BI Siapkan Operasi Moneter Yuan dan Yen untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

Kamis, 20 November 2025 | 11:35:54 WIB
BI Siapkan Operasi Moneter Yuan dan Yen untuk Perkuat Stabilitas Rupiah

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) akan merilis instrumen operasi moneter valuta asing dalam mata uang yuan atau renminbi (CNY) dan yen Jepang. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah di tengah ketidakpastian global.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menjelaskan bahwa tekanan terhadap rupiah dan mata uang negara berkembang masih tinggi. Indeks dolar AS (DXY) terus menguat, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor panjang juga berada di level tinggi.

Kondisi ini mendorong terjadinya risk off di pasar keuangan emerging market. “Ini juga mengakibatkan inflow yang masuk di emerging market itu juga terbatas. Sehingga kalau kita lihat apa yang terjadi dengan rupiah dan beberapa mata uang di regional saat ini, memang khususnya sejak Oktober sampai saat ini terus mengalami pelemahan,” ujarnya saat konferensi pers.

Sejak awal Oktober hingga pertengahan Kuartal IV, rupiah melemah sekitar 0,48 persen. Beberapa mata uang regional juga terdepresiasi, seperti peso Filipina 1,34 persen, baht Thailand 0,21 persen, dan won Korea melemah 4,25 persen.

Meski begitu, volatilitas masih tinggi, terlihat dari penguatan harian rupiah sebesar 0,21 persen. Filipina menguat 0,25 persen, dan Thailand 0,11 persen pada perdagangan Rabu kemarin.

Intervensi BI dan Kebutuhan Instrumen Baru

Untuk meredam gejolak tersebut, BI telah melakukan berbagai intervensi di pasar, mulai dari non-deliverable forward (NDF) offshore, NDF domestik untuk hedging, hingga transaksi spot. Namun, BI menilai intervensi tersebut belum cukup ampuh menjaga stabilitas rupiah.

Oleh karena itu, BI memperdalam pasar valas domestik melalui pengembangan instrumen baru. Salah satunya adalah pembukaan operasi moneter valuta asing dalam yuan dan yen.

“Kita akan memperluas instrumen operasi moneter valas yang tentunya nanti akan mendukung untuk pasar valas kita, yaitu BI akan membuka instrumen operasi moneter valas dalam currency yuan atau renminbi atau CNY dan yen,” ungkap Destry.

Pembukaan instrumen baru ini seiring tingginya permintaan terhadap kedua mata uang tersebut. Salah satunya dipicu oleh Local Currency Transaction (LCT) antara Indonesia dengan China yang terus meningkat.

Local Currency Transaction Mendorong Likuiditas

“Sekarang LCT kita dengan China itu terus mengalami peningkatan, dalam satu bulan itu bisa 1 miliar dollar AS. Selama ini bank mungkin kesulitan untuk mencari renminbi ataupun CNY di dalam kita,” ucap Destry.

Dengan dibukanya instrumen operasi moneter dalam yuan, perbankan akan lebih mudah memperoleh likuiditas CNY. Hal ini sekaligus mengurangi ketergantungan pada dolar AS dalam transaksi lintas negara.

Perkembangan LCT Indonesia-China meningkat pesat sepanjang 2025. Pada Oktober 2025, volumenya tumbuh 1,6 kali lipat dibanding total transaksi sepanjang 2024, dengan jumlah peserta melonjak menjadi 15.473 entitas dari 5.053 pada 2024.

Destry menambahkan, langkah membuka instrumen operasi moneter dalam yuan dan yen domestik diharapkan menjaga stabilitas rupiah. Hal ini juga sejalan dengan strategi BI untuk memitigasi tekanan eksternal pada pasar valas.

Prospek Stabilitas Rupiah

Instrumen baru ini memberikan fleksibilitas bagi bank dan pelaku pasar dalam mengelola risiko nilai tukar. BI optimistis langkah ini dapat membantu meredam volatilitas yang masih tinggi di pasar emerging market.

Selain itu, diversifikasi instrumen moneter ini sejalan dengan tren transaksi global yang semakin mengandalkan mata uang selain dolar AS. Dengan demikian, rupiah dapat lebih tahan terhadap guncangan eksternal dan mendukung stabilitas ekonomi domestik.

Pertumbuhan LCT juga menunjukkan meningkatnya kerjasama ekonomi Indonesia dengan China. Hal ini menjadi salah satu faktor utama BI mengembangkan operasi moneter dalam yuan.

Likuiditas yang lebih mudah diperoleh di pasar yuan dan yen diharapkan mendorong perbankan untuk lebih aktif menyalurkan kredit dan investasi. Langkah ini sekaligus memperkuat posisi rupiah dalam ekosistem keuangan regional.

Bank Indonesia menyiapkan operasi moneter dalam yuan dan yen untuk memperkuat stabilitas rupiah di tengah tekanan global. Strategi ini sejalan dengan meningkatnya transaksi LCT Indonesia-China dan tingginya permintaan pasar terhadap mata uang tersebut.

Dengan pembukaan instrumen baru, perbankan lebih mudah mengakses likuiditas CNY dan yen. Hal ini diharapkan menjaga volatilitas rupiah tetap terkendali dan mendukung stabilitas ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global.

Terkini