Menkes Budi Gunadi

Transformasi Besar Sektor Kesehatan: Menkes Budi Gunadi Dorong Indonesia Menuju Generasi Sehat 2045

Transformasi Besar Sektor Kesehatan: Menkes Budi Gunadi Dorong Indonesia Menuju Generasi Sehat 2045
Transformasi Besar Sektor Kesehatan: Menkes Budi Gunadi Dorong Indonesia Menuju Generasi Sehat 2045

JAKARTA - Peningkatan kualitas kesehatan masyarakat kini menjadi salah satu prioritas nasional yang paling strategis. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan bahwa arah kebijakan kesehatan Indonesia telah bergeser dari fokus kuratif menjadi lebih preventif dan promotif.

Dalam perayaan Hari Kesehatan Nasional di Jakarta pada Rabu, Budi menyampaikan hasil nyata dari perubahan pendekatan tersebut. Ia menuturkan bahwa lebih dari 52 juta masyarakat Indonesia telah mengikuti program Cek Kesehatan Gratis (CKG) dalam kurun waktu satu tahun.

Program itu, kata dia, telah berdampak langsung terhadap peningkatan cakupan skrining penyakit menular seperti tuberkulosis (TB). “Cakupan skrining TB kini telah mencapai lebih dari 20 juta orang,” ujarnya dalam sambutannya.

Langkah ini menjadi bagian penting dari upaya transformasi besar yang dijalankan Kementerian Kesehatan dalam empat tahun terakhir. Budi menekankan, transformasi tersebut bukan hanya tentang layanan medis, melainkan juga perubahan budaya kerja dan pola pikir seluruh insan kesehatan.

Dua Dekade Menuju Indonesia Emas: Membangun Generasi yang Sehat dan Unggul

Budi mengingatkan bahwa masa depan Indonesia bergantung pada generasi muda yang sehat dan produktif. “Sebanyak 84 juta anak Indonesia hari ini akan mencapai usia produktif pada tahun 2045, tepat satu abad Indonesia merdeka,” katanya.

Menurutnya, waktu dua dekade ke depan menjadi masa krusial untuk memastikan generasi tersebut tumbuh dengan sehat, tangguh, dan unggul. Demi mencapai tujuan itu, pemerintah telah melaksanakan tiga Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) untuk mempercepat peningkatan kesehatan nasional.

Selain itu, transformasi kesehatan juga terus dilakukan untuk memastikan layanan kesehatan mudah diakses, berkualitas, dan terjangkau. Reformasi ini menjadi fondasi penting menuju cita-cita Indonesia Emas 2045.

Budi menjelaskan bahwa enam pilar utama transformasi kesehatan kini menunjukkan hasil yang nyata di berbagai daerah. Capaian itu merupakan hasil kerja keras bersama antara pemerintah, tenaga medis, dan seluruh elemen masyarakat.

Perubahan Nyata dari Enam Pilar Transformasi Kesehatan

Pada pilar pertama, yaitu transformasi layanan primer, sebanyak 8.349 puskesmas kini telah menerapkan integrasi layanan primer. Sistem surveilans penyakit juga semakin cepat dan terhubung dengan kapasitas laboratorium kesehatan masyarakat yang meningkat di seluruh provinsi.

Keberhasilan ini turut mendukung penurunan prevalensi stunting di Indonesia. “Untuk pertama kalinya, prevalensi stunting balita turun di bawah 20 persen, yaitu mencapai 19,8 persen,” ungkap Budi dengan optimis.

Pilar kedua, transformasi layanan rujukan, difokuskan pada peningkatan mutu dan kemampuan rumah sakit di seluruh daerah. Kini, 29 provinsi sudah mampu melakukan operasi bedah jantung terbuka, 29 provinsi dapat melakukan clipping, dan delapan provinsi sudah mampu melakukan STA-MCA bypass untuk kasus stroke.

Sementara itu, pilar ketiga, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan, berfokus pada kemandirian industri farmasi nasional. Dari 14 antigen vaksin program imunisasi rutin, sepuluh di antaranya kini sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

Pada pilar keempat, transformasi pembiayaan kesehatan menunjukkan kemajuan signifikan dengan perluasan cakupan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Sebanyak 268 juta penduduk, atau sekitar 98 persen masyarakat Indonesia, telah terdaftar sebagai peserta JKN.

Budi menjelaskan bahwa pada tahun 2024, asuransi menyumbang 36,3 persen dari total belanja kesehatan nasional. Angka itu terdiri atas 30,9 persen dari JKN dan 5,4 persen dari asuransi kesehatan swasta.

Penguatan SDM dan Teknologi: Kunci Keberlanjutan Sistem Kesehatan Nasional

Transformasi kelima berfokus pada penguatan sumber daya manusia di sektor kesehatan. Saat ini, 61 persen puskesmas di seluruh Indonesia telah memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan sesuai dengan standar nasional.

Sebanyak 74 rumah sakit umum daerah juga sudah dilengkapi dengan tujuh dokter spesialis dasar. “Kami terus memperkuat SDM kesehatan melalui berbagai upaya, seperti pengadaan ASN, beasiswa, penugasan khusus, hingga pelatihan berbasis rumah sakit,” tutur Budi.

Selain itu, pemerintah juga memberikan kemudahan bagi tenaga medis lulusan luar negeri untuk dapat berpraktik di Indonesia. Upaya ini diharapkan mampu menutup kesenjangan tenaga kesehatan di berbagai wilayah.

Pilar keenam adalah transformasi teknologi kesehatan, yang kini menjadi tulang punggung sistem informasi kesehatan nasional. Sebagian besar fasilitas pelayanan kesehatan sudah terhubung dengan platform SATUSEHAT dan mengirimkan data pasien secara real time.

“Pemanfaatan teknologi kesehatan berbasis AI seperti pada X-ray dan CT-scan mampu mendeteksi berbagai penyakit dengan cepat dan akurat, antara lain kanker paru, TB, stroke, dan lainnya,” jelas Budi.

Inovasi teknologi juga dikembangkan melalui program Biomedical and Genome Science Initiative (BGSI). Program kedokteran presisi ini telah menjangkau 17.099 peserta atau sekitar 89,5 persen dari target nasional.

Kedokteran Presisi dan Transformasi Budaya Kerja Kesehatan

Budi mengungkapkan bahwa layanan kedokteran presisi kini terus dikembangkan di 10 Hub BGSI di seluruh Indonesia. Layanan tersebut mencakup pemeriksaan risiko penyakit jantung, kanker, diabetes, kolesterol tinggi, hingga penyakit langka yang sulit dideteksi.

Selain itu, pengembangan teknologi kedokteran presisi juga diarahkan untuk membantu penentuan obat yang lebih tepat bagi pasien kanker, stroke, dan skizofrenia. “Tujuan akhirnya adalah memastikan setiap orang mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan karakter genetik dan kondisi tubuhnya,” katanya.

Namun, di balik kemajuan teknologi dan sistem kesehatan, Budi menekankan pentingnya pilar terakhir yaitu transformasi budaya kerja tenaga kesehatan. “Transformasi kesehatan tidak dapat diwujudkan tanpa perubahan budaya kerja para insan kesehatan,” ujarnya menegaskan.

Menurutnya, profesionalisme, dedikasi, dan semangat kolaborasi harus menjadi bagian dari budaya kerja di seluruh fasilitas kesehatan. Hanya dengan semangat itu, transformasi kesehatan Indonesia dapat berjalan berkelanjutan.

Semangat Hari Kesehatan Nasional: Perjalanan Menuju Indonesia Sehat dan Hebat

Budi menggambarkan perjalanan menuju Indonesia sehat sebagai perjalanan panjang yang penuh tantangan namun sarat harapan. Ia mengajak seluruh tenaga medis, tenaga kesehatan, akademisi, dunia usaha, organisasi masyarakat, media, dan para kader kesehatan untuk terus bersinergi.

Dalam kesempatan tersebut, Budi juga memberikan penghargaan kepada para insan kesehatan yang telah berdedikasi menjaga nyawa dan menebar harapan di seluruh pelosok negeri. Ia menyebut mereka sebagai pahlawan kesehatan yang menegakkan martabat bangsa.

“Mari jadikan Hari Kesehatan Nasional ke-61 ini sebagai momentum untuk memperkuat komitmen, menumbuhkan optimisme, dan melanjutkan transformasi kesehatan Indonesia,” ajaknya.

Ia menambahkan, membangun kesehatan bangsa harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar. Upaya itu kemudian diperluas hingga ke tingkat desa, kabupaten, provinsi, dan akhirnya seluruh Indonesia.

Budi menutup pidatonya dengan pesan bahwa kesehatan jiwa dan raga menjadi kunci utama menuju Indonesia Emas 2045. Dengan tekad bersama, katanya, bangsa ini akan melahirkan generasi sehat yang menjadi fondasi Indonesia hebat di masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index