JAKARTA - Hari ini, Kamis, 13 November 2025, Komisi Percepatan Reformasi Polri menggelar audiensi bersama Gerakan Nurani Bangsa (GNB). Pertemuan ini bertujuan menampung masukan dan rekomendasi terkait upaya reformasi Polri dari tokoh-tokoh nasional yang tergabung di GNB.
Ketua Komisi Percepatan Reformasi Polri, Jimly Asshidiqie, menyampaikan bahwa audiensi digelar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pukul 13.30 WIB. Acara ini diharapkan menjadi wadah komunikasi langsung antara tim reformasi dengan berbagai tokoh masyarakat untuk meningkatkan kualitas institusi kepolisian.
Sejarah dan Latar Belakang Gerakan Nurani Bangsa
Gerakan Nurani Bangsa (GNB) didirikan oleh sejumlah tokoh nasional yang memiliki kepedulian tinggi terhadap perkembangan bangsa. Organisasi ini aktif memberikan masukan terkait isu sosial, politik, dan keamanan sejak beberapa tahun terakhir.
Sebelumnya, GNB sempat bertemu dengan Presiden RI Prabowo Subianto pasca demonstrasi pada akhir Agustus 2025. Pertemuan itu menimbulkan wacana mengenai reformasi Polri yang kini menjadi salah satu perhatian utama pemerintah dan masyarakat.
Agenda Audiensi: Masukan untuk Tim Reformasi Polri
Audiensi hari ini akan membahas berbagai rekomendasi dari GNB untuk tim reformasi Polri. Masukan ini nantinya akan disampaikan langsung kepada Presiden Prabowo Subianto sebagai pertimbangan kebijakan.
Fokus utama pertemuan adalah evaluasi kinerja Polri, khususnya terkait pelayanan publik dan profesionalisme aparat. Jimly Asshidiqie menegaskan, aspirasi dari masyarakat melalui tokoh-tokoh GNB sangat penting untuk menyempurnakan rencana reformasi.
Tokoh-Tokoh yang Hadir dalam Audiensi
Pertemuan ini dihadiri oleh tokoh-tokoh nasional yang memiliki reputasi tinggi di bidang sosial dan keagamaan. Beberapa di antaranya adalah Sinta Nuriyah Wahid, Quraish Shihab, Pdt. Gomar Gultom, dan Romo Franz Magnis-Suseno.
Selain itu, hadir pula Omi K. Nurcholis Majid, Lukman Hakim Saifuddin, Erry Riyana Hardjapamekas, dan Alissa Wahid. Daftar lengkap peserta audiensi juga mencakup Komaruddin Hidayat, Francisia SS Seda, Laode M. Syarif, Hong Thin, Kamaruddin Amin, Bikku Dhanmasubho Mahathera, Pdt. RD Aloys Budi Purnomo, serta Uskup Antonius S. Bunjamin.
Kehadiran tokoh lintas agama dan profesional ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menampung berbagai perspektif. Kolaborasi ini diharapkan menghasilkan rekomendasi reformasi Polri yang inklusif dan berdampak positif bagi masyarakat.
Konteks Reformasi Polri Pasca Insiden Affan Kurniawan
Audiensi ini berlangsung di tengah perhatian publik terhadap reformasi Polri setelah insiden kematian ojek online Affan Kurniawan. Peristiwa ini memicu wacana mengenai perlunya peningkatan profesionalisme dan akuntabilitas aparat kepolisian.
Presiden Prabowo Subianto menekankan pentingnya reformasi yang berpihak pada masyarakat dan menekankan transparansi. Oleh karena itu, masukan dari tokoh GNB dianggap strategis untuk membangun sistem kepolisian yang lebih responsif dan amanah.
Harapan Tim Reformasi Polri dan Publik
Jimly Asshidiqie menilai audiensi ini sebagai langkah penting untuk memastikan reformasi Polri berjalan sesuai aspirasi masyarakat. Masukan dari GNB diharapkan menjadi acuan dalam merumuskan kebijakan strategis di tubuh kepolisian.
Pihaknya juga menekankan perlunya pendekatan yang tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga menyentuh aspek budaya dan etika kepolisian. Hal ini diharapkan mendorong aparat Polri lebih profesional, dekat dengan masyarakat, dan bebas dari praktik-praktik yang merugikan publik.
Langkah Selanjutnya Usai Audiensi
Setelah audiensi, tim reformasi Polri akan merangkum seluruh masukan dari GNB. Hasil pertemuan ini nantinya disusun menjadi rekomendasi resmi yang akan diteruskan kepada Presiden.
Langkah ini merupakan bagian dari agenda jangka panjang Komisi Percepatan Reformasi Polri. Tujuannya adalah membangun Polri yang transparan, akuntabel, dan dapat dipercaya masyarakat.
Kolaborasi Tokoh Nasional dan Pemerintah
Pertemuan hari ini menunjukkan sinergi antara tokoh masyarakat dan pemerintah dalam merancang reformasi Polri. Dukungan dari tokoh lintas sektor diharapkan memperkuat legitimasi reformasi dan menghasilkan kebijakan yang lebih menyentuh kebutuhan publik.
Audiensi GNB di PTIK bukan sekadar formalitas, tetapi langkah nyata membangun kepolisian yang profesional dan dekat dengan masyarakat. Inisiatif ini menjadi bukti bahwa reformasi Polri membutuhkan masukan dari berbagai pihak untuk menghasilkan perubahan yang berkelanjutan dan nyata.