Mendiktisaintek Siapkan Aturan Double Afiliasi Dorong Kolaborasi Dosen Diaspora

Kamis, 20 November 2025 | 04:04:42 WIB
Mendiktisaintek Siapkan Aturan Double Afiliasi Dorong Kolaborasi Dosen Diaspora

JAKARTA - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto tengah menyiapkan aturan double afiliasi. Aturan ini memungkinkan dosen dalam negeri bekerja sama dengan diaspora Indonesia dalam berbagai kegiatan akademik dan riset.

Brian menjelaskan aturan tersebut dirancang untuk mendukung lembaga pendidikan tinggi di dalam negeri. Tujuannya adalah membangun jejaring global sekaligus memberdayakan talenta Indonesia yang berada di luar negeri.

Ia mengatakan kepada para peserta Konferensi Puncak Pendidikan Tinggi Indonesia (KPPTI) 2025 bahwa proses komunikasi dengan diaspora bisa dimulai segera. Dengan aturan double afiliasi, para dosen dapat merekrut diaspora sebagai pembimbing mahasiswa, mitra riset, dan mitra industri.

“Kami sedang merancang aturan bagaimana membuat diaspora itu bisa menjadi double afiliasi dengan kampus-kampus bapak-ibu sekarang. Silahkan bapak ibu mulai menjalin komunikasi dengan diaspora kita,” ujarnya di Universitas Negeri Surabaya.

Kolaborasi Dengan Diaspora Indonesia

Jumlah diaspora Indonesia tersebar di lebih dari seribu lokasi di berbagai negara. Brian menekankan potensi besar untuk melibatkan mereka dalam pendidikan tinggi dan penelitian dalam negeri.

Diaspora dapat berperan sebagai pembimbing mahasiswa program doktoral (S3). Selain itu, mereka juga bisa terlibat dalam riset, inovasi, dan kerja sama dengan industri tanpa harus pindah permanen ke Indonesia.

Para dosen didorong untuk merekrut diaspora sebagai dosen kolaboratif. Dengan demikian, kampus-kampus di dalam negeri memiliki akses langsung ke talenta global yang berpengalaman.

Brian menambahkan keterlibatan diaspora membantu meningkatkan kapasitas penelitian dan inovasi. Hal ini menjadi fondasi penting bagi pembangunan berbasis ilmu pengetahuan di Indonesia.

Transformasi Pendidikan Tinggi

Kolaborasi dengan diaspora diyakini dapat membuat lembaga pendidikan tinggi menjadi pusat penciptaan nilai. Brian menekankan pentingnya transformasi perguruan tinggi menjadi value creation center.

Value creation center adalah institusi yang mampu mengubah hasil riset dan inovasi menjadi industri yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan konsep ini, kampus tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga pusat inovasi dan pengembangan teknologi.

Pemerintah telah menetapkan delapan industri strategis untuk pembangunan jangka panjang. Industri tersebut meliputi pangan, kesehatan, energi, hilirisasi dan industrialisasi, digitalisasi (AI dan semikonduktor), material dan manufaktur maju, pertahanan, dan maritim.

Dengan memanfaatkan talenta diaspora, perguruan tinggi dapat berkontribusi pada pengembangan industri strategis. Brian meyakini kolaborasi ini akan memperkuat ekosistem inovasi nasional.

Peran Diaspora dalam Inovasi dan Industri

Diaspora dapat berperan langsung dalam riset dan pengembangan teknologi. Mereka mampu membawa perspektif internasional dan praktik terbaik dari berbagai negara ke dalam proyek-proyek lokal.

Selain riset, diaspora bisa membimbing mahasiswa S3 secara jarak jauh. Hal ini memungkinkan pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan siap menghadapi tantangan global.

Brian menekankan bahwa kolaborasi ini bukan hanya formalitas administratif. Melainkan strategi konkret untuk menciptakan inovasi yang dapat diubah menjadi industri dan produk bernilai tambah.

Kolaborasi dengan diaspora juga diharapkan mendorong pengembangan inovasi berbasis teknologi tinggi. Perguruan tinggi dapat menjadi penggerak ekonomi digital dan manufaktur maju melalui integrasi riset dan industri.

Program double afiliasi akan menempatkan perguruan tinggi sebagai jembatan antara penelitian fundamental dan aplikasi industri. Dengan dukungan pemerintah, aturan ini diharapkan mempercepat transformasi pendidikan tinggi di Indonesia.

Harapan dan Dampak Jangka Panjang

Brian meyakini aturan double afiliasi akan memberikan dampak positif bagi pembangunan nasional. Talenta diaspora yang terlibat akan memperkuat kapasitas riset, inovasi, dan industri strategis di dalam negeri.

Selain itu, mahasiswa akan mendapatkan pembimbing berpengalaman dan jejaring internasional yang lebih luas. Hal ini diharapkan meningkatkan kualitas pendidikan dan daya saing lulusan perguruan tinggi Indonesia.

Kolaborasi dengan diaspora juga diharapkan menumbuhkan budaya penelitian yang lebih produktif. Perguruan tinggi akan memiliki kapasitas untuk menghasilkan inovasi yang langsung berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Brian menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan diaspora. Ketiganya harus bekerja sama untuk mengoptimalkan talenta dan sumber daya demi kemajuan pendidikan dan industri nasional.

Dengan aturan double afiliasi, Indonesia memiliki peluang memperkuat posisi akademik dan industri di kancah global. Talenta diaspora menjadi salah satu aset strategis yang dapat dimobilisasi untuk mendukung pembangunan jangka panjang.

Pemerintah berharap perguruan tinggi menjadi pionir dalam transformasi digital, riset, dan kolaborasi global. Integrasi diaspora diharapkan mendorong kampus menjadi pusat inovasi, sekaligus mendukung pengembangan industri strategis di Indonesia.

Dengan langkah-langkah ini, pendidikan tinggi Indonesia akan lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan global. Kolaborasi dengan diaspora menjadi strategi kunci untuk mencetak inovasi, lulusan unggul, dan industri berdaya saing tinggi.

Terkini