Harga Batu Bara Bergerak Tipis Namun Tren Masih Menguat

Senin, 24 November 2025 | 23:24:56 WIB
Harga Batu Bara Bergerak Tipis Namun Tren Masih Menguat

JAKARTA - Perubahan nilai batu bara pada akhir pekan lalu menunjukkan pergerakan yang cenderung stabil dengan sedikit pelemahan. 

Pada penutupan perdagangan Jumat, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan berikutnya berada di level US$ 110,9 per ton. Angka ini mencerminkan penurunan tipis sebesar 0,09% dibandingkan hari sebelumnya.

Meski mengalami koreksi kecil, secara keseluruhan harga batu bara justru menunjukkan kenaikan sepanjang pekan. Peningkatan tipis sebesar 0,27% menjadi sinyal bahwa pasar masih menunjukkan kekuatan. 

Performa ini mencerminkan bahwa pelemahan sesaat belum mampu menggoyahkan tren yang terbentuk dalam rentang waktu lebih panjang.

Dengan kondisi tersebut, pelaku pasar kini mulai melirik arah harga batu bara untuk pekan berjalan. Pertanyaan muncul, apakah koreksi lanjutan akan terjadi atau justru momentum penguatan kembali berlanjut?

Analisis Teknikal Menunjukkan Tren Positif

Melihat perkembangan harga batu bara dari perspektif teknikal mingguan, tren menunjukkan sinyal bullish yang masih kuat. Relative Strength Index (RSI) berada pada angka 57. Posisi RSI di atas 50 dalam analisis teknikal sering menjadi indikator bahwa aset masih berada dalam tren kenaikan.

Kondisi ini menjadi penopang sentimen positif investor yang memandang pasar masih memiliki ruang pertumbuhan. Selain itu, tren kenaikan harga dalam beberapa pekan terakhir memberikan konfirmasi bahwa batu bara tengah berada dalam momentum penguatan jangka pendek.

Jika dibandingkan dengan pergerakan satu bulan terakhir, harga komoditas ini telah mencatat kenaikan hampir 7%. Data tersebut mempertegas bahwa tren bullish yang terjadi bukan hanya sesaat, melainkan sudah berlangsung dalam rentang waktu yang lebih panjang.

Faktor Permintaan Musiman Menjadi Pendorong Kenaikan

Salah satu faktor yang menopang kenaikan harga batu bara adalah meningkatnya ekspektasi terhadap permintaan listrik di berbagai wilayah dunia. Memasuki periode setelah musim gugur, negara-negara di belahan bumi utara mulai melakukan persiapan menghadapi musim dingin.

Saat musim dingin tiba, konsumsi energi meningkat seiring kebutuhan penggunaan pemanas ruangan. Lonjakan permintaan listrik secara otomatis berdampak pada peningkatan konsumsi batu bara sebagai salah satu sumber energi pembangkit listrik.

Kondisi musiman ini membuat pasar mengantisipasi kenaikan permintaan batu bara dan mendorong pergerakan harga di pasar berjangka. Dampaknya terasa dalam tren kenaikan harga yang telah terbentuk dalam beberapa minggu terakhir.

Contoh Penguatan Permintaan Energi di Eropa

Salah satu negara yang mencerminkan situasi kenaikan permintaan energi adalah Jerman. Pada akhir pekan lalu, harga listrik pada periode sore hari di negara tersebut mencapai EUR 313,27 per megawatt-hour. Angka ini melonjak tajam sebesar 58% dibandingkan hari sebelumnya.

Kenaikan harga listrik menunjukkan bahwa permintaan energi meningkat secara signifikan. Dalam kondisi seperti ini, berbagai negara termasuk Jerman kembali mengaktifkan pembangkit berbasis batu bara untuk menutupi kebutuhan energi yang besar.

Pada akhir pekan lalu, Jerman mencatatkan pembangkitan dari batu bara, minyak, gas, dan lignit sebesar 35,5 gigawatt. Angka ini merupakan level tertinggi sejak 27 Februari, yang berarti hampir sembilan bulan terakhir.

Keterbatasan Energi Terbarukan Mendorong Alternatif Lain

Selain meningkatnya kebutuhan energi, faktor lain yang turut mempengaruhi pasar batu bara adalah performa yang belum optimal dari pembangkit berbasis energi terbarukan, khususnya tenaga angin.

Permodelan dari Bloomberg menunjukkan bahwa rata-rata pembangkitan listrik dari tenaga angin pada pekan ini diperkirakan hanya mencapai 12,2 gigawatt. Angka tersebut jauh di bawah rata-rata pembangkitan tenaga angin selama periode yang sama antara tahun 2020 hingga 2024 yang mencapai 18 gigawatt.

Kondisi yang kurang ideal ini membuat sumber energi alternatif seperti batu bara kembali menjadi pilihan utama untuk menjamin pasokan energi, khususnya di musim dingin. Ketergantungan sementara ini ikut memperkuat permintaan terhadap komoditas batu bara.

Prediksi Harga Batu Bara ke Depan

Dengan tren teknikal yang masih mengindikasikan momentum bullish serta peningkatan permintaan musiman, banyak analis memperkirakan harga batu bara masih berpotensi melanjutkan penguatan dalam waktu dekat. 

Dukungan dari faktor fundamental seperti lonjakan kebutuhan energi musim dingin menjadi dasar proyeksi tersebut.

Meski demikian, pasar komoditas tetap dipengaruhi berbagai variabel global lain seperti kebijakan energi negara-negara besar, kondisi geopolitik, serta fluktuasi sektor energi terbarukan. Hal ini membuka kemungkinan bahwa harga tetap dapat bergerak dinamis seiring perkembangan data dan kondisi pasar.

Dengan kombinasi faktor teknikal dan fundamental yang terjadi saat ini, pasar batu bara memasuki pekan baru dengan prospek harga yang masih optimistis, sekaligus membuka ruang volatilitas sesuai perkembangan permintaan energi global.

Terkini