Strategi Hilirisasi Nikel untuk Perkuat Daya Saing Investasi Nasional

Jumat, 21 November 2025 | 01:18:10 WIB
Strategi Hilirisasi Nikel untuk Perkuat Daya Saing Investasi Nasional

JAKARTA - Upaya percepatan hilirisasi nikel kembali menjadi fokus besar industri nasional, terutama dalam menarik lebih banyak investasi swasta. 

Forum Industri Nikel Indonesia (FINI) menegaskan bahwa kebijakan yang lebih strategis diperlukan agar Indonesia mampu mengoptimalkan potensi hulu hingga hilir. Menurut mereka, penguatan industri bernilai tambah menjadi langkah penting agar daya saing semakin meningkat.

Ketua Umum FINI Arif Perdanakusumah menilai bahwa hilirisasi bukan sekadar memperluas kapasitas produksi, tetapi juga menentukan kemampuan Indonesia menghasilkan produk jadi yang kompetitif secara global. Ia mengatakan, daya tarik investor sangat dipengaruhi oleh kepastian ekonomi dan iklim usaha yang kondusif.

Dalam forum yang berlangsung pada Kamis, Arif menyampaikan bahwa kompetisi antarnegara dalam menarik investor semakin ketat. Oleh karena itu, Indonesia harus menyiapkan strategi komprehensif yang mampu memberikan keunggulan dan jaminan investasi dalam jangka panjang.

Pentingnya Jaminan Investasi dan Insentif Fiskal

Arif menjelaskan bahwa jaminan investasi menjadi aspek dasar yang harus dipenuhi pemerintah agar minat investor semakin meningkat. Ia menyoroti bahwa negara-negara di kawasan ASEAN dan Asia Timur secara agresif menawarkan insentif besar, membuat Indonesia harus menyesuaikan pendekatannya. 

“Pertama adalah kaitannya dengan jaminan investasi, insentif fiskal karena negara-negara di Asean maupun Asia Timur berlomba-lomba menarik investor sehingga kita perlu ada strategi bagaimana bisa menarik investor ke dalam negeri,” kata Arif.

Selain itu, penyederhanaan regulasi dianggap sebagai kebutuhan mendesak agar proses investasi berjalan lebih cepat. Arif menyebut bahwa investor cenderung menghindari ketidakpastian administrasi atau birokrasi yang berbelit. Kepastian kebijakan menjadi nilai tambah dalam menciptakan situasi yang stabil dan menarik.

Ia menambahkan bahwa keberlanjutan dan aspek lingkungan tidak boleh diabaikan. Di tengah meningkatnya tuntutan global terhadap industri hijau, hilirisasi nikel harus dijalankan secara bertanggung jawab. Hal ini sekaligus memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional.

Penguatan SDM dan Teknologi Sebagai Prioritas Utama

Dalam kesempatan tersebut, Arif menegaskan bahwa kualitas sumber daya manusia adalah elemen yang paling menentukan keberhasilan hilirisasi jangka panjang. “Yang paling penting adalah pengembangan tenaga kerja dan kerangka teknologi, kita harus menginvestasikan secara serius bagaimana pengembangan tenaga kerja ini bisa menghasilkan tenaga kerja yang kompeten, andal yang bisa terlibat di dalam industri digital,” ujarnya.

Penguatan tenaga kerja diperlukan agar industri hilir nikel dapat beradaptasi dengan teknologi modern, terutama di era transformasi digital. Kompetensi teknis akan menentukan kualitas produksi industri berbasis nikel yang membutuhkan standar tinggi. Pendidikan vokasi dan pelatihan teknis harus diperkuat.

Ia juga menekankan bahwa Indonesia masih berada pada tahap pengolahan bijih nikel hingga intermediate product. Karena itu, pengembangan SDM menjadi fondasi penting untuk mendorong pengolahan lebih lanjut hingga produk jadi. “Harapannya kami dapat memfokuskan pada produk-produk prioritas dan juga untuk mengisi rantai pasok yang masih kosong,” tuturnya.

Pemerintah Perlu Lakukan Terobosan Baru untuk Menarik Investor

Sebagai respons terhadap kebutuhan industri, pemerintah melalui Kementerian Investasi menilai perlunya terobosan baru dalam memberikan insentif yang lebih kompetitif. Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara Rizwan Aryadi Ramdhan menyatakan bahwa berbagai upaya sudah dilakukan, namun masih perlu penyempurnaan untuk menarik lebih banyak investasi berkualitas. 

"Selama ini yang sudah kita berikan ada beberapa seperti tax holiday, tax allowance, pembebasan bea masuk atau master list untuk bahan baku dan mesin, dan ada tax deduction," jelasnya.

Meski demikian, ia menyoroti bahwa masa berlaku tax holiday akan segera berakhir pada tahun 2025. Selain itu, penerapan Global Minimum Tax (GMT) mendorong pemerintah mencari format insentif baru yang tetap kompetitif namun sesuai dengan aturan internasional. Hal ini menjadi tantangan untuk tetap menarik investasi berkualitas di tengah perubahan kebijakan global.

Pemerintah kini sedang mempertimbangkan dukungan tambahan yang dapat memberikan nilai lebih bagi investor, terutama bagi pelaku industri pionir. Menurut Rizwan, tujuan utama adalah menjaga agar Indonesia tetap menjadi tujuan utama investasi mineral dan metal di kawasan.

Penguatan Riset dan Pengembangan untuk Tingkatkan Daya Saing

Di sisi riset, pemerintah memberikan dorongan melalui skema super tax deduction sebesar 200–300 persen bagi perusahaan yang meningkatkan kegiatan research and development (R&D). 

Kebijakan ini diharapkan mampu mendorong inovasi industri pengolahan nikel. Dukungan terhadap R&D menjadi sangat penting untuk menghasilkan produk hilir bernilai tinggi.

Rizwan menjelaskan bahwa kementerian terkait kini sedang berdiskusi mengenai bentuk insentif baru, termasuk Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian ESDM. 

Langkah ini untuk menyelaraskan kebutuhan industri dengan target strategis nasional. Pengembangan teknologi juga menjadi perhatian karena menentukan kualitas pengolahan nikel.

Menurutnya, meski insentif bukan satu-satunya penentu keputusan investor, namun tetap menjadi nilai tambah yang memperkuat daya saing nasional. Ia menegaskan bahwa perbaikan ekosistem investasi harus dilakukan secara berkesinambungan.

Membangun Hilirisasi Nikel yang Berkelanjutan dan Kompetitif

Upaya mempercepat hilirisasi nikel memerlukan sinergi kuat antara pemerintah, industri, dan tenaga kerja. Indonesia memiliki potensi besar sebagai produsen nikel global, namun manfaatnya baru akan optimal jika rantai pasok hilir diperkuat. 

Dukungan terhadap investasi dan peningkatan kualitas SDM menjadi fondasi dalam membangun industri yang berkelanjutan.

Selain itu, penguatan infrastruktur dan penyederhanaan regulasi menjadi bagian penting yang tidak dapat diabaikan. Industri nikel membutuhkan kepastian panjang dalam berproduksi, sehingga stabilitas kebijakan sangat menentukan. Keberlanjutan juga menjadi aspek penting untuk menjaga keberterimaan pasar internasional.

Dengan berbagai langkah yang sedang ditempuh, Indonesia diharapkan dapat naik ke level yang lebih tinggi dalam rantai nilai industri nikel global. Hilirisasi yang efektif akan membuka peluang ekonomi, memperkuat daya saing nasional, dan mendukung agenda transformasi industri jangka panjang.

Terkini