Bahaya Pneumonia Bayi yang Sering Diremehkan dan Dampak Jangka Panjangnya

Selasa, 25 November 2025 | 10:06:02 WIB
Bahaya Pneumonia Bayi yang Sering Diremehkan dan Dampak Jangka Panjangnya

JAKARTA - Banyak orangtua menilai infeksi pernapasan pada bayi sebagai gangguan ringan yang dapat hilang dengan sendirinya, padahal pneumonia dapat menimbulkan dampak jangka panjang yang mengancam tumbuh kembang anak. Kondisi ini sering berkembang diam-diam sehingga membuat orangtua terlambat menyadari tingkat keparahannya.

Di sejumlah kasus, pneumonia pada bayi tidak hanya menyebabkan gangguan pernapasan tetapi juga memengaruhi fungsi organ penting seperti otak dan paru-paru. Risiko inilah yang membuat para ahli mengingatkan agar semua gejala pada bayi tidak dianggap sepele.

Menurut Ketua Unit Kerja Koordinasi Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. dr. Nastiti Kaswandani, Sp.A, Subsp.Resp(K), pneumonia yang tidak tertangani dapat membuat bayi mengalami kekurangan oksigen dalam waktu lama. Kondisi itu dapat berakibat pada gangguan perkembangan otak yang bersifat permanen.

Beliau menjelaskan bahwa kerusakan sel otak akibat kekurangan oksigen tidak dapat diperbaiki sehingga potensi kecerdasan bayi bisa menurun dari kapasitas genetik yang seharusnya.

Dampak ini bukan hanya memengaruhi kemampuan kognitif, tetapi juga memengaruhi kemampuan belajar dan fungsi otak lain yang penting bagi kehidupan anak di masa depan. Hal tersebut membuat pneumonia pada bayi harus dipahami sebagai kondisi serius yang memerlukan penanganan cepat dan terarah.

Kerusakan akibat pneumonia juga bisa menjangkiti organ paru-paru yang sedang dalam fase pertumbuhan. Jika serangan pneumonia tidak ditangani secara optimal, penurunan fungsi paru dapat menjadi konsekuensi jangka panjang.

Dr. Nastiti menuturkan bahwa fungsi paru-paru yang seharusnya berkembang hingga 100 persen bisa turun menjadi sekitar 60 persen akibat kerusakan yang tidak segera tertangani. Dampak ini membuat anak lebih mudah sesak, cepat lelah, dan kesulitan mengikuti aktivitas seperti teman sebayanya.

Memahami Pneumonia pada Bayi

Pneumonia merupakan peradangan paru-paru yang disebabkan infeksi akut pada saluran pernapasan dan dapat menyerang siapa saja, termasuk bayi dan balita. Kondisi ini bisa dipicu oleh virus, bakteri, ataupun jamur.

Gejala pneumonia pada balita sering diawali dengan batuk dan kesulitan bernapas yang tampak seperti penyakit pernapasan umum lainnya. Namun, tingkat keparahannya sangat bergantung pada faktor gizi, daya tahan tubuh, serta lingkungan tempat tinggal anak.

Bayi dengan status gizi baik dan tinggal di lingkungan yang sehat biasanya mengalami gejala lebih ringan jika terkena pneumonia. Meski demikian, risiko komplikasi tetap ada sehingga pemantauan orangtua sangat dibutuhkan.

Pneumonia merupakan ancaman global karena menyebabkan kematian anak dalam jumlah besar setiap tahunnya. Data tahun 2024 menunjukkan bahwa satu anak meninggal akibat pneumonia setiap 43 detik di seluruh dunia.

Secara total, sekitar 700.000 anak meninggal setiap tahun akibat pneumonia yang sebenarnya dapat dicegah dan ditangani lebih cepat. Fakta tersebut menjadikan pneumonia sebagai salah satu infeksi paling mematikan bagi kelompok usia dini.

Menurut Dr. Nastiti, pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai bakteri dan virus berbeda. Streptococcus pneumoniae atau pneumococcus merupakan bakteri yang paling umum ditemukan dalam kasus pneumonia pada bayi.

Beberapa virus juga menjadi pemicu penting, termasuk hemovirus influenza, pertusis, klebsiella, RSV, rinovirus, dan parainfluenza. Infeksi dari virus-virus ini dapat berkembang menjadi kondisi berat jika menyerang saluran pernapasan bagian bawah.

Gejala pneumonia pada awalnya sering menyerupai flu biasa dengan batuk, pilek, dan demam. Namun, gejala akan berubah lebih berat ketika bakteri atau virus mulai menyerang jaringan paru-paru.

Orangtua perlu waspada jika bayi menunjukkan napas cepat, sesak napas, terlihat lemah, tarikan dinding dada ke dalam, kulit membiru, atau mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Tanda-tanda tersebut mengindikasikan kondisi darurat yang memerlukan pertolongan medis segera.

Frekuensi napas menjadi indikator penting yang harus diperhatikan dalam mengenali pneumonia pada bayi. Bagi bayi di bawah dua bulan, napas normal tidak boleh melebihi 60 kali per menit.

Untuk rentang usia dua bulan hingga satu tahun, jumlah napas normal tidak boleh lebih dari 50 kali per menit. Sedangkan anak di atas satu tahun memiliki batas maksimal 40 kali per menit untuk disebut napas normal.

Saturasi oksigen bayi tidak boleh turun di bawah 95 persen karena angka di bawah itu mengindikasikan kekurangan oksigen. Orangtua dianjurkan segera membawa anak ke fasilitas kesehatan jika menemukan nilai saturasi tersebut.

Pentingnya Penanganan Dini pada Pneumonia

Kecepatan penanganan pneumonia menentukan peluang kesembuhan bayi secara menyeluruh. Semakin cepat penanganan diberikan, semakin kecil peluang komplikasi jangka panjang.

Dr. Nastiti menjelaskan bahwa keterlambatan sering terjadi karena akses ke fasilitas kesehatan yang jauh atau kurangnya ketersediaan alat seperti oksigen. Faktor ini terutama terjadi di daerah dengan keterbatasan infrastruktur kesehatan.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan angka kematian akibat pneumonia tidak menurun secara signifikan. Banyak anak di negara berkembang meninggal akibat pneumonia karena terlambat dibawa ke rumah sakit.

Orangtua sering kali tidak mengetahui tanda-tanda bahaya pneumonia pada bayi sehingga ragu atau menunda mencari pertolongan. Kewaspadaan terhadap gejala sangat penting dalam menekan risiko kematian.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memastikan bayi memperoleh imunisasi lengkap terutama PCV, DPT, dan HIB. Vaksinasi ini memberikan perlindungan yang signifikan terhadap bakteri penyebab pneumonia.

Selain itu, menjaga pola makan anak juga membantu mempertahankan daya tahan tubuhnya. Anak dengan gizi baik cenderung memiliki kemampuan lebih baik untuk melawan infeksi.

Lingkungan rumah harus memiliki sirkulasi udara yang memadai agar bayi terhindar dari paparan polusi. Asap rokok dan udara kotor merupakan faktor risiko utama yang harus benar-benar dihindari.

Dengan pemahaman yang lebih menyeluruh, pneumonia pada bayi seharusnya tidak lagi dianggap sebagai penyakit biasa. Orangtua perlu mengenali gejalanya sejak awal karena dampaknya dapat memengaruhi kualitas hidup anak dalam jangka panjang.

Terkini