JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Oktober 2025 tumbuh positif. Pertumbuhan M2 mencapai 7,7 persen secara tahunan (year on year/yoy), dengan total Rp9.783,1 triliun.
“Posisi M2 pada Oktober 2025 tercatat sebesar Rp9.783,1 triliun atau tumbuh sebesar 7,7 persen (yoy), setelah pada bulan sebelumnya tumbuh sebesar 8,0 persen (yoy),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangannya di Jakarta, Jumat, 24 November 2025.
Perkembangan ini mencerminkan pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 11,0 persen (yoy) dan uang kuasi sebesar 5,5 persen (yoy). Angka tersebut menunjukkan likuiditas dalam perekonomian tetap stabil meskipun mengalami perlambatan tipis dibanding bulan sebelumnya.
Faktor-Faktor yang Mendorong Pertumbuhan M2
Pertumbuhan M2 pada Oktober 2025 dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus). Aktiva luar negeri bersih tercatat tumbuh 10,4 persen (yoy), sedikit melambat dibanding September 2025 yang mencapai 12,6 persen (yoy).
Sementara itu, penyaluran kredit tumbuh 6,9 persen (yoy) pada Oktober 2025. Pertumbuhan kredit ini lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 7,2 persen (yoy) dan hanya mencakup pinjaman (loans) tanpa instrumen keuangan yang dipersamakan dengan pinjaman seperti surat berharga, tagihan akseptasi, atau tagihan repo.
Kredit yang dihitung juga tidak termasuk penyaluran oleh kantor bank umum di luar negeri maupun kredit yang diberikan kepada Pemerintah Pusat. Hal ini menekankan bahwa pertumbuhan kredit M2 fokus pada pinjaman domestik kepada penduduk.
Tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat turut berkontribusi terhadap M2, tumbuh 5,4 persen (yoy). Angka ini sedikit menurun dibanding September 2025 yang tercatat 6,5 persen (yoy), tetapi tetap memberikan dampak positif terhadap likuiditas.
Uang Primer (M0) dan Faktor Pengendalian Moneter
Selain M2, Bank Indonesia juga mencatat pertumbuhan uang primer (M0) adjusted pada Oktober 2025. Uang primer tercatat tumbuh 14,4 persen (yoy) atau mencapai Rp2.117,6 triliun, melanjutkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 18,6 persen (yoy).
Pertumbuhan M0 dipengaruhi oleh giro bank umum di BI adjusted yang meningkat 27,1 persen (yoy). Selain itu, uang kartal yang diedarkan juga tumbuh 13,4 persen (yoy), menandakan peningkatan likuiditas fisik dalam perekonomian.
Bank Indonesia menekankan bahwa pertumbuhan M0 adjusted sudah memperhitungkan dampak pemberian insentif likuiditas atau pengendalian moneter adjusted. Hal ini menunjukkan kebijakan moneter BI tetap proaktif dalam menjaga stabilitas likuiditas.
Implikasi Pertumbuhan Likuiditas terhadap Ekonomi
Pertumbuhan M2 yang positif menandakan likuiditas perekonomian Indonesia masih kuat. Hal ini dapat mendukung aktivitas ekonomi, terutama dalam penyaluran kredit kepada sektor produktif.
Meningkatnya giro bank umum di BI juga mencerminkan kepercayaan perbankan terhadap kebijakan moneter. Pertumbuhan uang kartal yang stabil menegaskan ketersediaan likuiditas untuk transaksi masyarakat.
Aktiva luar negeri bersih yang tetap tinggi menjadi bantalan penting bagi likuiditas. Sementara penyaluran kredit domestik dan tagihan Pempus mendukung aliran uang ke sektor riil, menciptakan stabilitas keuangan.
Bank Indonesia memandang pertumbuhan M2 dan M0 sebagai indikator penting untuk memantau kesehatan ekonomi. Likuiditas yang terjaga menjadi dasar bagi stabilitas inflasi dan kurs rupiah.
Pertumbuhan M2 yang didorong oleh kredit dan tagihan Pempus juga membuka ruang bagi investasi dan konsumsi domestik. Kondisi ini penting bagi pemulihan ekonomi pasca pandemi dan menghadapi ketidakpastian global.
BI menegaskan kebijakan pengendalian moneter tetap adaptif. Dengan pertumbuhan M2 dan M0 positif, bank sentral dapat menyeimbangkan antara kebutuhan likuiditas dan tekanan inflasi.
Likuiditas yang stabil menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar dan investor. Hal ini mencerminkan kepercayaan terhadap kebijakan moneter dan fundamental ekonomi Indonesia.
Perkembangan ini diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Dengan M2 yang tetap positif, aliran uang dalam perekonomian dapat mendukung konsumsi dan investasi lebih optimal.