Proyek PLTSa Siap Mengubah Sampah Menjadi Energi di 33 Provinsi Indonesia

Jumat, 21 November 2025 | 08:03:39 WIB
Proyek PLTSa Siap Mengubah Sampah Menjadi Energi di 33 Provinsi Indonesia

JAKARTA - Proyek pengolahan sampah menjadi energi listrik (PSEL) atau waste to energy (WtE) kini memasuki tahap lelang di empat kota besar di Indonesia. Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja, menjelaskan bahwa tender ini menjadi awal dari pengembangan skala nasional.

“Kotanya Bogor, Bekasi, Denpasar, dan Yogyakarta. Itu tendernya sudah dimulai untuk empat kota ini, tetapi akan terus bertambah, tergantung kesiapan dari masing-masing kota,” ujarnya saat ditemui di sela pergelaran Bloomberg Technoz Ecoverse 2025.

Sebelumnya, Danantara membuka tender tahap pertama untuk proyek pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) pada Kamis, 6 November 2025. Tender awal ini menargetkan 7—10 wilayah sebagai langkah perintis menuju pembangunan skala nasional.

Tender dilakukan untuk masing-masing wilayah dengan 24 daftar penyedia teknologi (DPT) yang sudah terseleksi dari total 200 calon. Langkah ini memastikan kualitas peserta lelang dan kesiapan teknologi yang digunakan dalam proyek PLTSa.

Konsorsium Lokal dan Pemain Asing Bersinergi

Stefanus menyebutkan bahwa 24 peserta tender terdiri dari pemain asing yang bekerja sama dengan konsorsium lokal. Konsorsium tersebut melibatkan pemain swasta dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memastikan eksekusi proyek berjalan lancar.

“Jadi empat kota ini adalah empat tender yang terpisah. Dari 24 ini, bersama konsorsium mereka, termasuk bisa pemain swasta, bisa BUMN, akan punya pilihan sendiri untuk di kota mana yang mereka pilih,” jelasnya.

Peserta lelang memiliki kebebasan untuk mensubmit bid di satu kota atau keempat kota sekaligus. Jumlah kota yang akan terlibat diperkirakan akan terus bertambah sesuai kesiapan pemerintah daerah masing-masing.

Meskipun begitu, Stefanus menegaskan bahwa pihaknya belum bisa mengungkapkan pemenang tender secara detail. Proses seleksi dijadwalkan rampung segera setelah seluruh tahapan lelang selesai.

“Kita akan coba cepat dan setelah itu kita akan langsung untuk menyiapkan groundbreaking dan pembangunan dari itu,” ujarnya, menambahkan bahwa rata-rata potensi investasi PLTSa di empat kota tersebut mencapai Rp 2,5—Rp 3 triliun per kota.

Target Nasional: 33 Provinsi pada 2029

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Presiden Prabowo Subianto menargetkan pembangunan PLTSa di seluruh 33 provinsi pada 2029. Langkah ini menjadi bagian dari strategi nasional untuk mengurangi tumpukan sampah dan mendorong energi terbarukan.

“Ditargetkan oleh Bapak Presiden pada 2029 PLTSa ini seluruhnya di 33 provinsi se-Indonesia,” ujarnya, menegaskan komitmen pemerintah terhadap proyek strategis ini.

Pada tahap awal, Presiden menargetkan konstruksi 7 proyek PLTSa dapat dimulai pada tahun depan. Strategi ini dirancang agar proyek percontohan dapat menunjukkan keberhasilan teknologi sebelum diperluas ke wilayah lain.

Airlangga menambahkan bahwa 7 proyek PLTSa awal akan mulai konstruksi pada 2026. Proyek ini diharapkan bisa mengurangi tumpukan sampah di sejumlah kota besar secara signifikan.

Dampak Positif PLTSa terhadap Kota dan Pariwisata

Proyek PLTSa tidak hanya menyelesaikan persoalan sampah, tetapi juga meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan. Menurut Airlangga, PLTSa penting bagi sektor pariwisata karena mendorong kota-kota menjadi lebih bersih dan nyaman bagi masyarakat dan wisatawan.

“Ini sangat penting di berbagai daerah agar Indonesia bisa mendorong sektor pariwisata, dan ini mendorong kota-kota yang bersih,” ujarnya. Pembangunan PLTSa juga diharapkan memicu investasi tambahan di sektor energi terbarukan.

Selain itu, keberadaan PLTSa memberi peluang kerja baru dan pengembangan teknologi lokal. Konsorsium lokal dan BUMN yang terlibat akan menambah pengalaman dan kapasitas dalam pengelolaan energi berbasis sampah.

Stefanus menekankan bahwa pemilihan lokasi tender dan proyek disesuaikan dengan kesiapan daerah dan potensi sampah yang tersedia. Hal ini untuk memastikan efisiensi biaya dan keberlanjutan operasi PLTSa di tiap kota.

Investasi yang besar dalam proyek PLTSa diyakini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Setiap kota yang terlibat memiliki potensi investasi Rp 2,5—Rp 3 triliun, yang mencakup pembangunan infrastruktur, teknologi, dan tenaga kerja.

Kolaborasi Strategis dan Keberlanjutan

Kehadiran pemain asing dalam konsorsium lokal menunjukkan strategi kolaborasi internasional dan domestik. Pendekatan ini diharapkan menghadirkan teknologi mutakhir sekaligus memberdayakan perusahaan lokal untuk meningkatkan kapabilitas mereka.

Keterlibatan BUMN juga memastikan proyek mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Sinergi ini menjadi kunci agar PLTSa bisa beroperasi optimal dan memberikan manfaat sosial-ekonomi secara luas.

Stefanus menegaskan bahwa pemilihan pemenang tender dilakukan dengan transparan dan berdasarkan kualitas. Setelah itu, proyek akan segera memasuki tahap pembangunan fisik atau groundbreaking.

Dengan proyek percontohan di empat kota, pemerintah berharap implementasi PLTSa bisa menjadi model untuk kota-kota lain di Indonesia. Keberhasilan proyek awal akan menjadi tolok ukur sebelum ekspansi ke seluruh 33 provinsi.

Pembangunan PLTSa diharapkan tidak hanya menyelesaikan masalah sampah, tetapi juga menghasilkan energi listrik yang ramah lingkungan. Hal ini menjadi bagian dari strategi Indonesia dalam meningkatkan energi terbarukan dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Selain itu, proyek ini membuka peluang kolaborasi baru antara investor domestik dan asing. Dengan sistem tender yang terbuka dan seleksi ketat, kualitas pembangunan dan pengelolaan PLTSa dapat terjamin.

Stefanus menutup penjelasannya dengan optimisme bahwa seluruh tahapan lelang dan pembangunan proyek akan rampung sesuai target. PLTSa di empat kota pertama menjadi langkah nyata menuju visi Presiden untuk energi terbarukan dan lingkungan bersih di seluruh Indonesia.

Terkini