Penguatan Teknologi Pertahanan Jadi Prioritas Strategis Indonesia Hadapi Ancaman Modern

Kamis, 20 November 2025 | 09:30:53 WIB
Penguatan Teknologi Pertahanan Jadi Prioritas Strategis Indonesia Hadapi Ancaman Modern

JAKARTA - Perkembangan dinamika keamanan global membuat kebutuhan akan teknologi pertahanan semakin tinggi bagi setiap negara. Indonesia tidak terkecuali, terutama ketika ancaman saat ini berkembang cepat dan semakin sulit diprediksi.

Teknologi modern memaksa setiap sektor pertahanan beradaptasi lebih cepat agar tetap mampu menjaga stabilitas nasional. Kondisi ini menuntut adanya sistem yang kokoh dan terintegrasi untuk merespons tantangan yang muncul.

Dalam konteks itu, pengembangan kemampuan pertahanan tidak lagi sebatas peningkatan personel atau alutsista semata. Pendekatan yang berorientasi pada teknologi kini menjadi fondasi penting dalam menciptakan ketahanan yang lebih efektif.

Hal inilah yang kembali ditekankan dalam Defence Technology Forum 2025 yang digelar di Jakarta pada Rabu, 19 November 2025. Acara tersebut menjadi ruang strategis bagi berbagai pihak untuk melihat arah masa depan pertahanan Indonesia.

Kompleksitas Ancaman Modern dan Tuntutan Transformasi Pertahanan

Wakil Menteri Pertahanan Donny Ermawan Taufanto menegaskan bahwa pengembangan teknologi pertahanan telah menjadi kebutuhan mutlak bagi Indonesia. Ia menjelaskan bahwa ancaman modern kini jauh lebih beragam dibandingkan konflik konvensional di masa lalu.

Ancaman tersebut meliputi perang siber, serangan drone, dan peperangan elektronik yang semakin sering digunakan dalam konflik global. Selain itu, potensi terorisme berbasis teknologi tinggi serta ancaman di wilayah laut dan udara juga semakin perlu diwaspadai.

“Berbagai bentuk ancaman tersebut menuntut kesiapan TNI yang tidak hanya bertumpu pada jumlah personel, tapi juga pada kecepatan, akurasi, dan efektivitas pemanfaatan teknologi,” katanya. Ia menegaskan bahwa hal ini menjadikan pengembangan teknologi pertahanan bukan lagi pilihan strategis, tetapi kebutuhan utama dan mendesak.

Menurut Donny, kemampuan teknologi yang kuat akan membuat Indonesia lebih mampu menegakkan kedaulatan. Selain itu, teknologi yang baik juga memungkinkan negara merespons ancaman modern secara lebih cepat dan terukur.

Penerapan teknologi dalam pertahanan membuka peluang bagi TNI untuk bergerak lebih adaptif. Selain itu, kapasitas tersebut memungkinkan sistem keamanan nasional bekerja lebih presisi menghadapi situasi yang berubah.

Kebijakan Perisai Trisula Nusantara sebagai Langkah Penguatan Pertahanan

Kementerian Pertahanan telah menetapkan kebijakan prioritas bernama Perisai Trisula Nusantara sebagai pilar utama penguatan pertahanan nasional. Kebijakan ini berorientasi pada integrasi kekuatan matra darat, laut, dan udara menjadi satu sistem yang komprehensif.

Tujuan utamanya adalah membangun sistem yang terkoordinasi sehingga mampu merespons ancaman secara holistik. Dengan integrasi tersebut, pertahanan nasional diharapkan semakin responsif terhadap situasi yang berkembang.

Donny menjelaskan bahwa kebijakan ini juga bertujuan meningkatkan kapabilitas operasional TNI. Caranya adalah melalui modernisasi alutsista, pembenahan organisasi agar lebih efisien, serta penguatan profesionalisme prajurit.

“Dengan demikian, yang dibangun bukan hanya kekuatan pertahanan, melainkan juga sistem yang adaptif, mampu mengikuti perkembangan ancaman di masa depan, dan memberikan rasa aman bagi seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya. Ia menekankan bahwa hal utama adalah kemampuan negara untuk tetap kokoh menghadapi perkembangan geopolitik yang tidak stabil.

Pembangunan sistem pertahanan yang adaptif menjadi fondasi agar Indonesia tidak tertinggal dari negara lain. Selain itu, langkah ini menjadi investasi jangka panjang demi terciptanya keamanan yang berkelanjutan.

Kolaborasi Pentaheliks Jadi Kunci Inovasi Teknologi Pertahanan

Wamenhan menegaskan bahwa fokus strategi pertahanan saat ini mencakup empat aspek utama yang perlu dikembangkan. Keempat aspek tersebut adalah modernisasi alutsista, pengembangan satuan, kemandirian industri pertahanan, dan penguatan peran teknologi.

Ia mengingatkan bahwa seluruh fokus tersebut tidak mungkin dikerjakan oleh Kementerian Pertahanan atau TNI seorang diri. Menurutnya, diperlukan dukungan kolaborasi pentaheliks antara pemerintah, industri, akademisi, TNI, dan mitra internasional.

“Kerja sama ini menjadi kunci untuk menghasilkan inovasi yang relevan, mempercepat pengembangan teknologi, serta memperluas jejaring penelitian dan produksi,” ujarnya. Ia menilai kolaborasi tersebut akan mempercepat Indonesia mencapai kemandirian dalam sektor pertahanan.

Keterlibatan akademisi membuka peluang riset yang lebih kuat dalam pengembangan teknologi pertahanan. Sementara peran industri swasta memungkinkan produksi alutsista lebih kompetitif di pasar global.

Donny juga menekankan perlunya kerja sama luar negeri yang tetap selaras dengan kepentingan nasional. Selain membuka akses teknologi, kolaborasi ini juga memberi peluang transfer pengetahuan bagi talenta pertahanan Indonesia.

Defence Technology Forum 2025 sebagai Wadah Sinergi Multipihak

Defence Technology Forum 2025 dihadirkan sebagai platform untuk membangun dialog strategis yang melibatkan berbagai pihak. Forum ini merupakan kolaborasi antara Badan Teknologi Pertahanan Kementerian Pertahanan dan KNDS, produsen alutsista asal Prancis.

Donny menyampaikan bahwa forum tersebut bertujuan merumuskan peta jalan teknologi pertahanan yang berkelanjutan. Selain itu, forum ini diharapkan dapat menyepakati langkah strategis menghadapi ancaman masa depan.

“Defence Technology Forum 2025 hadir sebagai wadah untuk membangun dialog konstruktif di antara pemangku kepentingan, merumuskan peta jalan teknologi pertahanan yang berkelanjutan, serta menyepakati langkah-langkah strategis untuk masa depan,” katanya. Ia menekankan bahwa keberadaan forum semacam ini membantu memperkuat arah pengembangan teknologi pertahanan Indonesia.

Donny berharap forum tersebut dapat menghasilkan rekomendasi yang konkret bagi sektor pertahanan. Menurutnya, hal ini sangat diperlukan agar langkah penguatan teknologi dapat berjalan terarah dan terukur.

“Saya berharap forum ini dapat menghasilkan rekomendasi strategis yang konkret, memperkuat inovasi, serta membuka peluang kerja sama yang nyata antara industri pertahanan nasional dan mitra internasional,” imbuhnya. Ia yakin sinergi multipihak akan mempercepat proses peningkatan teknologi pertahanan Indonesia.

Forum ini juga menjadi ajang penting untuk mempertemukan ide, teknologi, dan kesempatan pengembangan industri. Selain itu, kesempatan bertemu langsung dengan pihak internasional memperluas cakupan kolaborasi Pertahanan Indonesia di masa depan.

Terkini