JAKARTA - Transisi energi di Indonesia bukanlah perubahan instan, melainkan proses panjang dan bertahap. Pandangan ini disampaikan analis energi internasional Gaurav Sharma dalam wawancara eksklusif di Abu Dhabi International Petroleum Exhibition and Conference (ADIPEC) 2025.
Sharma menilai kesiapan infrastruktur energi terbarukan di Indonesia masih memerlukan waktu untuk benar-benar menggantikan dominasi batu bara.
Baik dari sisi teknologi, jaringan listrik, maupun regulasi, negara masih perlu menyiapkan langkah-langkah konkret agar peralihan berlangsung mulus.
Menurut Sharma, peralihan ini akan berlangsung selama beberapa dekade, karena tidak ada solusi cepat.
Dalam jangka menengah, peningkatan efisiensi produksi hidrokarbon dan pergeseran ke gas alam akan menjadi fase transisi utama, sebagaimana diterapkan di China dan India.
Gas Alam: Energi Jembatan yang Realistis
Sharma menekankan bahwa gas alam akan memainkan peran penting sebagai sumber energi transisi.
Pendekatan ini dianggap lebih realistis dibandingkan penghentian total produksi batu bara yang masih menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
“Tidak bisa dilakukan penghentian total penambangan batu bara,” ujarnya.
Yang mungkin dilakukan adalah menurunkan volume produksinya secara bertahap, sambil menyiapkan insentif dan dukungan bagi daerah penghasil seperti Kalimantan dan Sumatra.
Peralihan ini memerlukan paket mitigasi ekonomi yang matang agar tidak menimbulkan guncangan sosial dan ekonomi.
Dukungan politik yang konsisten menjadi kunci agar kebijakan transisi energi diterima masyarakat dan industri.
Gas alam, menurut Sharma, akan menjadi penghubung antara kebutuhan energi saat ini dan target energi terbarukan di masa depan.
Dengan memanfaatkan gas, Indonesia dapat menjaga stabilitas pasokan energi sekaligus mengurangi ketergantungan pada batu bara.
Kemitraan dan Pelatihan untuk Transisi yang Adil
Sharma menekankan pentingnya mekanisme kemitraan publik–swasta agar transisi energi tidak hanya menguntungkan korporasi besar.
Peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal harus diintegrasikan ke dalam rencana pembangunan energi nasional.
Pemerintah dan akademisi perlu berkolaborasi dalam program peningkatan keterampilan dan pelatihan tenaga kerja di wilayah terdampak.
Pendekatan ini akan memastikan tenaga kerja lokal siap menghadapi teknologi baru, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah penghasil energi.
Keterlibatan masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam membangun dukungan sosial terhadap kebijakan transisi energi.
Dengan partisipasi aktif, perubahan energi dapat diterapkan tanpa menimbulkan resistensi dari pemangku kepentingan lokal.
Program pelatihan dan kemitraan ini menjadi fondasi untuk memastikan bahwa peralihan energi berjalan adil dan berkelanjutan.
Tanpa strategi yang inklusif, upaya transisi berisiko menimbulkan ketimpangan antara daerah penghasil sumber daya dan pusat konsumsi energi.
Kombinasi Energi Masa Depan dan Pendekatan Bertahap
Sharma menilai kombinasi energi terbarukan, seperti tenaga surya dan panas bumi, sebagai kandidat terkuat untuk masa depan Indonesia.
Meski demikian, minyak dan gas alam tetap relevan setidaknya hingga dua dekade mendatang, karena infrastruktur dan kebutuhan energi belum sepenuhnya bisa bergeser.
“Kombinasi surya dan panas bumi paling realistis, tetapi minyak dan gas alam tetap memainkan peran besar hingga sekitar 2040,” ujarnya.
Pendekatan bertahap ini memungkinkan pemerintah dan masyarakat menyesuaikan diri dengan perubahan tanpa mengganggu stabilitas ekonomi.
Sharma menekankan bahwa penetapan target lima tahunan untuk pengurangan emisi karbon lebih efektif dibandingkan target ekstrem yang sulit diterapkan.
Langkah bertahap memberi ruang bagi masyarakat, industri, dan pemerintah untuk menyesuaikan kebijakan serta investasi energi.
Keberhasilan transisi energi Indonesia bergantung pada keseimbangan antara ambisi hijau dan kebijakan yang berpihak pada masyarakat.
Pendekatan realistis ini memastikan pertumbuhan ekonomi tetap terjaga sambil mempersiapkan infrastruktur energi bersih di masa depan.
Dengan pandangan yang berbasis pengalaman global, Sharma menegaskan bahwa transisi energi harus dilaksanakan secara bertahap.
Kesuksesan jangka panjang akan dicapai jika strategi ini mengintegrasikan energi terbarukan, gas alam sebagai jembatan, serta partisipasi masyarakat yang luas.
Artikel ini menyajikan perspektif berbeda dari sekadar target ambisius energi hijau, menekankan realisme, strategi bertahap, dan perlunya keseimbangan antara energi terbarukan dan gas alam.
Pendekatan ini diharapkan menjadi panduan bagi pembuat kebijakan, investor, dan masyarakat dalam menghadapi transisi energi Indonesia yang kompleks dan bertahap.