Evakuasi Massal dan Tantangan SAR Hadapi Banjir Bandang Aceh Sumatera

Selasa, 02 Desember 2025 | 15:50:50 WIB
Evakuasi Massal dan Tantangan SAR Hadapi Banjir Bandang Aceh Sumatera

JAKARTA - Bencana hidrometeorologi di Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Utara telah menelan ribuan korban terdampak. Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii menyatakan total warga terdampak mencapai 33.620 orang, dengan 33.173 jiwa selamat, 447 meninggal, dan 399 masih dalam pencarian.

Rincian ini disampaikan Syafii saat rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 1 Desember 2025. Data ini terus diperbarui seiring tim SAR melakukan pencarian dan evakuasi di lapangan.

Menurut Syafii, penyebab bencana di tiga provinsi sama yakni akibat fenomena hidrometeorologi ekstrem. Dampaknya sangat luar biasa karena banjir disertai longsor dan lumpur yang meluas ke berbagai wilayah.

Selain itu, jumlah warga terdampak di masing-masing provinsi menunjukkan skala bencana yang berbeda. Hal ini menuntut distribusi tim SAR dan peralatan secara berbeda pula untuk setiap wilayah.

Upaya SAR di Provinsi Aceh

Di Aceh, tercatat 1.146 korban dievakuasi, dengan 102 meninggal, 116 masih dalam pencarian, dan 1.044 orang selamat. Operasi SAR di bawah koordinasi Kantor SAR Banda Aceh melibatkan 165 anggota Basarnas, dibantu 224 potensi SAR, serta 389 personil tambahan.

Syafii menjelaskan peralatan yang digunakan mencakup 4 unit drone, 1 kapal, 18 perahu karet, 8 rescue truck, dan 10 rescue car. Bahkan kapal KN SAR Purworejo 101 diperkuat dari Batam dan Tanjung Pinang untuk mendukung operasi di lapangan.

Data korban selamat Aceh merupakan gabungan laporan Basarnas dan BNPB. Tim SAR juga terus memperbarui data korban meninggal dan yang masih hilang secara berkala.

Selain peralatan canggih, tim SAR menghadapi medan yang menantang. Banjir bandang dan lumpur membuat komunikasi sulit dan jalur evakuasi terisolir, sehingga kelelahan menjadi tantangan tersendiri.

Tantangan Pencarian di Sumatera Utara

Di Sumatera Utara, terdapat 3.029 warga terdampak dengan 2.812 selamat, 217 meninggal, dan 168 jiwa masih dalam pencarian. Basarnas mengerahkan 121 personil, didukung potensi SAR sebanyak 5.379, sehingga total personil yang terlibat mencapai 5.500 orang.

Peralatan yang digunakan mencakup 1 helikopter, 5 drone, 2 kapal, 24 perahu karet, serta sarana darat untuk evakuasi. Operasi ini dilaksanakan di bawah koordinasi SAR Mission Coordinator Kantor SAR Medan.

Syafii menekankan bahwa medan evakuasi di Sumut cukup sulit karena kondisi terisolir dan banjir bandang. Tim SAR harus bergerak di titik-titik yang tidak bisa dilalui kendaraan biasa, menambah kelelahan personil.

Langkah koordinasi ini memastikan korban terdampak bisa dievakuasi secepat mungkin. Tim SAR memprioritaskan wilayah dengan jumlah warga terdampak paling tinggi.

Evakuasi Besar-besaran di Sumatera Barat

Sumatera Barat menjadi provinsi dengan jumlah terdampak terbesar, yakni 29.445 orang. Dari jumlah itu, 29.317 jiwa selamat, 128 meninggal, dan 115 jiwa masih dalam pencarian.

Basarnas menugaskan 1 helikopter aktif, ditambah 1 helikopter dari Lampung, 1 drone, 19 perahu karet, 6 rescue truck, dan 10 rescue car. Kapal KN Ganesha dari Jakarta juga dikerahkan untuk memperkuat operasi di Sumbar.

Syafii menjelaskan bahwa kondisi bencana di Sumbar memerlukan tenaga ekstra. Banjir bandang, longsor, dan lumpur membuat anggota SAR harus bergerak di area yang luas dan sulit dijangkau.

Kondisi ini berbeda dengan evakuasi di titik bencana kecil atau gedung, di mana tim bisa bergerak lebih mudah. Di Sumbar, tim harus menyebar ke berbagai lokasi, sehingga risiko kelelahan meningkat.

Koordinasi dan Peralatan SAR untuk Efisiensi Evakuasi

Dalam tiga provinsi, Basarnas memanfaatkan kombinasi udara, laut, dan darat untuk operasi evakuasi. Penggunaan helikopter, drone, kapal, dan kendaraan darat menjadi kunci agar distribusi bantuan dan pencarian korban berjalan optimal.

Koordinasi dengan potensi SAR lokal mempercepat proses evakuasi. Setiap daerah memiliki tim tambahan untuk membantu tim utama Basarnas agar penanganan korban lebih cepat.

Syafii menekankan bahwa operasi SAR memerlukan effort ekstra karena medan yang sulit dan kondisi isolasi. Tim harus bekerja di bawah tekanan cuaca buruk dan kondisi fisik yang menuntut stamina tinggi.

Pendekatan ini memungkinkan tim SAR menjangkau titik-titik terdampak dengan efektif. Walaupun medan menantang, gabungan personil dan peralatan membantu meminimalkan risiko bagi korban dan tim.

Penanganan Bencana Butuh Kekuatan Ekstra dan Koordinasi

Bencana hidrometeorologi di Aceh, Sumut, dan Sumbar menunjukkan perlunya penanganan terkoordinasi. Operasi SAR tidak hanya mengevakuasi korban, tetapi juga mengelola logistik, komunikasi, dan kondisi fisik tim secara bersamaan.

Jumlah korban selamat yang tinggi membuktikan efektivitas koordinasi antara Basarnas, potensi SAR, dan BNPB. Namun, jumlah jiwa yang hilang dan meninggal menunjukkan medan ekstrim memerlukan tenaga ekstra dan strategi operasi yang matang.

Dalam kondisi banjir bandang dan longsor, kombinasi peralatan modern dan tenaga manusia menjadi kunci kesuksesan. Operasi SAR terus berjalan hingga seluruh korban ditemukan, serta keselamatan warga dan tim menjadi prioritas utama.

Terkini