JAKARTA - Langkah strategis dilakukan oleh perusahaan keamanan siber asal Jepang, Trend Micro, dengan membangun data center di Indonesia yang ditargetkan beroperasi paling lambat pada pertengahan 2026. Pembangunan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kedaulatan data sekaligus menjangkau sektor keuangan yang memiliki regulasi ketat mengenai pengelolaan informasi digital.
Menurut Field CISO – AMEA Trend Micro, Sapna Sumbly, lembaga-lembaga di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir semakin serius dalam menjaga keamanan data pengguna. Tren ini mendorong banyak perusahaan global untuk menyesuaikan strategi mereka terhadap kebijakan privasi dan lokalisasi data nasional.
Fokus pada Regulasi Data dan Kepatuhan Sektor Keuangan
Isu mengenai kedaulatan data dan lokalisasi penyimpanan kini menjadi perhatian penting bagi perusahaan dan regulator di berbagai negara. Dalam situasi geopolitik yang dinamis, setiap negara ingin memastikan bahwa data masyarakatnya tersimpan dan terlindungi di wilayah yurisdiksi sendiri.
Di Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjadi salah satu regulator yang sangat ketat dalam mengawasi pengelolaan data lembaga keuangan. OJK bahkan mewajibkan bank dan institusi keuangan untuk memperoleh persetujuan resmi sebelum mengirimkan data apa pun ke penyedia layanan cloud di luar negeri.
Sapna menjelaskan bahwa hal tersebut menjadi salah satu alasan kuat bagi Trend Micro untuk menghadirkan infrastruktur data di dalam negeri. Dengan adanya data center di Indonesia, perusahaan ingin memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada kliennya, khususnya yang bergerak di bidang keuangan.
“Itulah salah satu alasan kami ingin pelanggan kami tetap percaya diri bahwa kami berkomitmen mendukung mereka dalam perjalanan kepatuhan terhadap regulator serta regulasi data dan privasi,” ujar Sapna pada Kamis, 13 November 2025.
Ia menambahkan, kehadiran fasilitas lokal ini akan memperkuat kepercayaan pelanggan yang selama ini khawatir terkait penyimpanan data lintas negara. Trend Micro memastikan bahwa operasional mereka akan selaras dengan peraturan perlindungan data yang berlaku di Indonesia.
Indonesia Jadi Pasar Penting, Potensi Pertumbuhan Dinilai Besar
Trend Micro melihat Indonesia sebagai pasar strategis di kawasan Asia Pasifik. Meskipun Sapna tidak mengungkapkan angka pertumbuhan bisnis di Indonesia, ia menegaskan bahwa potensi pasar nasional sangat menjanjikan, terutama dengan pesatnya transformasi digital di sektor publik dan swasta.
“Fakta bahwa Indonesia memiliki lebih dari 135 bank dalam berbagai bentuk dan ukuran menunjukkan besarnya peluang pertumbuhan di sektor ini,” ungkap Sapna. Ia juga menyoroti lembaga pemerintah yang semakin agresif mengadopsi solusi digital dan keamanan siber.
Data keuangan perusahaan mencatat bahwa pada kuartal III tahun 2025, Trend Micro membukukan total penjualan sebesar 202 miliar yen atau sekitar Rp21,86 triliun. Angka tersebut relatif stabil dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, mencerminkan kondisi pasar global yang mulai pulih.
Khusus untuk wilayah Asia Pasifik yang meliputi Taiwan, Uni Emirat Arab, Singapura, Australia, dan Indonesia kontribusi mencapai sekitar 77 miliar yen atau Rp8,4 triliun. Wilayah ini menjadi penyumbang terbesar dalam pendapatan regional Trend Micro, meskipun pertumbuhan tahunan hanya naik 1,1 persen.
Sapna menegaskan, meski pertumbuhannya belum signifikan, perusahaan optimistis terhadap prospek jangka panjang di Indonesia. “Kami melihat bahwa potensi negara ini besar dan kami bisa menjadi mitra yang signifikan dalam jalur pertumbuhan itu,” katanya.
Dengan infrastruktur data center baru, Trend Micro berambisi untuk memperluas jangkauan layanan keamanan siber yang lebih cepat, efisien, dan sesuai dengan kebutuhan lokal. Langkah ini juga akan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat pertumbuhan teknologi di kawasan.
Mendukung Program Pemerintah tentang Kedaulatan dan Lokalisasi Data
Dari sisi domestik, Country Manager Trend Micro Indonesia, Fetra Syahbana, menegaskan bahwa kehadiran data center ini sejalan dengan arah kebijakan pemerintah Indonesia. Menurutnya, negara sudah memiliki Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (PDP) yang menekankan pentingnya penyimpanan data di dalam negeri.
Ia menilai, kebijakan ini bukan hanya bentuk perlindungan privasi, tetapi juga strategi menjaga kedaulatan digital di tengah era transformasi global. “Kalau di dunia perbankan, transaksi data nasabah tidak boleh keluar dari negara ini. Siapapun yang beroperasi di Indonesia harus memastikan data masyarakat tersimpan di sini,” kata Fetra.
Menurutnya, Trend Micro ingin memastikan bahwa pelanggan di Indonesia tidak perlu khawatir terkait lokasi penyimpanan data. Dengan adanya data center lokal, lembaga keuangan dapat mematuhi seluruh regulasi tanpa harus mengorbankan efisiensi sistem dan keamanan jaringan.
“Jadi ini menunjukkan komitmen jangka panjang kami untuk mendukung pelanggan di Indonesia. Baik itu sektor perbankan, telekomunikasi, publik, maupun pemerintahan,” jelas Fetra.
Langkah ini juga mempertegas bahwa Trend Micro tidak hanya memandang Indonesia sebagai pasar, tetapi sebagai mitra strategis untuk pengembangan teknologi keamanan digital di kawasan.
Pembangunan data center diharapkan menjadi bukti konkret kontribusi perusahaan terhadap ekosistem digital nasional. Selain menjaga kedaulatan data, fasilitas ini juga akan membuka peluang kerja baru dan meningkatkan kemampuan tenaga lokal dalam bidang keamanan siber.
Kedaulatan Data Jadi Pilar Strategi Digital Nasional
Kehadiran data center milik Trend Micro di Indonesia memiliki arti strategis bagi peta transformasi digital nasional. Pemerintah menargetkan agar seluruh entitas penyedia layanan teknologi memiliki pusat data di dalam negeri untuk memastikan keamanan dan keberlanjutan sistem digital.
Langkah ini juga membantu industri dalam memenuhi ketentuan privasi serta memperkuat posisi Indonesia di kancah global sebagai negara dengan kebijakan siber yang tegas. Tren ini semakin penting di tengah peningkatan serangan digital dan kebocoran data yang sering terjadi di berbagai sektor.
Selain memperkuat regulasi, pembangunan fasilitas data center lokal juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Investasi infrastruktur digital seperti ini akan mendorong pengembangan industri pendukung, mulai dari tenaga teknis, pemasok peralatan, hingga jasa konsultasi teknologi.
Bagi Trend Micro, proyek ini bukan hanya investasi jangka pendek, melainkan bagian dari strategi jangka panjang untuk menegaskan kehadirannya di Asia Tenggara. Dengan reputasi kuat dalam keamanan siber, perusahaan berharap dapat menjadi mitra utama bagi industri perbankan dan sektor strategis lainnya.
Komitmen Trend Micro juga menunjukkan bagaimana kolaborasi antara perusahaan global dan pemerintah nasional dapat menciptakan ekosistem digital yang aman, andal, dan berdaulat. Dengan beroperasinya data center ini pada pertengahan 2026, Indonesia akan semakin siap menghadapi tantangan keamanan digital yang kian kompleks.
Langkah Trend Micro membangun data center di Indonesia bukan sekadar ekspansi bisnis, melainkan bentuk dukungan nyata terhadap kedaulatan data nasional. Dengan mematuhi regulasi ketat di sektor keuangan dan privasi digital, perusahaan asal Jepang ini mempertegas posisinya sebagai mitra strategis dalam memperkuat keamanan siber Indonesia.
Kehadiran fasilitas tersebut diharapkan mampu memberi kepercayaan bagi lembaga keuangan dan pemerintah untuk mengelola data dengan aman. Selain itu, investasi ini juga membuka peluang besar bagi pengembangan teknologi lokal, menciptakan lapangan kerja baru, serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat keamanan data di Asia Tenggara.