Menteri Pangan Dorong Ahli Gizi Edukasi Anak Mengenai Bahaya Gula Tinggi

Kamis, 20 November 2025 | 04:04:47 WIB
Menteri Pangan Dorong Ahli Gizi Edukasi Anak Mengenai Bahaya Gula Tinggi

JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, menekankan pentingnya edukasi makanan untuk anak-anak agar terhindar dari konsumsi gula berlebih. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu, sebagai upaya mengatasi tingginya kasus penyakit gula di masyarakat.

Menurut Zulhas, banyak anak di Indonesia terpapar makanan dan minuman manis sejak dini. “Sekarang Indonesia tinggi sekali masyarakat yang kena penyakit gula atau gula tinggi. Bahkan ada anak-anak juga yang terkena,” ujarnya.

Ia mengajak para ahli gizi untuk ikut mengawasi makanan yang dikonsumsi anak-anak di lingkungan sekolah dan rumah. Kolaborasi ini diharapkan bisa memberikan informasi mana makanan yang sehat dan mana yang harus dihindari karena kandungan gulanya tinggi.

Ancaman Gula Tinggi di Sekitar Sekolah

Zulhas menyoroti penjualan minuman manis dan permen di depan sekolah yang berisiko meningkatkan penyakit gula pada anak. “Terkadang minuman yang begitu manis, gula-gula dan sebagainya dijual di depan sekolah,” jelasnya.

Kondisi ini menjadi perhatian serius karena konsumsi gula berlebih dapat memicu Diabetes Melitus bahkan pada usia anak-anak. Pemerintah menilai edukasi dari ahli gizi sangat penting untuk mengurangi risiko penyakit gula sejak dini.

Menteri Koordinator Pangan juga menekankan pentingnya pelabelan makanan dan minuman tinggi gula. “Saya lagi mencoba nanti bagaimana agar makanan yang tinggi gula itu dicantumkan dalam labelnya itu,” katanya, menekankan transparansi informasi bagi konsumen.

Dukungan Data dan Survei

Ketua Forum Warga Kota (Fakta) Indonesia, Ari Subagyo Wibowo, mendukung rencana pelabelan gula tinggi pada Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK). Menurutnya, langkah ini efektif menekan lonjakan kasus diabetes, sesuai hasil survei yang mereka lakukan.

Fakta Indonesia dan Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) meneliti 117 pasien gagal ginjal. Hasilnya menunjukkan mayoritas menderita Diabetes Melitus Tipe 2 yang sebagian besar dipicu konsumsi gula berlebih dari MBDK.

Data International Diabetes Federation (IDF) 2024 juga memperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan mencapai 20,4 juta jiwa. Proyeksi ini menempatkan Indonesia di posisi kelima dunia, sehingga intervensi edukasi makanan tinggi gula menjadi mendesak.

Sementara itu, konsumsi gula nasional periode 2024-2025 mencapai 7,6 juta ton, termasuk salah satu tertinggi secara global. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 mencatat 67,21 persen masyarakat rutin mengonsumsi MBDK, memperkuat urgensi edukasi dan pelabelan.

Pelabelan Tinggi Gula Sebagai Strategi Preventif

Ari Subagyo menekankan bahwa kebijakan label tinggi gula telah menjadi standar efektif di banyak negara. Beberapa negara yang telah menerapkan regulasi serupa antara lain Meksiko, Peru, Chile, Argentina, Uruguay, Brasil, Kolombia, Kanada, dan Venezuela.

Pelabelan ini membantu masyarakat memahami risiko gula berlebih dalam makanan dan minuman sehari-hari. Dengan informasi yang jelas, konsumen dapat membuat pilihan lebih sehat, terutama untuk anak-anak yang rentan terhadap pengaruh gula tinggi.

Zulhas berharap kolaborasi antara pemerintah dan ahli gizi dapat mengurangi konsumsi gula berlebih di kalangan anak-anak. Edukasi makanan yang tepat diharapkan mampu menurunkan risiko penyakit gula sejak usia dini.

Selain itu, pemerintah menargetkan edukasi ini tidak hanya dilakukan di sekolah, tetapi juga di komunitas dan rumah tangga. Pendekatan yang menyeluruh akan memperkuat kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konsumsi gula yang aman.

Penerapan label tinggi gula pada MBDK menjadi bagian dari strategi nasional untuk menekan angka diabetes. Kebijakan ini diharapkan meningkatkan kewaspadaan orang tua terhadap minuman dan makanan yang dijual bebas di sekitar anak-anak.

Selain itu, pelabelan tinggi gula diharapkan mendorong produsen untuk mengurangi kandungan gula dalam produk mereka. Regulasi ini memberikan insentif positif bagi industri makanan dan minuman agar lebih peduli terhadap kesehatan masyarakat.

Zulhas menekankan bahwa edukasi dari ahli gizi akan membantu anak-anak memahami pentingnya pola makan sehat. Kolaborasi ini juga memperkuat peran keluarga dalam menanamkan kebiasaan makan yang aman dan bergizi.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan edukasi yang tepat, risiko diabetes pada anak-anak bisa ditekan secara signifikan. Pemerintah berharap upaya ini bisa menurunkan angka konsumsi gula berlebih dalam jangka panjang.

Penerapan pelabelan tinggi gula akan diawasi secara ketat agar efektif memberikan informasi yang akurat kepada konsumen. Langkah ini diharapkan menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak dalam memilih makanan dan minuman.

Ahli gizi juga akan dilibatkan dalam kampanye edukasi di sekolah untuk menjelaskan dampak negatif gula berlebih. Edukasi praktis ini penting agar anak-anak dapat membuat keputusan sehat sejak dini.

Selain itu, pemerintah menargetkan edukasi ini menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Dengan cara ini, pola konsumsi gula masyarakat Indonesia secara keseluruhan bisa lebih sehat.

Kolaborasi antara kementerian, ahli gizi, sekolah, dan orang tua diharapkan dapat menekan prevalensi penyakit gula. Strategi preventif ini menjadi langkah nyata dalam meningkatkan kualitas hidup generasi muda.

Zulhas menekankan bahwa kesadaran masyarakat terhadap risiko gula berlebih harus ditingkatkan. Edukasi dan regulasi yang tepat diharapkan dapat mengubah pola konsumsi anak-anak sejak usia dini.

Langkah-langkah ini menjadi bagian dari upaya jangka panjang pemerintah untuk menekan angka diabetes nasional. Kolaborasi antar pemangku kepentingan dianggap krusial agar strategi edukasi dan pelabelan berhasil.

Dengan adanya regulasi dan edukasi yang komprehensif, anak-anak dapat belajar membedakan makanan sehat dan tidak sehat. Hal ini diharapkan menjadi fondasi bagi generasi yang lebih sehat di masa depan.

Terkini