JAKARTA - Pasar kendaraan listrik di Indonesia memasuki fase kompetitif baru dengan kehadiran berbagai model mobil listrik murah yang dijual di kisaran Rp200 jutaan. Di tengah tekanan tersebut, PT Hartono Istana Teknologi atau Polytron yang berada di bawah Grup Djarum memilih mempertahankan kualitas sebagai pondasi utama dalam memasarkan produknya.
Polytron melalui Commercial Director Tekno Wibowo menegaskan bahwa perusahaan tidak ingin terjebak dalam dinamika perang harga yang semakin ramai. Ia menekankan bahwa kualitas produk harus tetap menjadi prioritas meskipun banyak merek lain menawarkan harga yang lebih rendah.
“Pertama, kami tidak mau mengorbankan kualitas. Perang harga hanya sesaat lah kalau menurut saya,” ujar Tekno di Jakarta, Kamis, 20 November 2025.
Ia menyebut bahwa harga kendaraan listrik harus mencerminkan kualitas yang diterima konsumen. Menurutnya, konsumen pada akhirnya akan menilai apakah harga yang mereka bayarkan sepadan dengan performa dan fitur yang ditawarkan.
Harga mobil listrik Polytron G3 ditawarkan mulai Rp299 juta, sedangkan Polytron G3+ dibanderol Rp339 juta. Keduanya menggunakan sistem sewa baterai dengan biaya Rp1,2 juta per bulan.
Polytron menilai bahwa sistem sewa baterai memberikan fleksibilitas kepada konsumen. Opsi tersebut memungkinkan pengguna mendapatkan kendaraan listrik tanpa harus menanggung penuh biaya kepemilikan baterai.
Kedua model G3 dan G3+ dibekali baterai lithium ferro-phosphate (LFP) berkapasitas 51,916 kWh. Tersedia pula motor penggerak bertenaga hingga 150 kW atau 201 hp.
Torsi puncak kendaraan ini mencapai 320 Nm. Adapun jarak tempuh maksimalnya mencapai 402 kilometer berdasarkan siklus CLTC.
Kecepatan maksimum mobil listrik Polytron tersebut diklaim mampu mencapai 150 kilometer per jam. Sementara dimensinya meliputi panjang 4.720 mm, lebar 1.908 mm, dan tinggi 1.696 mm.
Ground clearance untuk G3 dan G3+ berada pada angka 159 mm. Dimensi ini dirancang untuk memberikan kenyamanan berkendara di berbagai kondisi jalan perkotaan.
Tantangan Polytron dalam Gempuran Mobil Listrik Harga Murah
Persaingan mobil listrik kian ketat seiring hadirnya berbagai model baru dengan harga jauh lebih terjangkau. Beberapa pesaing yang membanjiri pasar termasuk BYD Atto 1, Wuling Binguo EV, Seres E1, VinFast VF 3, hingga Jaecoo J5 EV.
Kehadiran mobil listrik murah tersebut memberikan tekanan tambahan bagi Polytron dalam memasarkan produk yang berada di rentang harga lebih tinggi. Tekno mengakui bahwa konsumen sering membandingkan harga antarproduk di segmen yang sama.
“Kalau ditanya, memang menyusahkan juga buat kami dalam jualan karena nanti dibanding-bandingkan. Tapi ya saya pikir hanya waktu yang bisa menentukan,” jelasnya.
Menurutnya, kualitas produk tetap akan menjadi faktor pembeda jangka panjang. Polytron percaya bahwa konsumen yang mencari kualitas lebih baik akan tetap mempertimbangkan G3 dan G3+.
Ia menyebut bahwa perusahaan akan tetap konsisten menerapkan strateginya tanpa mengikuti dorongan perang harga. Fokus mereka saat ini adalah memperkuat nilai dan kenyamanan yang diberikan kepada konsumen.
“Kalau kami tetap konsisten dan percaya produk kami ini harganya sudah sesuai. Dan jangan lupa di Polytron itu kan kami berikan jaminan buyback guarantee 70% sehingga risiko pembeli hanya 30%,” katanya.
Menurut Tekno, jaminan buyback guarantee membuat risiko pembelian kendaraan menjadi lebih rendah. Ia menambahkan bahwa tidak semua merek memberikan jaminan tersebut kepada konsumennya.
Komitmen pada konsistensi kualitas dibarengi dengan penguatan layanan purnajual. Hal ini menjadi strategi Polytron untuk terus menjaga kepercayaan pengguna.
Upaya Polytron Mengembangkan Produksi Lokal Mobil Listrik
Polytron telah merakit lokal mobil listrik G3 di fasilitas PT Handal Indonesia Motor (HIM) di Purwakarta, Jawa Barat. Perakitan lokal ini dilakukan bekerja sama dengan Skyworth Auto, produsen kendaraan listrik asal China.
Kerja sama tersebut memperkuat kemampuan Polytron dalam menghadirkan produk yang kompetitif di pasar domestik. Langkah ini juga membuka peluang penguatan rantai suplai industri kendaraan listrik lokal.
Mobil listrik Polytron telah memenuhi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) minimal 40%. Dengan memenuhi syarat tersebut, Polytron berhak mendapatkan insentif pajak pertambahan nilai ditanggung pemerintah (PPN DTP) sebesar 10% dari harga jual.
Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 12 Tahun 2025. Insentif tersebut menjadi salah satu dorongan penting bagi produksi kendaraan listrik lokal.
Dengan insentif tersebut, biaya yang harus ditanggung konsumen menjadi lebih terjangkau. Polytron berharap langkah ini bisa mempercepat adopsi kendaraan listrik di Indonesia.
Dari sisi produksi, kehadiran fasilitas perakitan di Purwakarta membuka lapangan kerja baru. Selain itu, rantai pasok komponen lokal juga semakin berkembang berkat permintaan industri kendaraan listrik yang meningkat.
Kolaborasi dengan Skyworth Auto membantu meningkatkan standar produksi mobil listrik Polytron. Polytron ingin memastikan bahwa produknya memenuhi standar kualitas yang dapat diterima di pasar global.
Pertumbuhan Distribusi dan Prospek Penjualan Mobil Listrik Polytron
Pengiriman wholesales mobil listrik Polytron G3 dan G3+ mencatatkan hasil positif pada tahun 2025. Berdasarkan data industri otomotif, pengiriman wholesales untuk kedua model ini mencapai 210 unit pada periode Juli hingga Oktober 2025.
Capaian tersebut menunjukkan adanya minat pasar yang cukup signifikan terhadap kendaraan listrik produksi Polytron. Meski berada di segmen harga yang lebih tinggi, G3 dan G3+ tetap memiliki pangsa pasar tersendiri.
Mobil listrik Polytron diposisikan sebagai kendaraan yang mengutamakan kenyamanan, kualitas, serta nilai ekonomis jangka panjang. Strategi ini menjadi pembeda di tengah persaingan kendaraan listrik yang semakin padat.
Polytron menilai bahwa konsumen Indonesia mulai menyadari pentingnya kualitas dalam pembelian kendaraan listrik. Hal inilah yang memberikan keyakinan kepada perusahaan untuk tidak terjun ke perang harga.
Di tengah penetrasi agresif merek asing yang menawarkan mobil listrik murah, Polytron tetap optimis mempertahankan posisinya. Mereka percaya bahwa edukasi konsumen dan pengalaman penggunaan akan menjadi faktor penentu.
Tekno menegaskan bahwa perseroan akan terus memperkuat produk sekaligus layanan. Ia percaya bahwa pasar pada akhirnya akan menilai kualitas dari setiap kendaraan listrik yang beredar.
Dengan pendekatan jangka panjang tersebut, Polytron berharap dapat terus berkembang dalam ekosistem kendaraan listrik nasional. Perusahaan juga berkomitmen mendukung upaya pemerintah dalam memperluas penggunaan kendaraan listrik.
Polytron melihat bahwa masa depan kendaraan listrik di Indonesia sangat potensial. Mereka bertekad untuk menjadi salah satu pemain lokal yang mampu bersaing di tengah dominasi produk luar negeri.