Kemenhaj Fokus Tingkatkan Jumlah dan Kualitas Pembimbing Haji Perempuan 2026

Rabu, 19 November 2025 | 15:35:13 WIB
Kemenhaj Fokus Tingkatkan Jumlah dan Kualitas Pembimbing Haji Perempuan 2026

JAKARTA - Wakil Menteri Haji dan Umrah (Wamenhaj) RI, Dahnil Anzar Simanjuntak, menegaskan bahwa peningkatan kualitas dan jumlah pembimbing perempuan menjadi prioritas. Hal ini didorong karena mayoritas jemaah haji Indonesia adalah perempuan, namun jumlah pembimbing wanita masih terbatas.

“Data menunjukkan banyak kebutuhan jemaah perempuan yang belum sepenuhnya terlayani. Maka peningkatan kualitas dan jumlah pembimbing perempuan menjadi prioritas,” ujar Dahnil dalam Program Sertifikasi Pembimbing Ibadah Haji dan Umrah di Tangerang, Rabu, 19 November 2025.

Langkah ini menjadi bagian dari upaya Kemenhaj untuk memberikan pelayanan yang lebih responsif dan profesional kepada seluruh jemaah haji wanita. Fokusnya adalah pada pendampingan yang sesuai dengan kebutuhan ibadah dan kenyamanan selama berada di Tanah Suci.

Sertifikasi Pembimbing Haji dan Peran UIN Jakarta

Dahnil mengapresiasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) pertama yang menyelenggarakan sertifikasi pembimbing ibadah haji. Langkah ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto untuk mentransformasi penyelenggaraan haji secara kolaboratif.

“Presiden berpesan bahwa transformasi haji harus menjaga semangat persatuan. Pemerintah ingin mengakumulasikan capaian para pendahulu, memperkuat keunggulan yang sudah ada, dan menciptakan keunggulan baru dalam pelayanan haji Indonesia,” ujar Dahnil.

Rektor UIN Jakarta, Asep Saepudin Jahar, menekankan bahwa sertifikasi menjadi instrumen penting dalam peningkatan kompetensi pembimbing. Program ini memastikan pembimbing memahami kebutuhan jemaah secara profesional dan sesuai standar pelayanan.

Selain sertifikasi, Kemenhaj mendorong pembentukan pusat kajian haji di UIN Jakarta. Tujuannya adalah memperkuat riset, pengembangan kebijakan, dan literasi keilmuan dalam penyelenggaraan haji dan umrah.

“Kami siap mendukung agar program ini terus berlanjut dan melahirkan SDM yang berkualitas,” tutur Asep. Program ini diharapkan menghasilkan pembimbing yang tidak hanya berkompeten secara teknis, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang kebutuhan jemaah.

Strategi Peningkatan Jumlah Pembimbing Perempuan

Menteri Haji dan Umrah, Mochamad Irfan Yusuf, menekankan bahwa jumlah pembimbing perempuan akan ditingkatkan pada penyelenggaraan haji 2026. “Peran pembimbing perempuan menjadi aspek krusial agar jemaah wanita mendapatkan pendampingan sesuai kebutuhan ibadah dan kenyamanan mereka,” kata Irfan dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR RI di Jakarta.

Keberadaan pembimbing perempuan juga memiliki nilai strategis dalam memperkuat perlindungan jemaah. Terutama dalam pemondokan, area ibadah, dan kegiatan bimbingan rohani yang memerlukan pendekatan sensitif gender.

Peningkatan jumlah pembimbing perempuan akan disertai program pelatihan berkelanjutan. Selain itu, sertifikasi dan penguatan kompetensi melalui kerja sama dengan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah (KBIHU) menjadi bagian integral dari strategi Kemenhaj.

Program ini bertujuan menciptakan standar pelayanan pembimbing haji yang lebih profesional. Dengan demikian, jemaah wanita dapat merasakan pendampingan yang lebih personal, aman, dan nyaman selama ibadah.

Dampak dan Harapan Transformasi Layanan Haji

Kemenhaj berharap langkah ini tidak hanya meningkatkan jumlah pembimbing perempuan, tetapi juga kualitas pelayanan secara keseluruhan. Transformasi ini dianggap penting untuk menjaga reputasi penyelenggaraan haji Indonesia di mata dunia.

Keberadaan pembimbing perempuan yang kompeten juga akan meningkatkan kepercayaan jemaah dalam menjalankan ibadah. Hal ini penting mengingat sensitivitas dan kebutuhan spesifik jemaah wanita selama di Tanah Suci.

Selain meningkatkan pengalaman jemaah, program ini juga membuka peluang pengembangan karier bagi pembimbing perempuan. Kemenhaj menekankan pentingnya kesetaraan dan inklusivitas dalam seluruh aspek penyelenggaraan ibadah haji.

Pusat kajian haji yang dibentuk di UIN Jakarta juga diharapkan dapat menjadi referensi kebijakan pemerintah. Penelitian dan pengembangan yang dilakukan akan memperkuat standar pelayanan, meningkatkan literasi keilmuan, dan mendukung transformasi haji secara berkelanjutan.

Secara keseluruhan, fokus pada pembimbing perempuan menjadi salah satu pilar penting dalam transformasi layanan haji Indonesia. Pendekatan ini mengedepankan profesionalisme, keadilan gender, dan kenyamanan jemaah sebagai prioritas utama.

Dengan peningkatan jumlah dan kualitas pembimbing, Kemenhaj menegaskan komitmennya dalam memberikan layanan haji yang aman, nyaman, dan sesuai standar internasional. Harapannya, langkah ini dapat menjadi model pelayanan haji yang inovatif dan responsif bagi seluruh jemaah Indonesia.

Terkini