Rupiah Menguat ke Rp16.731 Per Dolar AS, Surplus Transaksi Berjalan Dorong Optimisme

Senin, 24 November 2025 | 10:05:34 WIB
Rupiah Menguat ke Rp16.731 Per Dolar AS, Surplus Transaksi Berjalan Dorong Optimisme

JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan Jumat di Jakarta bergerak menguat 5 poin atau 0,03 persen. Rupiah tercatat di level Rp16.731 per dolar Amerika Serikat (AS), naik dari posisi sebelumnya Rp16.736 per dolar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebut penguatan rupiah ditopang oleh kondisi neraca transaksi berjalan Indonesia. Surplus besar pada transaksi berjalan menjadi faktor utama yang mendorong sentimen positif bagi mata uang domestik.

“Data yang menunjukkan surplus besar (surplus pertama dalam 10 kuartal) pada neraca transaksi berjalan Indonesia kemarin masih mendukung rupiah,” ujar Lukman kepada ANTARA di Jakarta, Jumat, 24 November 2025. Surplus ini menjadi pertanda stabilnya fundamental ekonomi Indonesia.

Surplus Neraca Transaksi Berjalan dan Dampaknya

Bank Indonesia (BI) melaporkan pada triwulan III-2025, transaksi berjalan Indonesia mencatat surplus sebesar 4,0 miliar dolar AS. Angka ini setara dengan 1,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), meningkat signifikan dari defisit 2,7 miliar dolar AS (0,8 persen dari PDB) pada triwulan II-2025.

Capaian ini menandai surplus transaksi berjalan pertama sejak kuartal I-2023. Surplus terbesar sejak kuartal III-2022 ini ditopang oleh kenaikan ekspor nonmigas yang menunjukkan kinerja ekspor semakin solid.

Meskipun demikian, transaksi modal dan finansial mencatat defisit 8,1 miliar dolar AS pada kuartal II-2025. Hal ini menimbulkan defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sebesar 6,4 miliar dolar AS pada triwulan III-2025.

Posisi cadangan devisa Indonesia tercatat sebesar 148,7 miliar dolar AS pada September 2025. Cadangan devisa yang kuat memberikan bantalan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Faktor Eksternal yang Memengaruhi Rupiah

Selain kondisi domestik, penguatan rupiah juga dipengaruhi data ekonomi AS yang beragam. Variasi data ini membuat dolar AS cenderung melemah, sehingga memberi ruang bagi rupiah untuk menguat.

Salah satu data penting berasal dari penambahan 119 ribu lapangan kerja di AS pada bulan September 2025. Angka ini jauh di atas ekspektasi pasar, menandakan pertumbuhan pasar tenaga kerja yang cukup kuat.

Pertumbuhan lapangan kerja di AS tersebar pada beberapa sektor besar, termasuk perawatan kesehatan sebanyak 43 ribu pekerjaan. Sektor bantuan sosial menyumbang 14 ribu, sementara bar dan restoran menambah 37 ribu pekerjaan.

Namun, beberapa sektor justru mengalami penurunan, seperti transportasi dan pergudangan yang kehilangan 25 ribu pekerjaan. Pemerintah federal juga mencatat kehilangan 3 ribu pekerjaan, sementara sektor jasa profesional dan komersial turun 20 ribu pekerjaan.

Penurunan sektor jasa profesional dipengaruhi penurunan bantuan sementara sebesar 16 ribu. Kondisi ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan di pasar tenaga kerja AS yang memengaruhi dolar.

Proyeksi Pergerakan Rupiah

Berdasarkan faktor domestik dan eksternal tersebut, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.650-Rp16.750 per dolar AS. Rentang ini mencerminkan pengaruh surplus transaksi berjalan Indonesia dan fluktuasi data ekonomi AS.

Stabilitas rupiah juga didukung oleh cadangan devisa yang masih tinggi. Posisi cadangan ini memungkinkan Indonesia menjaga nilai tukar dan menghadapi tekanan eksternal dari pasar global.

Para pelaku pasar memperhatikan kombinasi faktor domestik dan internasional untuk menentukan strategi perdagangan. Sentimen positif dari surplus transaksi berjalan dan tekanan lemah dolar AS menjadi katalis utama penguatan rupiah.

Bank Indonesia dan otoritas terkait diharapkan terus memantau perkembangan ini. Kebijakan stabilisasi nilai tukar dan penguatan fundamental ekonomi tetap menjadi fokus utama menjaga rupiah tetap kompetitif.

Penguatan rupiah hari ini menandai optimisme pasar terhadap kondisi ekonomi Indonesia. Surplus transaksi berjalan dan cadangan devisa yang memadai menjadi pilar utama untuk mendukung stabilitas mata uang domestik.

Terkini