JAKARTA - Rencana investasi besar kembali menjadi fokus utama PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) ketika perusahaan migas Grup Bakrie tersebut menegaskan komitmennya untuk memperkuat produksi dalam beberapa tahun mendatang. Melalui belanja modal yang agresif, ENRG menempatkan strategi pengembangan jangka panjang sebagai prioritas utama untuk meningkatkan kapasitas produksi portofolio migas yang telah mereka kelola.
Wakil Direktur Utama dan CFO Energi Mega Persada, Edoardus Ardianto menjelaskan bahwa komitmen investasi ini merupakan langkah strategis yang telah dirancang untuk periode 2025 hingga 2030. Ia menegaskan bahwa kebutuhan capex besar tersebut diarahkan untuk memperkuat potensi cadangan serta melakukan eksplorasi pada wilayah kerja yang sudah dimiliki perusahaan.
Pada 2026, ENRG menyiapkan belanja modal sebesar US$200 juta atau sekitar Rp3,33 triliun. Nilai ini merupakan bagian dari total capex jangka panjang sebesar US$1,4 miliar yang telah direncanakan untuk lima tahun ke depan.
Dalam keterangannya di Jakarta pada Senin, 1 Desember 2025, Edoardus mengatakan bahwa capex tersebut diarahkan untuk eksplorasi sumur baru dan pengembangan sumur yang sudah ada. “Kita akan mengembangkan sumur-sumur eksplorasi dan sumur-sumur pengembangan dari portofolio yang ada saat ini. Jadi kita harapkan dalam enam tahun ini kita bisa meningkatkan produksi kita, yang saat ini sekitar hampir 50.000 barel per hari, gabungan minyak dan gas, dan mudah-mudahan bisa double pada 2030,” ujarnya.
Rencana Pengeboran Puluhan Sumur untuk Pacu Kinerja Produksi
Total capex jangka panjang sebesar US$1,4 miliar akan digunakan untuk kegiatan pengeboran skala besar. Perusahaan telah menyusun rencana untuk melakukan hampir 30 pengeboran sumur eksplorasi, 130 sumur pengembangan, serta aktivitas perawatan untuk 106 sumur eksisting.
Kegiatan tersebut dirancang untuk menjaga stabilitas produksi sekaligus membuka peluang peningkatan cadangan migas. Dengan adanya rencana pengeboran yang agresif, ENRG berharap dapat meningkatkan kinerja operasional pada seluruh blok migas yang dikelolanya.
Hingga sembilan bulan pertama 2025, realisasi capex ENRG telah mencapai US$150 juta hingga US$160 juta. Edoardus menyampaikan bahwa angka tersebut masih akan meningkat pada kuartal IV 2025 seiring kegiatan operasi yang sedang berjalan pada tiga sumur eksplorasi.
Dengan aktivitas pengeboran yang terus berlangsung, perusahaan menargetkan agar output yang dihasilkan dapat mengimbangi permintaan pasar energi. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan migas nasional, ENRG melihat peluang besar untuk memperkuat posisinya dalam industri hulu migas.
Ekspansi Anorganik dan Peluang Akuisisi Aset Migas Berproduksi
Selain memperkuat pengembangan organik melalui eksplorasi dan pengeboran, ENRG juga menyiapkan strategi ekspansi anorganik. Edoardus mengungkapkan bahwa perusahaan terus menjajaki peluang akuisisi aset migas yang sudah berproduksi baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Ia menegaskan bahwa langkah tersebut menjadi bagian dari upaya diversifikasi sekaligus memperbesar basis produksi perusahaan. “Kurang dari tiga aset, ini gabungan dari dalam dan luar negeri,” tegasnya saat ditanya mengenai rencana akuisisi yang sedang dinegosiasikan.
Negosiasi akuisisi aset tersebut diharapkan dapat memperkuat portofolio migas ENRG secara signifikan. Dengan fokus pada aset yang sudah berproduksi, perusahaan berharap dapat mengakselerasi peningkatan pendapatan tanpa harus menunggu waktu eksplorasi yang panjang.
Selain itu, ENRG juga mempertimbangkan peluang kerja sama dengan berbagai pihak untuk mendukung pertumbuhan perusahaan. Langkah ini menjadi bagian dari strategi fleksibel yang ditempuh untuk menyesuaikan dinamika industri migas global.
Peluang Kerja Sama dengan Shell dan Penguatan Blok Organik
Kedatangan Shell Plc. yang berencana kembali masuk ke sektor hulu migas Indonesia menjadi sorotan bagi banyak perusahaan eksisting. Shell wajib bermitra dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang sudah ada apabila ingin mengelola aset migas di Indonesia.
Meski demikian, ENRG menyatakan belum melakukan pembicaraan terkait potensi kerja sama tersebut. Direktur Energi Mega Persada, Tri Firmanto menjelaskan bahwa saat ini perusahaan masih memfokuskan pengembangan blok-blok organik yang sepenuhnya dimiliki oleh ENRG.
“Jadi memang untuk blok-blok organik yang kita miliki sekarang, statusnya 100% dimiliki oleh EMP, kita fokus untuk pengembangan secara mandiri dari korporasi sendiri. Jadi masih belum ada pembicaraan,” jelas Firmanto.
Meskipun saat ini belum ada pembahasan resmi, Firmanto tidak menutup kemungkinan adanya peluang kolaborasi di masa mendatang. Ia menegaskan bahwa ENRG bersikap terbuka untuk potensi kerja sama yang dapat mempercepat kinerja produksi perusahaan.
Sebagai contoh, ENRG sebelumnya telah menyelesaikan divestasi 50% participating interest di KKKS Gebang, Sumatera Utara kepada Jepang Exploration Co. Ltd. (JAPEX). Langkah ini menjadi bukti bahwa perusahaan memiliki rekam jejak dalam mengelola kemitraan strategis.
Ia menekankan bahwa opsi merger, kerja sama, maupun kemitraan tetap menjadi peluang yang dapat dievaluasi sesuai kebutuhan. “Potensi untuk kerja sama, untuk merger, semuanya, itu masih terbuka sekali,” tandasnya.
Fokus Jangka Panjang untuk Penguatan Kapasitas Energi Nasional
Dengan belanja modal yang besar dan strategi ekspansi yang disiapkan secara paralel, ENRG ingin memastikan kontribusinya terhadap kemandirian energi nasional terus meningkat. Perusahaan berkomitmen untuk tidak hanya memperbesar volume produksi, tetapi juga meningkatkan efisiensi operasional.
Target menggandakan produksi menjadi sekitar 100.000 barel per hari pada 2030 menjadi tujuan jangka panjang yang ambisius. Untuk mencapai target tersebut, perusahaan menyusun langkah bertahap yang mencakup eksplorasi, pengembangan sumur, dan kerja sama dengan mitra strategis.
Dengan kondisi industri migas yang sangat dinamis, ENRG menilai bahwa kesiapan beradaptasi menjadi kunci keberhasilan. Pengembangan aset migas baik melalui organik maupun anorganik dianggap penting untuk memperkuat ketahanan perusahaan terhadap fluktuasi harga komoditas.
Perusahaan juga terus memperhatikan stabilitas operasi agar produksi tetap optimal. Dengan langkah tersebut, ENRG berharap dapat menjaga keberlanjutan portofolio migas yang dimiliki sekaligus menghadirkan nilai tambah bagi pemegang saham.