JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan bergerak fluktuatif pada perdagangan hari ini, Selasa, 18 November 2025. Meski sempat menguat 0,17% ke level Rp16.736 per dolar AS pada Senin, tekanan dari penguatan indeks dolar AS menjadi sentimen utama.
Indeks dolar AS pada saat yang sama menguat 0,25% ke level 99,31. Penguatan mata uang Amerika Serikat ini dipengaruhi ekspektasi investor terkait kebijakan moneter Federal Reserve yang masih ketat.
Menurut pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, investor semakin yakin The Fed tidak akan melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat. Hal ini dikarenakan inflasi AS tetap tinggi dan pasar tenaga kerja masih solid.
Sentimen penurunan suku bunga juga semakin melemah akibat penutupan pemerintah AS beberapa waktu lalu. Penutupan tersebut menunda rilis data penting, termasuk laporan penggajian non-pertanian bulan September, yang kini dijadwalkan keluar pada Kamis.
Peran Pidato Pejabat The Fed dalam Pergerakan Rupiah
Hari ini, para trader global akan memantau pidato sejumlah pejabat The Fed. John Williams, Philip Jefferson, Neel Kashkari, dan Christopher Waller dijadwalkan memberikan pernyataan yang berpotensi memengaruhi pergerakan pasar valuta asing.
Menurut Ibrahim, pidato pejabat The Fed dapat menjadi isyarat penting bagi para trader. Pasar kini lebih berhati-hati karena kehilangan data makro utama selama penutupan pemerintah AS.
Pergerakan rupiah terhadap dolar AS pun diperkirakan tetap volatil. Rentang potensial penutupan berada di kisaran Rp16.730 hingga Rp16.770 per dolar AS.
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Inflasi
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2026 sebesar 5,33%. Angka ini sedikit lebih rendah dari target pemerintah dalam APBN 2026 yang dipatok 5,4%.
Proyeksi tersebut disusun dengan memperhitungkan kebijakan moneter yang akan ditempuh BI untuk mendorong pertumbuhan. Bank sentral menekankan optimisme terhadap realisasi belanja pemerintah yang lebih cepat dapat membantu mencapai target APBN 5,4%.
Sementara itu, BI juga memproyeksikan inflasi tahun depan berada di level 2,62%. Angka ini masih berada dalam kisaran sasaran inflasi BI, yaitu 2,5% plus minus 1 persen, namun sedikit di atas asumsi dasar APBN 2026 sebesar 2,5%.
Optimisme BI terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi menunjukkan keyakinan bahwa stabilitas makro tetap terjaga. Meski demikian, tekanan eksternal dari penguatan dolar AS menjadi risiko utama bagi rupiah.
Risiko Melemahnya Rupiah dan Pergerakan Pasar Hari Ini
Seiring dengan sentimen global dan domestik, Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif sepanjang hari. Risiko penutupan di level lebih lemah tetap ada di kisaran Rp16.730 hingga Rp16.770 per dolar AS.
Tekanan datang dari kombinasi penguatan dolar, kebijakan moneter AS yang ketat, dan volatilitas pasar akibat rilis data ekonomi yang tertunda. Trader lokal maupun internasional diperkirakan akan menunggu sinyal dari pidato pejabat The Fed sebelum mengambil posisi baru.
Selain faktor eksternal, prospek pertumbuhan ekonomi dan inflasi domestik menjadi indikator tambahan bagi pasar. BI menegaskan bahwa langkah kebijakan moneter dan fiskal akan terus dikaji untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan daya beli masyarakat.
Pergerakan rupiah hari ini menjadi salah satu cerminan sensitivitas pasar terhadap kombinasi faktor global dan domestik. Pelaku pasar akan memantau dengan seksama perkembangan pidato pejabat The Fed, realisasi belanja pemerintah, serta indikator ekonomi lainnya.