Strategi Transformasi Mineral Dorong Prospek Rerating Saham BUMI dalam Jangka Menengah

Selasa, 02 Desember 2025 | 10:38:37 WIB
Strategi Transformasi Mineral Dorong Prospek Rerating Saham BUMI dalam Jangka Menengah

JAKARTA - Arah bisnis PT Bumi Resources Tbk (BUMI) kembali menjadi perhatian pasar seiring kebutuhan perusahaan untuk menegaskan pergeseran portofolio dari batu bara menuju mineral. Perseroan menilai bahwa rerating saham dalam 12 hingga 18 bulan ke depan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan eksekusi strategi ini secara konsisten.

Direktur BUMI Maringan Ido Hutabarat menjelaskan bahwa pasar membutuhkan bukti nyata mengenai transformasi tersebut agar minat terhadap saham BUMI dapat meningkat. Ia menyampaikan pandangannya dalam paparan publik dan sesi tanya jawab yang dilakukan manajemen bersama para investor.

“Eksekusi diversifikasi bisnis non-batu bara akan menjadi sinyal kuat bagi pasar bahwa transformasi perseroan sedang berjalan efektif,” ujarnya. Ia menyebut bahwa komitmen perusahaan untuk memperluas portofolio mineral akan menjadi ukuran penting yang diawasi oleh pelaku pasar.

Maringan menambahkan bahwa penguatan fundamental keuangan juga berperan besar dalam menentukan sentimen terhadap saham BUMI. Ia menilai bahwa perubahan variabel eksternal seperti harga komoditas dan kebijakan pemerintah turut memiliki dampak yang tidak dapat diabaikan.

Menurutnya, kombinasi antara transformasi internal dan kondisi pasar global dapat menjadi katalis rerating saham apabila dieksekusi dengan disiplin. Ia menegaskan bahwa perusahaan akan terus memonitor dinamika itu agar langkah strategis dapat disesuaikan.

Proyeksi Operasional BUMI dan Arah Bisnis Menuju 2026

Direktur Christopher Fong dalam kesempatan yang sama memaparkan bahwa kinerja operasional perusahaan pada 2026 direncanakan bergerak sejalan dengan capaian tahun ini. Ia menjelaskan bahwa dari sisi volume penjualan, perseroan tidak menetapkan perubahan signifikan untuk tahun mendatang.

“Basis kita 53,5 juta ton, kemudian Arutmin di angka 22 sampai 23 juta ton. Jadi total antara 77 juta sampai 78 juta ton di tahun 2026,” kata Christopher.

Ia menjelaskan bahwa stagnasi volume penjualan disebabkan oleh kondisi pasar batu bara yang tidak menunjukkan peningkatan permintaan global. Menurutnya, oversupply masih menjadi tantangan yang belum menemukan titik keseimbangan.

Christopher menyampaikan bahwa harga batu bara pada 2026 juga diperkirakan bergerak mendekati level tahun berjalan. Ia menyatakan bahwa proyeksi tersebut didasarkan pada pandangan dua produsen batu bara besar dunia mengenai surplus produksi global.

“Harga di tahun ini dibanding tahun 2026 relatif tidak akan bergerak jauh karena dari sisi permintaan dan produksi itu masih dalam keadaan surplus kira-kira 10 juta ton menurut dua pemain batu bara besar di dunia,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa faktor eksternal ini mendorong BUMI mempercepat transformasi menuju mineral agar memiliki sumber pendapatan yang lebih stabil.

Dengan kondisi demikian, pendapatan perusahaan diperkirakan akan berada pada kisaran yang sama untuk periode 2026–2025. Christopher menambahkan bahwa proyeksi ini dapat berubah apabila China meningkatkan kembali impor batu bara dalam jumlah signifikan.

Transformasi menuju mineral kembali ditekankan oleh Direktur Andrew C. Beckham sebagai inti agenda jangka panjang perusahaan. Ia menyampaikan bahwa reposisi bisnis dilakukan secara bertahap namun terstruktur untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan dari tambang termal.

“Kami sedang menjalankan transformasi jauh dari tambang termal sementara kami menjalankan operasi tambang termal. Fokusnya adalah mineral-mineral dan proses pengelompokan,” ujarnya.

Andrew menegaskan bahwa perseroan menargetkan pengumuman akuisisi baru dalam waktu dekat. “Kami akan mengumumkan akuisisi lanjut selama 6 hingga 12 bulan di sektor mineral dan mungkin di area lain,” katanya.

Ia mengungkapkan bahwa perusahaan mengincar komposisi pendapatan “50-50 terhadap mineral-mineral tanpa termal dan aset termal” pada 2031 melalui konsolidasi IPTA. Target ini menjadi dasar perusahaan dalam menentukan langkah akuisisi dan pengembangan proyek.

Ekspansi Mineral: Tembaga, Bauksit, dan Konsolidasi Aset Baru

Direktur Aryo Supin menjelaskan bahwa perusahaan telah menetapkan arah ekspansi ke mineral non-emas sebagai bagian dari reposisi jangka panjang. Ia menyatakan bahwa komoditas tembaga atau copper menjadi fokus utama dalam strategi ini.

“Bumi akan masuk ke mineral tembaga, copper. Itu bisa dilihat dari akuisisi tambang Wolfram di Queensland, Australia, di mana produknya adalah copper and gold, yang hasilnya nanti adalah copper konsentrat,” ujarnya.

Selain tembaga, BUMI juga memperkuat posisi di sektor bauksit dan aluminium yang dinilai memiliki prospek jangka panjang. Ia menyebut bahwa akuisisi terhadap PT Laman Mining di Kalimantan Barat menjadi bagian dari langkah memperluas portofolio mineral.

“Bumi telah memulai proses akuisisi untuk PT Laman Mining di Kalimantan Barat, yang akan diharapkan ke depannya akan melakukan proses juga menjadi produk alumina,” ujarnya. Ia menegaskan bahwa perusahaan menargetkan pengembangan bertahap untuk memastikan keberlanjutan operasional.

Aryo juga menjelaskan batas kepemilikan saham perseroan pada aset mineral yang sedang dalam proses akuisisi. “Untuk tambang JML di Queensland, maksimum saham yang akan diakuisisi adalah hampir 65%. Belum ada rencana lebih lanjut,” tutur dia.

Ia menambahkan bahwa fokus utama manajemen adalah memastikan proyek mineral dapat berjalan sesuai rencana. Menurutnya, untuk Laman Mining, akuisisi dilakukan bertahap hingga 45% dan saat ini perseroan sedang menyelesaikan tahap pertama transaksi.

Aryo menegaskan bahwa rencana ekspansi tersebut merupakan bagian integral dari transformasi BUMI agar portofolio perseroan lebih seimbang dan relevan terhadap tren energi global. Ia menilai bahwa diversifikasi ke tembaga, bauksit, dan aluminium tidak hanya menambah nilai bisnis, tetapi juga memperluas peluang kerja sama internasional di masa depan.

Terkini