JAKARTA - Dorongan pemerintah untuk memperkuat fondasi mineral strategis semakin jelas ketika arah kebijakan nasional difokuskan pada penguatan rantai pasok emas dan tembaga. Kebijakan ini muncul sebagai jawaban atas meningkatnya permintaan global terhadap dua komoditas tersebut yang kini menjadi pusat perhatian akibat ketidakpastian geopolitik dunia.
Kebijakan Pemerintah dan Arah Baru Industri Mineral Nasional
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menyampaikan komitmen kuat untuk memperkuat sektor emas dan tembaga agar mampu menjadi fondasi kedaulatan mineral Indonesia. Langkah ini dilakukan karena kedua komoditas tersebut dianggap menjadi bagian vital dalam strategi ekonomi yang menyangkut ketahanan industri nasional.
Permintaan global terhadap emas kian meningkat karena dianggap sebagai aset lindung nilai yang paling aman pada situasi global yang fluktuatif. Di tengah ketidakpastian tersebut, Indonesia melihat peluang besar untuk menempatkan diri sebagai pemain yang lebih berpengaruh dalam rantai pasok global.
Keseriusan pemerintah dalam hilirisasi mineral terlihat dari sejumlah kebijakan yang telah disiapkan untuk memperkuat struktur industri. Perhatian utama diarahkan pada peningkatan kapasitas pemurnian dan pengolahan dalam negeri agar Indonesia dapat meminimalisasi ketergantungan terhadap fasilitas luar negeri.
Pengamat energi Universitas Indonesia, Ali Ahmudi, mengemukakan pandangannya mengenai arah kebijakan tersebut. Ia menilai bahwa kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) emas yang dilengkapi sistem traceability domestik serta dukungan sertifikasi internasional good delivery dari London Bullion Market Association akan memperkuat struktur hulu hingga hilir.
Ali menjelaskan bahwa langkah pemerintah untuk membangun Precious Metal Refinery (PMR) akan menjadi tonggak penting dalam mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap negara lain. Menurutnya, langkah itu bukan hanya strategi peningkatan produksi, tetapi bagian integral dari penguatan posisi Indonesia sebagai produsen emas global.
"DMO emas bukan hanya soal pasokan dalam negeri, tetapi juga strategi hilirisasi yang memastikan Indonesia tidak sekadar menambang, melainkan menjadi pemain industri global. Dengan smelter dan PMR, Indonesia akan mengekspor bullion, bukan lagi konsentrat mentah," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta.
Pandangan tersebut menggambarkan arah pembangunan industri mineral yang lebih mapan dan terintegrasi. Pemerintah dianggap tidak hanya ingin meningkatkan jumlah produksi, tetapi juga memastikan bahwa nilai tambah dari seluruh rantai pasok dapat dinikmati di dalam negeri.
Peran Tembaga dalam Transisi Energi dan Hilirisasi Nasional
Selain emas, pemerintah juga menegaskan bahwa tembaga merupakan pilar penting dalam strategi transisi energi. Tembaga dikenal sebagai material utama yang digunakan dalam kendaraan listrik, baterai, serta jaringan kelistrikan masa depan berbasis energi hijau.
Ali menekankan bahwa hilirisasi tembaga menjadi salah satu titik kunci yang perlu diperkuat untuk mendorong percepatan agenda ekonomi hijau. Menurutnya, keberadaan tembaga akan menentukan keberhasilan Indonesia dalam memasuki era elektrifikasi dan inovasi teknologi energi.
Integrasi proyek Smelter Gresik dengan PMR dianggap akan memberikan kekuatan baru pada agenda downstreaming. Sinergi tersebut membuka jalan bagi penguatan industri pemurnian dan memperkuat kesiapan Indonesia untuk menjadi pusat manufaktur logam strategis.
"Transformasi ini merupakan bagian dari visi Indonesia Emas 2045, dengan target menjadikan Indonesia sebagai regional refining and manufacturing hub pada 2025–2035. Kombinasi DMO emas, hilirisasi tembaga, dan kebijakan industri nasional akan memperkuat posisi Indonesia di rantai pasok logam strategis dunia," kata Ali.
Pernyataan itu menegaskan bahwa langkah pemerintah tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan jangka pendek. Strategi ini dianggap sebagai bagian dari cetak biru industrialisasi yang diarahkan untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain utama di kawasan Asia hingga skala global.
Peran tembaga dalam teknologi masa depan diprediksi akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan kendaraan listrik. Hal ini menunjukkan bahwa penguatan hilirisasi tembaga menjadi sangat relevan untuk menjaga momentum transisi energi Indonesia.
Kinerja Perusahaan Tambang di Bawah MIND ID dan Dampaknya terhadap Hilirisasi
Kebijakan pemerintah tersebut tercermin dari kinerja dua perusahaan tambang besar di bawah MIND ID Group. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat penjualan bersih sebesar Rp 72,03 triliun hingga kuartal III 2025, yang tumbuh 67 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Laba bersih ANTM turut melonjak hampir tiga kali lipat menjadi Rp 6,61 triliun. Peningkatan tersebut diikuti dengan penguatan posisi kas hingga mencapai Rp 9,26 triliun, menandakan pengelolaan keuangan yang semakin kuat.
Sementara itu, PT Freeport Indonesia (PTFI) juga menunjukkan kinerja produksi yang solid meskipun menghadapi sejumlah tantangan operasional. Produksi PTFI hingga September 2025 tercatat mencapai 966 juta pon tembaga dan 876 ribu ons emas.
Perusahaan tersebut sempat mengalami gangguan akibat insiden mud rush di Grasberg. Namun operasional tetap berlangsung dengan ketahanan tinggi melalui strategi pemulihan bertahap yang telah diterapkan.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa sektor tambang nasional mampu mempertahankan produktivitas di tengah dinamika yang terjadi di lapangan. Kedua perusahaan itu dipandang menjadi pendorong utama dalam implementasi kebijakan hilirisasi pemerintah.
Ali menegaskan bahwa transformasi ini bukan hanya soal peningkatan produksi atau penjualan. Ia menilai bahwa langkah tersebut merupakan fondasi yang memperkuat kedaulatan ekonomi dan memperluas potensi Indonesia sebagai pusat pemurnian logam di kawasan.
"Transformasi ini bukan hanya soal produksi, tetapi juga kedaulatan ekonomi. Indonesia punya peluang besar menjadi pusat pemurnian logam di kawasan, dengan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan pencapaian visi Indonesia Emas 2045," kata Ali.
Pernyataan itu menegaskan pentingnya strategi hilirisasi yang menyeluruh sebagai bagian dari peta jalan pembangunan nasional. Upaya tersebut tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga memastikan nilai tambah terbesar tetap berada di Indonesia.
Indonesia Menuju Pusat Pemurnian Logam Strategis Asia
Ekspektasi terhadap peran Indonesia dalam industri logam strategis semakin besar seiring keseriusan pemerintah dalam menata hilirisasi emas dan tembaga. Kekuatan cadangan mineral dipadukan dengan kapasitas smelter yang berkembang diproyeksikan menjadi kekuatan utama Indonesia.
Kemajuan proyek pemurnian nasional akan memperkuat struktur industri sekaligus menciptakan efek berganda bagi ekonomi. Hal ini dinilai sebagai langkah penting untuk mengurangi ketergantungan terhadap pemrosesan luar negeri yang selama ini menjadi tantangan besar.
Dengan visi jangka panjang menuju 2045, pemerintah memproyeksikan Indonesia menjadi pusat pemurnian dan manufaktur logam strategis di kawasan. Target tersebut menjadi bagian dari misi besar Indonesia untuk tampil sebagai negara berdaya saing tinggi di era transisi energi global.
Transformasi yang kini berlangsung menunjukkan bahwa pemerintah dan industri telah berada pada jalur yang sama dalam mengembangkan hilirisasi yang komprehensif. Strategi tersebut diharapkan dapat membantu Indonesia memasuki era baru industri mineral berkelanjutan.