JAKARTA - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menambah jumlah personel untuk mengatasi kondisi kelelahan tim yang telah beroperasi selama tujuh hari. Langkah ini dilakukan agar keselamatan dan kesehatan para penyelamat tetap terjaga selama operasi tanggap darurat.
Deputi Operasi dan Kesiapsiagaan Basarnas, Edy Prakoso, menekankan pentingnya pergantian personel. “Bagaimana kita bisa menyelamatkan kalau kita sendiri dalam kondisi tidak fit. Sehingga ini yang harus kita atur,” ujarnya di Dermaga Inggom, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa.
Rotasi personel menjadi strategi untuk memastikan tim SAR tetap bertenaga di lapangan. Kondisi kelelahan yang tinggi bisa menghambat efektivitas operasi pencarian dan pertolongan.
Edy menjelaskan bahwa keselamatan tim menjadi prioritas utama. Dengan penambahan personel, Basarnas dapat menjaga performa dan fokus tim dalam menyelamatkan korban terdampak bencana.
Personel Tambahan Siap Menjangkau Daerah Terdampak
Basarnas memberangkatkan personel tambahan meliputi 43 potensi SAR dan 21 petugas penyelamat dari Kantor SAR Jakarta, Bandung, dan Banten. Tim tambahan ini akan mendukung operasi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang sudah terdampak bencana sejak 25 November 2025.
Lebih dari 6.000 personel SAR sebelumnya telah dikerahkan. Kehadiran tim tambahan akan membantu menutupi area yang belum tersentuh dan memastikan seluruh wilayah terdampak terlayani dengan baik.
Personel tambahan akan fokus pada bantuan logistik dan pencarian korban. “Nanti pada saat tim ini sudah di Padang dan Sibolga, Kepala Kantor SAR akan membagi area-area mana yang belum tersentuh,” jelas Edy.
Distribusi personel tambahan ini diharapkan mempercepat proses evakuasi dan distribusi bantuan. Tim akan bekerja sama dengan instansi lokal dan pihak berwenang untuk memperluas jangkauan operasi SAR.
Dukungan Transportasi: Kapal dan Helikopter Dikerahkan
Personel tambahan dikirim menggunakan KN SAR Ganesha yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok menuju Padang, Sumatera Barat, selama sekitar 33 jam. Selanjutnya, kapal akan melanjutkan perjalanan menuju Sibolga, Sumatera Utara, untuk menambah daya jangkau operasi.
Selain kapal, Basarnas juga mengoperasikan helikopter untuk mendukung operasi di daerah sulit dijangkau. Satu helikopter diterbangkan dari Lampung menuju Sibolga, sementara helikopter lain berangkat dari Lanud Atang Senjaya, Bogor menuju Medan.
Penggunaan helikopter memungkinkan tim SAR mencapai lokasi-lokasi terpencil dengan cepat. Hal ini penting untuk memastikan bantuan logistik dan evakuasi korban terlaksana tepat waktu.
Operasi terpadu kapal dan helikopter meningkatkan efektivitas penanganan bencana. Dengan dukungan transportasi ini, Basarnas dapat mengoptimalkan jangkauan tim di wilayah terdampak yang luas.
Koordinasi antarunit SAR menjadi kunci dalam operasi ini. Setiap tim mendapat area tanggung jawab yang jelas untuk menghindari duplikasi dan memastikan setiap titik terdampak tercakup.
Distribusi bantuan dan pencarian korban menjadi lebih cepat dengan personel tambahan. Tim dapat fokus pada evakuasi korban, penyediaan logistik, serta pemulihan infrastruktur darurat di wilayah terdampak.
Selain itu, helikopter juga digunakan untuk memantau kondisi daerah terdampak. Pemantauan udara membantu tim mengidentifikasi daerah kritis yang memerlukan prioritas penanganan.
Operasi yang melibatkan kapal, helikopter, dan ribuan personel SAR menunjukkan kesiapsiagaan Basarnas dalam menghadapi bencana skala besar. Hal ini juga menegaskan perlunya dukungan logistik dan manajemen sumber daya yang baik selama krisis.
Penambahan personel dan transportasi ini menjadi strategi penting untuk menjaga keberlanjutan operasi. Tim SAR dapat bekerja secara bergantian tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan.
Selain menyasar korban langsung, tim juga mendistribusikan bantuan logistik ke wilayah yang terisolasi. Bantuan berupa makanan, air bersih, dan kebutuhan darurat lainnya menjadi prioritas utama di tahap awal.
Edy menekankan bahwa setiap personel tambahan memiliki peran strategis. Mereka tidak hanya membantu pencarian korban, tetapi juga memastikan distribusi bantuan mencapai seluruh wilayah terdampak.
Dengan koordinasi yang baik, Basarnas berharap seluruh operasi tanggap darurat dapat berjalan lancar. Dukungan transportasi dan tenaga tambahan memungkinkan respons bencana lebih cepat dan tepat sasaran.
Kehadiran personel tambahan sekaligus menjadi langkah antisipasi. Operasi SAR yang panjang dan melelahkan memerlukan tenaga cadangan agar efektivitas penanganan tetap optimal.
Tim SAR juga dibekali dengan perlengkapan yang memadai. Hal ini untuk mendukung keselamatan personel selama menjalankan misi di lapangan yang menantang.