JAKARTA - Pelatihan mengenai kesetaraan gender di transportasi umum yang digagas empat mahasiswa Universitas Nusa Mandiri.
Menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan edukatif mampu membangun perspektif baru bagi siswa sekolah menengah. Kegiatan ini dirancang bukan hanya sebagai penyampaian materi, tetapi sebagai pengalaman belajar yang memberikan ruang refleksi bagi peserta.
Inisiatif tersebut menunjukkan meningkatnya kepedulian generasi muda terhadap isu-isu sosial, terutama dalam menciptakan ruang publik yang aman dan setara bagi semua. Para mahasiswa menghadirkan metode pembelajaran yang melibatkan peserta secara langsung, sehingga pesan yang disampaikan lebih mudah dipahami.
Dengan mengusung tema “Wheels of Change: Transportasi Umum Sebagai Penggerak Kesetaraan Gender”, pelatihan ini memberi kesempatan bagi para siswa untuk melihat persoalan ketimpangan gender dari sudut pandang yang lebih dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari.
Mahasiswa UNM Hadirkan Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Empat mahasiswa Universitas Nusa Mandiri dari Program Studi Bisnis Digital, yaitu Fatdya Desmara Dharmaputri, Fella Tsabitha Dzakira, Kirani Tanziila Khayana, dan Regina Octavia, menyelenggarakan pelatihan tersebut untuk siswa-siswi SMK Putra Bangsa Depok. Kegiatan ini menjadi bagian dari implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi melalui pengabdian kepada masyarakat.
Pelatihan digagas sebagai respons atas masih adanya ketimpangan gender dalam penggunaan transportasi umum di Indonesia. Mereka berupaya mengangkat isu tersebut ke lingkungan sekolah agar generasi muda mampu memahami pentingnya kesetaraan sejak dini.
Para mahasiswa merancang suasana pelatihan yang menyenangkan melalui berbagai aktivitas, sehingga peserta tidak hanya mendengar materi, tetapi juga merasakan langsung dinamika yang terjadi di transportasi umum.
Komitmen Generasi Muda untuk Membangun Lingkungan yang Inklusif
Sebagai ketua pelaksana, Fatdya Desmara Dharmaputri menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk kontribusi nyata mahasiswa dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Menurutnya, kesadaran mengenai ketimpangan gender harus ditanamkan sedini mungkin agar generasi mendatang memiliki sensitivitas terhadap persoalan tersebut.
Ia menyampaikan bahwa transportasi umum merupakan salah satu ruang publik yang sering menghadirkan situasi tidak setara antara laki-laki dan perempuan. Pelatihan ini menjadi wadah untuk memberikan pemahaman sekaligus keberanian bagi siswa dalam bersikap ketika menghadapi ketidakadilan.
“Sebagai generasi muda, kami ingin berkontribusi nyata dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif. Melalui pelatihan ini, kami berharap dapat menanamkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender sejak dini,” ujar Fatdya.
Metode Pelatihan yang Mengajak Siswa Terlibat Secara Langsung
Pelatihan berlangsung selama satu hari penuh dengan rangkaian aktivitas yang memadukan diskusi, simulasi, dan workshop kreatif. Para siswa diajak untuk membahas fenomena ketimpangan gender yang mungkin mereka temui dalam transportasi umum sehari-hari.
Simulasi situasi di transportasi umum menjadi bagian yang paling menarik karena peserta dapat melihat langsung bagaimana ketidakadilan bisa terjadi dan cara menghadapinya. Metode ini menumbuhkan rasa empati sekaligus memperkuat kemampuan mereka dalam mengambil tindakan.
Workshop perancangan kampanye kesetaraan gender juga memberikan ruang bagi siswa untuk mengekspresikan ide dan pemahaman mereka terkait pentingnya transportasi yang aman dan adil bagi semua.
Antusiasme Siswa dan Pengalaman Belajar yang Membekas
Para siswa mengikuti seluruh rangkaian kegiatan dengan antusias. Banyak di antara mereka yang merasa mendapatkan pengalaman baru sekaligus pemahaman lebih mendalam mengenai isu kesetaraan gender. Penyampaian materi yang kreatif membuat diskusi berjalan dinamis dan mudah dipahami.
Fathan, salah satu peserta workshop, mengaku bahwa pelatihan ini membantunya memahami cara bersikap ketika melihat ketidakadilan di transportasi umum. “Saya sangat senang bisa belajar langsung dari kakak-kakak mahasiswa. Cara penyampaiannya mudah dipahami dan seru,” ujarnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh Yohan, peserta dari jurusan Teknik Kendaraan Ringan, yang merasa bahwa pelatihan tersebut memberikan perspektif baru yang sebelumnya belum ia pikirkan. Ia mengapresiasi metode pembelajaran yang membuat materi lebih mudah dipahami serta relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Peran Universitas Nusa Mandiri dalam Mendorong Pengabdian Masyarakat
Kegiatan pelatihan ini sekaligus mencerminkan komitmen Universitas Nusa Mandiri dalam mendorong mahasiswa untuk menjadi bagian dari solusi atas berbagai persoalan masyarakat. UNM sebagai perguruan tinggi berupaya mencetak generasi muda kreatif dan berdaya saing di bidang teknologi dan bisnis digital.
Melalui program pengabdian masyarakat, UNM mendorong mahasiswa untuk menciptakan inovasi yang berdampak langsung bagi lingkungan sosial mereka. Pelatihan ini menjadi salah satu contoh bagaimana ilmu yang dipelajari dapat diterapkan dalam konteks sosial yang nyata.
Universitas terus memberikan dukungan agar mahasiswa mampu menghadirkan kegiatan yang relevan, bermanfaat, dan memperkuat hubungan antara dunia pendidikan dengan kebutuhan masyarakat.