Stroke Masih Mengintai Generasi Muda, Kenali Gejala dan Pencegahannya

Selasa, 02 Desember 2025 | 08:33:49 WIB
Stroke Masih Mengintai Generasi Muda, Kenali Gejala dan Pencegahannya

JAKARTA – Stroke tetap menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Menurut data WHO 2020, lebih dari 357 ribu warga Indonesia meninggal akibat stroke setiap tahun, atau sekitar 21% dari total kematian nasional.

Angka ini menempatkan Indonesia di urutan ke-11 tertinggi di dunia. Banyak ahli menilai tingginya angka kematian bukan hanya karena faktor risiko, tetapi juga keterlambatan pasien datang ke fasilitas kesehatan.

Gejala Awal yang Sering Diabaikan

Banyak orang menganggap gejala stroke seperti pusing mendadak, mulut mencong, tangan lemas, atau penglihatan kabur sebagai tanda kelelahan biasa. Padahal, mengenali tanda ini lebih awal bisa menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan permanen.

"Setiap menit sangat berharga bagi pasien stroke. Ada golden period kurang dari 4,5 jam sejak gejala pertama muncul, jika pasien datang dalam periode ini, peluang pulih tanpa kecacatan meningkat jauh," jelas dr. Riski Amanda, Sp.N, FINA, Spesialis Neurologi Neurointervensi di Primaya Hospital PGI Cikini, Senin, 1 Desember 2025.

Stroke dapat menyerang siapa saja, meski risikonya meningkat pada usia lanjut atau orang dengan riwayat keluarga. Faktor risiko terbesar justru berasal dari kondisi dan kebiasaan yang bisa dikendalikan, seperti hipertensi, kolesterol tinggi, merokok, diabetes, obesitas, dan pola makan buruk.

Gejala awal stroke sering muncul tiba-tiba. Beberapa di antaranya adalah mati rasa atau kelemahan pada wajah, lengan, atau kaki, bicara pelo, penglihatan kabur, hilang keseimbangan, dan sakit kepala hebat tanpa sebab jelas.

Metode FAST dapat membantu mengenali tanda-tanda stroke dengan cepat. Face (wajah mencong), Arms (lengan lemas), Speech (bicara kacau), Time (segera ke IGD) menjadi panduan sederhana yang bisa diterapkan siapa saja.

Proses Stroke dan Penanganan Medis

Stroke terjadi ketika aliran darah ke otak terhenti akibat sumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Tanpa suplai oksigen, jutaan sel otak bisa mati dalam hitungan menit, sehingga kerusakan bisa permanen.

"Pada kasus iskemik, dokter hanya bisa memberikan obat penghancur bekuan atau melakukan tindakan trombektomi jika pasien masih berada di golden period," terang dr. Riski.

Keterlambatan datang ke rumah sakit membuat banyak pasien mengalami kecacatan permanen. Pasien yang selamat dari fase akut tetap membutuhkan perawatan panjang dan rehabilitasi yang konsisten.

Rehabilitasi mencakup fisioterapi, terapi okupasi, dan terapi wicara. Dukungan keluarga sangat penting karena banyak pasien mengalami depresi akibat ketergantungan dan perasaan tidak berguna.

Pencegahan Melalui Gaya Hidup Sehat

Stroke bukan sesuatu yang muncul tanpa sebab. Hipertensi, gula darah tinggi, kolesterol, kebiasaan merokok, dan kurang bergerak adalah faktor utama yang bisa dikontrol melalui gaya hidup sehat.

Pemeriksaan kesehatan rutin menjadi kunci, terutama bagi mereka di atas usia 40 tahun. Dengan deteksi dini, pengobatan atau tindakan pencegahan bisa dilakukan sebelum gejala serius muncul.

"Stroke bukan takdir. Ini akibat kebiasaan yang bisa diubah. Dengan mengontrol tekanan darah, makan sehat, dan aktif bergerak, risiko stroke bisa turun drastis," kata dr. Riski.

Mengadopsi pola makan seimbang, mengurangi konsumsi garam dan lemak jenuh, serta rutin berolahraga mampu menurunkan risiko. Menjaga berat badan ideal juga berperan penting dalam menjaga kesehatan pembuluh darah dan jantung.

Selain itu, berhenti merokok dan membatasi konsumsi alkohol memberikan dampak signifikan. Gaya hidup sehat sehari-hari dapat mengurangi risiko stroke jauh lebih efektif dibanding pengobatan pasca-serangan.

Kesadaran masyarakat tentang gejala awal dan langkah pencegahan menjadi kunci menurunkan angka kematian akibat stroke. Edukasi FAST dan pemeriksaan kesehatan rutin bisa menyelamatkan ribuan nyawa setiap tahun.

Dengan memahami risiko dan tanda-tanda stroke, generasi muda juga bisa lebih waspada. Stroke bukan hanya masalah orang tua, melainkan ancaman yang bisa muncul di usia produktif bila kebiasaan tidak sehat terus diterapkan.

Langkah pencegahan sederhana dan konsisten menjadi investasi jangka panjang untuk kesehatan. Deteksi dini, pola hidup sehat, dan dukungan keluarga memastikan pasien bisa pulih lebih maksimal dan tetap produktif.

Terkini