JAKARTA - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Cisolok–Cisukarame di Sukabumi, Jawa Barat, tetap berjalan meski masih berada pada tahap pengembangan awal. Kapasitas pengembangan awal proyek ini ditargetkan mencapai 50 MW.
Energi bersih yang digarap PT Daya Mas Cisolok Geothermal (DMCG) ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada kuartal I 2029. Saat ini, tim proyek tengah fokus pada serangkaian studi awal sebelum masuk tahap pengeboran.
Tahap Studi dan Kajian Awal
Pimpinan Proyek DMCG, Doni Masditok, menjelaskan bahwa kajian meliputi geokimia, geofisika, dan geologi untuk menentukan titik bor yang paling ideal. Semua proses dilakukan dengan memperhatikan aspek sosial dan budaya setempat.
"Kami masih di tahap studi. Setelah semua hasil kajian keluar, baru kami tentukan titik bor yang tepat," kata Doni saat kegiatan Sosialisasi Proyek PLTP Cisolok–Cisukarame di Pelabuhanratu, Sukabumi.
DMCG menekankan pentingnya menghormati adat dan kearifan lokal masyarakat sekitar. "Kalau titik bor dekat tanah situs atau lokasi yang dianggap 'pamali,' kami pasti geser. Kami tidak akan melanggar aturan adat," tambah Doni.
Sebelum kegiatan eksplorasi dimulai, perusahaan melakukan sosialisasi dan dialog dengan warga. "Belum beroperasi pun kami sudah sowan dulu ke warga. Kami ingin membangun kepercayaan sebelum bicara soal bisnis," ujarnya.
Pembangunan Infrastruktur dan Tahap Pengeboran
Setelah studi selesai, proyek akan masuk tahap pembangunan infrastruktur seperti akses jalan menuju lokasi pengeboran. Hal ini bertujuan memastikan kegiatan eksplorasi tidak membahayakan warga sekitar.
"Setelah jalan dan tapak sumur selesai, baru kami masuk ke tahap pengeboran. Awalnya kami akan bor dua sumur, lalu lanjutkan tiga sumur tambahan kalau hasilnya layak," jelas Doni.
Jika tahap eksplorasi berhasil, proyek akan berlanjut ke tahap konstruksi pembangkit. Selanjutnya, pembangkit akan melalui proses komisioning sebelum akhirnya masuk tahap produksi.
Strategi Energi Bersih untuk Jawa Barat
Proyek geothermal Cisolok–Cisukarame menjadi bagian dari strategi pemerintah memperluas sumber energi bersih di Jawa Barat. Kapasitas awal pembangkit ditargetkan 2×25 MW atau total 50 MW.
"Energi panas bumi ini terbarukan dan tidak akan habis. Berbeda dengan batu bara atau minyak, energi panas bumi hanya untuk kebutuhan dalam negeri," jelas Doni.
Kehadiran PLTP ini diharapkan memperkuat sistem kelistrikan Jawa Barat. Selain itu, pembangkit panas bumi juga dapat menurunkan emisi karbon dibanding pembangkit konvensional.
Kontribusi pada Transisi Energi dan Emisi Rendah
PLTP Cisolok–Cisukarame juga mendukung target Net Zero Emission 2060. Pembangkit panas bumi memiliki tingkat emisi karbon jauh lebih rendah dibanding pembangkit fosil.
"Kalau pembangkit berbasis fosil menghasilkan sekitar 10 ton emisi per megawatt, geothermal bisa di bawah 2 ton. Jadi ini benar-benar energi bersih," ungkap Doni.
Selain itu, DMCG menerapkan sistem pengeboran tertutup dan pemantauan seismik mikro real-time. Langkah ini dilakukan untuk menjaga keselamatan masyarakat dan lingkungan sekitar.
Meski masih dalam tahap pengembangan, proyek PLTP ini menjadi harapan baru bagi masyarakat Sukabumi. Proyek tidak hanya memperkuat pasokan listrik, tapi juga membuka peluang ekonomi melalui keterlibatan warga.
"Kami ingin proyek ini bukan hanya menghasilkan listrik, tapi juga memberikan manfaat sosial dan ekonomi bagi masyarakat sekitar," pungkas Doni.
Dengan keberlanjutan proyek ini, Sukabumi akan memiliki energi bersih andalan. Pembangunan PLTP Cisolok–Cisukarame menunjukkan bahwa pemanfaatan geothermal dapat menjadi solusi energi nasional yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.