JAKARTA - Perhatian pelaku pasar kembali tertuju pada PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) setelah emiten batu bara milik Grup Bakrie dan Grup Salim ini mengumumkan rencana penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. Rapat tersebut menjadi momen penting bagi perseroan karena akan membahas restrukturisasi jajaran direksi dan dewan komisaris yang selama ini menjadi salah satu agenda strategis perusahaan.
Langkah ini dilakukan BUMI di tengah dinamika kinerja keuangan yang menunjukkan gerak fluktuatif sepanjang 2025. Perusahaan menyiapkan rangkaian keputusan struktural yang dipandang perlu untuk menjaga konsistensi operasional dan arah pertumbuhan pada tahun mendatang.
RUPSLB tersebut dijadwalkan digelar pada Rabu, 19 November 2025 pukul 14.00 WIB di Jakarta. Agenda ini diperkirakan akan menjadi fokus para pemegang saham mengingat posisinya yang berpengaruh langsung terhadap arah kebijakan perusahaan.
BUMI menegaskan bahwa rapat luar biasa ini hanya memuat satu mata acara khusus yang terkait dengan perubahan komposisi manajemen puncak. Perubahan tersebut dinilai penting untuk memastikan penyegaran struktur yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan ke depan.
Agenda RUPSLB BUMI dan Regulasi yang Mengatur
Manajemen BUMI menjelaskan bahwa penyelenggaraan RUPSLB ini merupakan bagian dari pemenuhan regulasi yang berlaku. Keputusan untuk menggelar rapat luar biasa diperlukan setelah terjadinya pengunduran diri dari anggota direksi dan komisaris perseroan.
“Mata acara RUPSLB ini diselenggarakan untuk memenuhi ketentuan POJK No. 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik, terkait dengan pengunduran diri Direktur dan Komisaris Perseroan, serta penyesuaian susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan,” tulis Manajemen Bumi Resources dalam keterangan resmi pada Selasa, 18 November 2025. Penegasan tersebut menjadi dasar hukum penting bagi penyelenggaraan rapat yang bersifat strategis bagi tata kelola BUMI.
Agenda tunggal ini membuat rapat diprediksi berjalan lebih fokus karena hanya membahas perubahan komposisi manajemen. Pemegang saham diharapkan dapat memberikan persetujuan berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan arah transformasi BUMI.
BUMI selama beberapa tahun terakhir dikenal sebagai salah satu emiten batu bara dengan struktur kepemilikan yang kompleks. Oleh karena itu, setiap perubahan dalam jajaran direktur dan komisaris selalu menjadi perhatian pasar modal.
Keputusan RUPSLB kali ini juga dinilai sebagai langkah untuk menyesuaikan struktur manajemen dengan kondisi industri batu bara yang terus berubah. Perusahaan berharap perubahan dapat memperkuat tata kelola sekaligus meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.
Kinerja Keuangan BUMI Hingga Kuartal III 2025
Selain penyegaran manajemen, kinerja keuangan BUMI pada 2025 juga menjadi perhatian para pemegang saham. Perusahaan mencatat pendapatan sebesar US$1.037,3 juta hingga akhir September 2025.
Realisasi tersebut meningkat 11,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatat pendapatan US$926,9 juta. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa BUMI masih mampu mempertahankan kinerja operasional di tengah tantangan pasar batu bara global.
Namun di sisi lain, beban pokok pendapatan perusahaan juga mengalami kenaikan. Nilai tersebut meningkat 5,1% secara tahunan dari US$833,3 juta menjadi US$876,0 juta pada kuartal III 2025.
Beban usaha BUMI ikut mengalami kenaikan pada periode yang sama. Realisasinya naik 12,8% yoy dari US$68,2 juta menjadi US$76,9 juta hingga akhir kuartal III 2025.
Meskipun tekanan biaya meningkat, laba usaha BUMI justru menunjukkan peningkatan signifikan. Perusahaan berhasil membukukan laba usaha sebesar US$84,4 juta, naik 231,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Setelah memperhitungkan sejumlah beban termasuk pajak penghasilan, perusahaan mencatat laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$29,4 juta pada kuartal III 2025. Angka tersebut turun 76,1% dari laba tahun sebelumnya yang mencapai US$122,9 juta.
Penurunan laba bersih ini menunjukkan adanya tekanan profitabilitas meskipun operasional perusahaan masih memberikan hasil positif. Faktor eksternal seperti penurunan harga batu bara ikut memberikan dampak pada performa bersih BUMI.
Manajemen BUMI mengakui adanya tantangan signifikan yang memengaruhi pendapatan dan margin laba. Namun perusahaan tetap menilai kinerja operasionalnya berada dalam jalur yang solid berkat efisiensi biaya.
“Meskipun menghadapi kondisi pasar yang menantang dan harga batu bara yang menurun, Bumi Resources berhasil mencatatkan profitabilitas operasional yang positif dengan margin yang membaik berkat efisiensi dan pengelolaan biaya yang disiplin,” tulis Manajemen Bumi Resources dalam siaran pers laporan kinerja 9 bulan 2025. Pernyataan tersebut menegaskan fokus perusahaan pada upaya menjaga kekuatan operasional.
Dinamika Industri Batu Bara dan Respons Strategis Perusahaan
Kinerja BUMI sepanjang 2025 tidak dapat dipisahkan dari kondisi industri batu bara global yang ikut berfluktuasi. Permintaan batu bara dari pasar internasional mengalami tekanan seiring penyesuaian kebijakan energi beberapa negara besar.
Perubahan tersebut berdampak pada harga jual batu bara yang relatif menurun selama tahun berjalan. Kondisi ini menimbulkan tekanan terhadap pendapatan emiten batu bara termasuk BUMI.
Sebagai respons, perusahaan menekankan optimalisasi efisiensi di seluruh lini operasional. Pendekatan ini dilakukan untuk menjaga profitabilitas di tengah hasil pendapatan yang tidak setinggi periode sebelumnya.
BUMI juga terus memperkuat strategi pengelolaan aset serta penyesuaian pada sisi biaya produksi. Kebijakan tersebut dinilai perlu agar perusahaan tetap adaptif menghadapi perubahan pasar energi global.
Di tengah upaya efisiensi, kebutuhan akan struktur manajemen yang lebih responsif menjadi semakin penting. Hal inilah yang membuat RUPSLB 19 November 2025 dipandang sebagai langkah strategis yang tidak terpisahkan dari kondisi industri saat ini.
Perusahaan meyakini bahwa penyegaran direksi dan komisaris dapat memperkuat kapasitas pengambilan keputusan. Selain itu, hal tersebut juga diharapkan membawa perspektif baru dalam menghadapi dinamika pasar batu bara.
Penguatan struktur organisasi menjadi salah satu fondasi penting untuk memastikan keberlanjutan kinerja BUMI. Konsistensi manajemen dalam menjaga efisiensi dan stabilitas operasional menjadi kunci utama menghadapi persaingan industri.
Dengan latar belakang tersebut, kombinasi antara restrukturisasi manajemen dan penyesuaian strategi bisnis diharapkan menjadi pendorong pemulihan kinerja BUMI. Perusahaan menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara tata kelola dan kualitas operasional.
Keputusan pemegang saham dalam RUPSLB akan berperan krusial bagi arah perusahaan pada 2026. Perubahan ini sekaligus menjadi bagian dari persiapan BUMI menghadapi tantangan industri energi yang semakin kompetitif.
BUMI terus menegaskan komitmennya dalam memperkuat dasar operasional meskipun harus berhadapan dengan harga komoditas yang melemah. Perusahaan berharap kondisi pasar akan lebih stabil ke depan sehingga kinerja dapat kembali tumbuh lebih kuat.
Dengan demikian, penyelenggaraan RUPSLB BUMI bukan hanya tindakan administratif, tetapi juga bagian dari upaya menyeluruh memperkuat fondasi perusahaan. Keputusan yang dihasilkan rapat ini akan menjadi titik penting dalam perjalanan BUMI di tahun mendatang.