrem dan Kaitannya dengan Mood Negatif
Dokter Karina Kalani, SpKJ dari Filmore Psychiatrist, menjelaskan bahwa pola makan seseorang dapat memiliki dampak luas pada kondisi emosional. Menurutnya, mereka yang menerapkan diet ekstrem sangat mungkin mengalami perubahan suasana hati ke arah yang lebih negatif.
Dalam sebuah kesempatan di kawasan Setiabudi, Jakarta, pada Senin, 17 November 2025, ia menegaskan bahwa pola makan merupakan faktor sensitif dalam menjaga kesehatan mental. Ia menyebut bahwa pola makan tertentu bisa mempengaruhi mood terutama ketika tubuh mengalami perubahan drastis akibat diet ketat.
“Pola makan itu sesuatu yang sensitif juga sebetulnya, jadi bisa mempengaruhi mood juga,” kata Dokter Karina. Ia menekankan bahwa penurunan berat badan cepat telah diteliti memiliki kaitan dengan perubahan neurotransmitter serotonin.
“Memang ada penelitian yang menunjukkan bahwa penurunan berat badan yang cepat, itu memang secara neurotransmitter serotonin itu memang bisa berpengaruh pada mood,” tambahnya. Serotonin sendiri berperan besar dalam mengatur perasaan bahagia dan ketenangan.
Diet ketat sering kali membuat tubuh kekurangan nutrisi yang berfungsi menjaga stabilitas serotonin. Kekurangan ini pada akhirnya membuat seseorang lebih mudah cemas, mudah marah, atau merasa sedih tanpa alasan jelas.
Selain itu, perubahan asupan makanan drastis dapat membuat tubuh berada dalam kondisi stres. Ketika tubuh stres, reaksi emosional pun ikut berubah sehingga seseorang dapat merasa lebih sensitif terhadap hal-hal kecil.
Faktor Lain yang Menyebabkan Perubahan Suasana Hati
Dokter Karina juga menegaskan bahwa perubahan mood tidak selalu semata-mata disebabkan oleh penurunan berat badan yang cepat. Ia menyebut bahwa banyak faktor lain yang bisa berperan dalam menurunkan kestabilan suasana hati seseorang.
Menurutnya, masalah pekerjaan menjadi salah satu pemicu yang paling sering ditemui dalam praktik klinis. Pekerjaan dengan tekanan tinggi atau konflik yang belum terselesaikan dapat membuat seseorang lebih rentan mengalami perubahan emosi.
“Namun, perubahan mood tersebut tidak hanya dipengaruhi karena penurunan berat badan dengan cepat,” jelasnya. Ia menambahkan bahwa beban pikiran atau tekanan dari luar sering kali berdampak lebih besar pada suasana hati.
“Perubahan mood juga bisa terjadi dipengaruhi faktor lainnya, seperti masalah yang sedang dialami dalam pekerjaan,” ujarnya. Kondisi ini dapat terjadi tanpa disadari oleh individu yang bersangkutan.
Perubahan suasana hati juga dapat dipicu oleh masalah pribadi lain yang tidak berkaitan dengan pola makan. Misalnya, konflik keluarga, kondisi finansial yang sulit, atau rasa lelah berkepanjangan.
Segala bentuk tekanan psikologis dapat memicu respons emosional yang tidak stabil. Ketika tekanan tersebut tidak diidentifikasi sejak awal, perubahan mood dapat semakin sering terjadi dan sulit dikendalikan.
Pentingnya Mengenali Diri Sendiri Saat Menjalani Program Diet
Melihat berbagai faktor tersebut, Dokter Karina menganjurkan agar setiap orang yang menjalani diet untuk tetap memperhatikan kondisi mentalnya. Ia menekankan pentingnya melakukan identifikasi diri secara berkala agar perubahan mood dapat dikenali dan dikelola.
Identifikasi dilakukan untuk mengetahui apakah ada masalah lain yang sedang dialami selain perubahan berat badan. Dengan mengenali pemicu emosional, seseorang dapat lebih mudah mengelola suasana hatinya agar tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
“Oleh karena itu, di samping turunnya berat badan, Dokter Karina menganjurkan untuk mengidentifikasi hal lain yang sedang dialami diri sendiri,” jelas penjelasannya. Ia menyebut bahwa mengenali kondisi mental dapat membantu seseorang lebih sadar akan apa yang sebenarnya memengaruhi mood.
“Paling coba self check in. Coba cari tahu dari pikirannya apa yang sedang kita alami saat ini,” tuturnya. Ia menekankan bahwa proses ini penting dilakukan secara rutin agar tidak ada masalah psikologis yang terabaikan.
Menurutnya, banyak orang tidak menyadari bahwa ketidakstabilan emosi mereka sebenarnya dipicu oleh tekanan lain yang belum terselesaikan. Hal tersebut sering kali tidak disadari karena perhatian lebih tertuju pada perubahan berat badan.
“Apakah ada sebenarnya masalah yang terjadi, misalnya masalah kerjaan,” lanjutnya. Hal ini dapat menjadi langkah awal untuk memahami apa yang membuat suasana hati berubah secara signifikan.
Dokter Karina juga menambahkan bahwa kesadaran terhadap faktor lain sangat penting agar tidak salah mengira penyebab perubahan mood. Ia menegaskan bahwa bukan hanya diet yang menjadi pemicu utama perubahan suasana hati.
“Karena kita kadang belum terlalu aware nih, bukan cuma karena turunnya berat badan, tetapi ada sesuatu yang belum dikelola saat ini,” pungkasnya. Dengan mengelola faktor tersebut, keseharian pun dapat berjalan lebih stabil dan nyaman.
Keseimbangan Mental dan Fisik Harus Berjalan Bersamaan
Poin utama dari penjelasan tersebut adalah bahwa menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kondisi fisik. Diet yang terlalu fokus pada angka timbangan dapat membuat seseorang mengabaikan keseimbangan emosionalnya.
Dengan memahami hubungan antara pola makan dan mood, seseorang dapat lebih bijak dalam memilih metode penurunan berat badan. Proses diet yang sehat seharusnya tidak membawa dampak buruk pada mental, melainkan mendukung kondisi tubuh secara menyeluruh.
Kesadaran akan perubahan mood penting agar seseorang tidak terjebak dalam pola diet yang justru merugikan. Tubuh dan pikiran yang seimbang menjadi kunci keberhasilan jangka panjang dalam menjaga kesehatan.