JAKARTA - Harga kebutuhan pokok di Jawa Timur kembali mengalami perubahan menjelang akhir tahun 2025. Beberapa bahan pangan menunjukkan tren kenaikan, sementara sebagian lainnya justru turun meski tipis.
Fenomena fluktuasi harga sembako ini menjadi perhatian masyarakat karena berpengaruh langsung terhadap pengeluaran rumah tangga. Kenaikan yang terjadi secara tiba-tiba dapat menekan daya beli masyarakat, terutama bagi mereka yang berpenghasilan tetap.
Harga Sembako Naik-Turun, Masyarakat Diminta Waspada dan Bijak Berbelanja
Pergerakan harga yang tidak menentu mengharuskan masyarakat untuk lebih cermat dalam mengatur pengeluaran. Memantau perkembangan harga setiap hari bukan hanya sekadar kebutuhan, melainkan strategi penting agar keuangan rumah tangga tetap terkendali.
Di Jawa Timur, pantauan harga pada Rabu, 12 November 2025 pukul 09.44 WIB, menunjukkan perubahan pada beberapa komoditas utama. Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), sejumlah bahan mengalami kenaikan, penurunan, dan ada pula yang stabil.
Elpiji 3 kilogram tercatat naik Rp 301 atau sekitar 1,52 persen. Kenaikan serupa juga terjadi pada cabai rawit merah sebesar Rp 792 atau 3,44 persen dan cabai keriting Rp 556 atau 1,15 persen.
Sebaliknya, harga cabai besar turun Rp 608 atau 1,13 persen, daging sapi turun Rp 766 atau 0,64 persen, daging ayam kampung turun Rp 567 atau 0,83 persen, dan telur ayam kampung turun Rp 413 atau 0,89 persen.
Rincian Harga Sembako Terkini di Jawa Timur
Sembako atau sembilan bahan pokok adalah kebutuhan dasar masyarakat yang harus terpenuhi setiap hari. Ketersediaan dan kestabilan harganya sangat berpengaruh pada kondisi sosial ekonomi suatu daerah.
Berikut adalah daftar harga sembako terbaru di Jawa Timur pada 12 November 2025:
| Komoditas | Harga | Satuan / Keterangan |
|---|---|---|
| Beras Premium | Rp 14.948 | per kg |
| Beras Medium | Rp 12.877 | per kg |
| Gula Kristal Putih | Rp 16.297 | per kg |
| Minyak Goreng Curah | Rp 18.678 | per liter |
| Minyak Goreng Kemasan Premium | Rp 20.318 | per liter |
| Minyak Goreng Kemasan Sederhana | Rp 17.568 | per liter |
| Minyak Goreng Minyakita | Rp 16.628 | per liter |
| Daging Sapi Paha Belakang | Rp 118.558 | per kg |
| Daging Ayam Ras | Rp 34.303 | per kg |
| Daging Ayam Kampung | Rp 67.669 | per kg |
| Telur Ayam Ras | Rp 28.006 | per kg |
| Telur Ayam Kampung | Rp 46.081 | per kg |
| Susu Kental Manis Bendera | Rp 12.385 | per kaleng (370 gr) |
| Susu Kental Manis Indomilk | Rp 12.352 | per kaleng (370 gr) |
| Susu Bubuk Bendera | Rp 41.870 | per dus (400 gr) |
| Susu Bubuk Indomilk | Rp 41.438 | per dus (400 gr) |
| Garam Bata | Rp 1.707 | per kg |
| Garam Halus | Rp 9.394 | per kg |
| Cabai Merah Keriting | Rp 49.060 | per kg |
| Cabai Merah Besar | Rp 53.355 | per kg |
| Cabai Rawit Merah | Rp 23.806 | per kg |
| Bawang Merah | Rp 37.226 | per kg |
| Bawang Putih | Rp 29.949 | per kg |
| Gas Elpiji 3 Kg | Rp 20.010 | per tabung |
Harga di atas merupakan rata-rata dari berbagai pasar di wilayah Jawa Timur. Angka tersebut bisa sedikit berbeda tergantung lokasi dan kondisi pasokan di masing-masing daerah.
Cabai dan Elpiji Jadi Komoditas Paling Dinamis
Dari seluruh daftar sembako, cabai dan elpiji menjadi dua komoditas yang paling sering mengalami perubahan harga. Keduanya sangat sensitif terhadap kondisi cuaca dan rantai distribusi.
Kenaikan harga cabai, misalnya, sering kali disebabkan oleh pasokan yang berkurang akibat hujan berkepanjangan. Produksi menurun sementara permintaan tetap tinggi, menyebabkan harga di pasaran melonjak.
Begitu juga dengan elpiji 3 kilogram yang banyak digunakan oleh masyarakat menengah ke bawah. Perubahan harga gas sering dipicu oleh distribusi pasokan dan kebijakan penyesuaian harga di tingkat nasional.
Masyarakat diimbau agar lebih bijak dalam penggunaan energi dan bahan pangan. Mengelola konsumsi dengan cermat bisa membantu menekan pengeluaran harian di tengah fluktuasi harga.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Harga Sembako
Naik turunnya harga bahan pokok bukan terjadi tanpa sebab. Banyak faktor yang saling berkaitan dan memengaruhi pergerakan harga di pasar.
Pertama, tingkat permintaan dan penawaran. Ketika permintaan meningkat tetapi pasokan terbatas, harga otomatis melonjak. Sebaliknya, ketika pasokan melimpah sementara permintaan menurun, harga cenderung turun.
Kedua, kondisi cuaca dan musim. Cuaca ekstrem, banjir, atau kekeringan bisa menghambat produksi pertanian dan mengurangi hasil panen. Situasi ini biasanya berdampak pada kenaikan harga sayur, cabai, dan beras.
Ketiga, kebijakan pemerintah. Regulasi seperti pembatasan impor, penghapusan subsidi, atau perubahan tarif pajak dapat mengubah struktur harga di pasar.
Keempat, biaya produksi dan distribusi. Kenaikan harga bahan bakar, pupuk, atau upah pekerja dapat meningkatkan biaya transportasi dan logistik. Hal ini sering menjadi penyebab harga bahan pokok ikut naik.
Kelima, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Komoditas impor seperti gula dan gandum sangat dipengaruhi oleh kurs mata uang. Ketika rupiah melemah, harga barang impor di dalam negeri otomatis naik.
Selain itu, inflasi dan kondisi ekonomi global juga menjadi pemicu tambahan. Situasi ekonomi yang tidak stabil bisa memperburuk kenaikan harga dan menurunkan daya beli masyarakat.
Kebijakan dan Pengawasan Diperlukan untuk Menjaga Stabilitas Harga
Pemerintah daerah bersama lembaga terkait diharapkan terus memantau harga sembako di pasar-pasar tradisional. Langkah ini penting untuk mencegah lonjakan harga yang tidak wajar dan melindungi konsumen dari praktik penimbunan.
Selain pengawasan, intervensi kebijakan seperti operasi pasar atau distribusi cadangan pangan bisa dilakukan bila terjadi kenaikan harga yang signifikan. Pemerintah juga perlu memperkuat koordinasi dengan pelaku distribusi agar pasokan tetap lancar.
Di sisi lain, edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya berbelanja bijak juga tidak kalah penting. Membeli sesuai kebutuhan dan memanfaatkan bahan pangan lokal bisa menjadi solusi jangka panjang untuk menjaga keseimbangan ekonomi rumah tangga.
Fluktuasi harga sembako di Jawa Timur menunjukkan betapa dinamisnya pasar kebutuhan pokok menjelang akhir tahun 2025. Sebagian komoditas mengalami kenaikan, sebagian lainnya turun, dan ada pula yang stabil.
Masyarakat diimbau untuk selalu memperbarui informasi harga harian agar bisa menyesuaikan pola konsumsi dan menjaga stabilitas keuangan keluarga. Sementara itu, pemerintah diharapkan terus meningkatkan pengawasan dan memastikan distribusi berjalan lancar demi menjaga harga tetap terkendali.
Kestabilan harga sembako bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga menyangkut kesejahteraan masyarakat. Dengan kerja sama antara pemerintah, pelaku pasar, dan konsumen, diharapkan harga bahan pokok di Jawa Timur dapat kembali stabil dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.