JAKARTA - Banyak orang menganggap gangguan pencernaan sebagai masalah sepele, padahal beberapa keluhan dapat menjadi tanda penyakit serius seperti batu empedu. Kondisi ini kerap muncul tanpa gejala awal sehingga membuat penderitanya tidak menyadari keberadaannya.
Batu empedu terbentuk dari endapan cairan pencernaan yang mengeras di dalam kantung empedu. Ketika ukurannya membesar atau menghambat saluran empedu, barulah timbul keluhan yang mengganggu aktivitas.
Kantung empedu sendiri adalah organ kecil berbentuk seperti buah pir yang terletak di sisi kanan perut, tepat di bawah hati. Organ ini berfungsi menyimpan cairan empedu yang membantu proses pencernaan lemak di dalam tubuh.
Subspesialis Bedah Digestive, dr. Taufik Budi Satrio, Sp.B, Subsp. BD (K), menjelaskan bahwa salah satu gejala paling umum dari batu empedu adalah nyeri pada bagian saluran cerna atas. Keluhan tersebut seringkali datang secara tiba-tiba dan membuat penderitanya merasa tidak nyaman.
"Berbicara batu empedu seringkali keluhannya terjadi nyeri pada saluran cerna atas yakni pada perut kanan atas atau di ulu hati. Sifatnya tajam atau tumpul tapi menetap terus menerus dan ada nyeri alihnya di bagian punggung," kata dr. Taufik dalam saluran Youtube Mayapada Hospital.
Nyeri tersebut bisa berlangsung beberapa menit hingga berjam-jam dan cenderung muncul setelah mengonsumsi makanan berlemak. Dalam beberapa kasus, keluhan dapat memburuk dan mengganggu aktivitas sepanjang hari.
Faktor Risiko Batu Empedu yang Sering Diabaikan
Meskipun batu empedu dapat menyerang siapa saja, beberapa kelompok memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya. dr. Taufik menyebutkan bahwa obesitas menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan batu empedu.
Selain itu, risiko akan meningkat pada orang yang telah berusia di atas 40 tahun. Kondisi hormonal pada wanita juga membuat mereka lebih rentan mengalami batu empedu dibandingkan pria.
Faktor keturunan turut memainkan peran besar dalam menentukan kemungkinan seseorang terkena batu empedu. Jika anggota keluarga memiliki riwayat penyakit ini, maka risiko Anda pun ikut meningkat.
Tidak hanya itu, beberapa kondisi medis seperti anemia atau leukemia juga dapat memicu terbentuknya batu empedu. Kelainan darah tertentu membuat proses metabolisme tubuh berubah, sehingga menyebabkan penumpukan komponen empedu.
dr. Taufik menambahkan bahwa gaya hidup modern juga menjadi penyebab meningkatnya kasus batu empedu. Kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak, kurang olahraga, dan pola makan tidak teratur memicu endapan empedu menjadi lebih mudah mengeras.
Seiring bertambahnya usia, risiko tersebut akan semakin meningkat terutama jika seseorang tidak menerapkan pola hidup sehat. Oleh karena itu, pencegahan menjadi langkah penting untuk mengurangi kemungkinan terbentuknya batu empedu.
Pencegahan tersebut mencakup menjaga berat badan ideal dengan mengatur pola makan yang baik. Selain itu, melakukan olahraga rutin membantu menjaga metabolisme tubuh tetap optimal.
Kebiasaan merokok juga dapat memengaruhi kesehatan kantung empedu sehingga disarankan untuk dihentikan. Mengatur asupan makanan dengan mengurangi porsi makanan berlemak dan menghindari makanan siap saji sangat dianjurkan.
Mengonsumsi makanan yang lebih sehat seperti sayur, buah, dan sumber protein rendah lemak dapat membantu menurunkan risiko. Kombinasi gaya hidup sehat dan pola makan teratur menjadi cara efektif mencegah batu empedu sejak dini.
Proses Diagnosis Batu Empedu yang Perlu Diketahui
Untuk memastikan apakah seseorang mengalami batu empedu atau tidak, dokter akan melakukan beberapa tahapan pemeriksaan. Pemeriksaan fisik biasanya menjadi langkah awal untuk mengidentifikasi adanya tanda-tanda nyeri khas.
Setelah itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan darah untuk melihat adanya infeksi atau gangguan fungsi hati. Pemeriksaan ini membantu menilai kondisi organ yang berhubungan dengan sistem empedu.
Tahapan berikutnya adalah pemeriksaan Ultrasonografi atau USG. Metode ini menjadi cara paling umum untuk mendeteksi batu empedu karena mampu menunjukkan keberadaan endapan dengan jelas.
USG memberikan gambaran yang cukup akurat mengenai ukuran, jumlah, dan lokasi batu empedu. Dengan hasil tersebut, dokter dapat menentukan langkah penanganan yang paling sesuai bagi pasien.
Jika batu empedu masih tergolong kecil dan tidak menimbulkan komplikasi, dokter dapat memberikan pengobatan berupa obat pereda nyeri. Obat ini membantu mengurangi keluhan dan dapat membantu melarutkan batu empedu.
Meskipun demikian, tidak semua batu empedu dapat diatasi dengan obat karena beberapa di antaranya terlalu besar untuk dihancurkan. Dalam kondisi seperti itu, dokter akan mempertimbangkan pilihan tindakan lain.
Penanganan Medis dan Langkah Operasi Bila Diperlukan
Ketika kondisi batu empedu sudah parah atau menimbulkan komplikasi, operasi menjadi tindakan yang sering direkomendasikan. Salah satu tanda bahwa operasi diperlukan adalah rasa sakit yang muncul berulang di bagian perut kanan atas.
Batu empedu yang tidak ditangani dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu. Penyumbatan ini berisiko menyebabkan infeksi atau peradangan yang lebih serius pada kantung empedu.
Dalam prosedur operasi, dokter akan mengangkat kantong empedu untuk mencegah keluhan datang kembali. Tindakan ini merupakan prosedur yang umum dilakukan dan memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi.
Setelah kantong empedu diangkat, tubuh tetap dapat berfungsi secara normal tanpa organ tersebut. Cairan empedu akan langsung mengalir ke usus dan tetap mendukung proses pencernaan.
Pasien umumnya dapat kembali beraktivitas setelah menjalani masa pemulihan pascaoperasi. Dokter akan memberikan panduan mengenai pola makan yang perlu diikuti agar proses pencernaan tetap optimal.
Langkah-langkah ini membantu memastikan bahwa pasien tidak mengalami komplikasi setelah operasi. Pola hidup sehat tetap diperlukan agar masalah serupa tidak muncul kembali pada sistem pencernaan.