Indonesia Perkuat Kerja Sama Global untuk Kehutanan dan Perubahan Iklim COP-30

Kamis, 13 November 2025 | 15:47:52 WIB
Indonesia Perkuat Kerja Sama Global untuk Kehutanan dan Perubahan Iklim COP-30

JAKARTA - Kementerian Kehutanan menegaskan komitmennya memperkuat kerja sama global di bidang kehutanan dan lingkungan hidup. Langkah ini ditandai dengan pertemuan bilateral antara Wamenhut Rohmat Marzuki dan Direktur Eksekutif United Nations Environment Programme (UNEP) Inger Andersen di Kantor UNEP, Belem, Brasil.

Pertemuan berlangsung dalam rangkaian kegiatan COP-30, di mana isu kehutanan dan perubahan iklim menjadi agenda utama. Wamenhut menekankan bahwa kolaborasi internasional menjadi fondasi penting untuk memperkuat aksi global dan strategi nasional Indonesia di sektor kehutanan.

Fondasi Kolaborasi Indonesia dan UNEP

Wamenhut mengapresiasi dukungan yang telah terjalin melalui Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemerintah Indonesia dan UNEP. MoU ini awalnya ditandatangani pada Oktober 2024, sebelum transisi kelembagaan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Meskipun implementasi MoU belum sepenuhnya berjalan pasca-transisi, Wamenhut menegaskan bahwa kesepakatan tersebut menjadi fondasi kuat untuk melanjutkan dan memperluas kerja sama. “Kami memandang kerja sama antara Indonesia dan UNEP sebagai langkah penting untuk perlindungan hutan, mitigasi perubahan iklim, dan pemberdayaan masyarakat yang bergantung pada hutan,” ujar Rohmat Marzuki.

Prioritas Strategis Kementerian Kehutanan

Ada tiga prioritas strategis Kementerian Kehutanan yang menjadi fokus utama. Pertama, penguatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan; kedua, pengembangan model multiusaha kehutanan; dan ketiga, percepatan pengakuan serta pemberdayaan hutan sosial dan hutan adat.

Selain itu, Program FOLU Net Sink 2030 tetap menjadi agenda strategis nasional. Program ini ditujukan untuk mencapai net zero emission di sektor kehutanan dan penggunaan lahan pada tahun 2030, dan UNEP diminta mendukung implementasinya terutama pada restorasi hutan dan lahan gambut.

Wamenhut menekankan perlunya peningkatan sistem MRV, safeguards lingkungan dan sosial, pengembangan kapasitas, serta pembiayaan inovatif untuk REDD+. Semua langkah ini diharapkan mendorong efektivitas program dan memperkuat posisi Indonesia dalam aksi iklim global.

Indonesia sebagai Pusat Inovasi Karbon Global

Dalam pertemuan tersebut, Wamenhut juga mengungkapkan visi Indonesia untuk menjadi pusat dan pasar karbon global. Pemanfaatan hutan tropis sebagai pusat inovasi, pertukaran pengetahuan, dan investasi berkelanjutan berbasis karbon menjadi strategi utama.

Indonesia menekankan pentingnya memperkuat kerja sama melalui International Tropical Peatlands Center (ITPC). Ke depan, ITPC diharapkan memperluas perannya dalam metodologi penghitungan karbon, pencegahan kebakaran gambut, serta model penghidupan berbasis restorasi.

Langkah ini selaras dengan agenda FOLU Net Sink 2030 dan misi global UNEP. Wamenhut menegaskan bahwa kemitraan yang diperbarui antara Indonesia dan UNEP akan memperkuat kepemimpinan Indonesia dalam aksi kehutanan dan perubahan iklim.

Dampak Kolaborasi terhadap Masyarakat dan Lingkungan

Kerja sama internasional ini juga berdampak pada pemberdayaan masyarakat yang hidup di sekitar hutan. Program multiusaha kehutanan dan hutan sosial diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.

Wamenhut menekankan bahwa keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci keberhasilan program. Dengan pemberdayaan berbasis hutan, masyarakat diharapkan dapat mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan dan mendukung target net zero emission nasional.

Selain itu, kolaborasi dengan UNEP membuka peluang bagi Indonesia untuk mengakses pembiayaan inovatif dan teknologi baru dalam pengelolaan hutan. Hal ini diharapkan memperkuat strategi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat nasional maupun global.

Terkini